Beato ghabra mikael, martir
Ghabra Mikael – yang berarti “Hamba dari Mikael” – adalah martir
bangsa Afrika. Ia lahir di Etiopia pada tahun 1790. Semenjak kecil ia hidup dan
dididik di dalam lingkungan dan iman bidaah Arianisme yang menyangkal
kemanusiaan Yesus Kristus. Ghabra dikenal cerdas dan saleh. Setelah menyelesaikan
studinya di sekolah menengah, ia masuk biara Mertulai – Miryam di Etiopia. Oleh
rekan-rekannya ia dikenal sebagai seorang biarawan yang saleh dan pintar, namun
ia dicurigai sebagai seorang yang tidak menerima ajaran bidaah Arianisme. Meskipun
demikian, Ghabra tetap kokoh pada pendiriannya. Ia tetap tekun mempelajari
teologi dan berdoa memohon penerangan ilahi agar dapat menemukan kebenaran
sejati mengenai Yesus Kristus. Ia pun rajin mengunjungi berbagai biara yang
tersebar di kawasan itu untuk mempelajari cara hidup mereka. Seluruh hidupnya
hingga ia berusia 50 tahun boleh dikatakan merupakan suatu usaha pencarian
terus menerus kebenaran sejati Yesus Kristus. Apa yang diajarkan Arianisme
ditolaknya mentah-mentah. Sebaliknya ia mulai lebih tertarik pada ajaran yang
disebarkan oleh iman katolik, bahwa Yesus Kristus itu sungguh Allah dan sungguh
manusia.
Oleh pengaruh Yustinus de Yakobis, seorang uskup dari tarekat
Kongregasi Misi, Ghabra dengan tegas memutuskan untuk memeluk iman katolik. Ia bertobat
pada tahun 1844. Tujuh tahun kemudian (1851), Yustinus menahbiskan dia menjadi
imam. Bersama Uskup Yustinus, Ghabra giat mengajar agama dan membangun sebuah
kolese untuk mendidik anak-anak Etiopia. Ia juga menulis sebuah buku katekismus
dalam bahasa Etiopia. Atas restu Uskup Yustinus, ia pun mendirikan sebuah
seminari untuk mendidik calon-calon imam pribumi Etiopia.
Semua kegiatan ini menimbulkan amarah besar dari para
penganut Arianisme, terutama Abuna Salama, Uskup Gereja Arian. Atas hasutannya,
Theodorus II, Raja Abessinia, melancarkan penganiayaan besar atas semua orang
lain yang tidak menganut ajaran Arianisme. Ghabra bersama beberapa orang
katolik pengikutnya ditangkap dan disesah. Ghabra dipenjarakan di dalam sebuah kandang
ternak yang sangat kotor. Setiap kali disesah, ia dengan tenang dan tegas
menjawab, “Karena imanku aku akan tetap
melawan kamu, namun demi cinta kasih kristiani aku akan terus berbuat baik kepada
kamu.” Akhirnya karena penderitaan yang ditanggungnya dan karena serangan
penyakit kolera, Ghabra meninggal dunia pada tanggal 28 Agustus 1855.
Ghabra, seorang martir Kristus yang kokoh imannya. Seluruh hidup
dan perjuangannya dapat dikatakan secara ringkas sebagai suatu pemuliaan
terhadap sabda Allah yang menjadi manusia. Ia meninggal dunia sebagai seorang
imam yang saleh dari tarekat Kongregasi Misi atau tarekat Imam-imam Lazaris.
sumber: Orang
Kudus Sepanjang Tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar