Selasa, 02 April 2013

SBY & Partai Demokrat

Sejak terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demorat menggantikan Anas Urbaningrum dalam Kongres Luar Biasa di Bali, 30 – 31 Maret lalu, seakan-akan media massa tidak henti-hentinya memberitakan hal tersebut. Bahkan sampai hari ini (2/4) dua stasiun TV berita masih menyinggung terpilihnya SBY sebagai  Ketum Partai Demokrat. Dan nada pemberitaannya selalu senada: dari mengritik, mencela sampai menyindir.

Terus terang saya memang bukan pendukung SBY dan Demokrat. Jangankan pendukung, simpatisan pun tidak sama sekali. Akan tetapi saya heran dengan nada pemberitaan media massa berkaitan SBY jadi ketua umum. SBY yang menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, koq orang lain yang sibuk. SBY saja tidak memikirkan kita, koq kita sibuk memikirkan dia?

Ada yang mengkritik kalau Pak Beye plin-plan alias tidak tegas. Bukankah selama 8 tahun berkuasa SBY sudah terkenal sebagai orang yang tidak tegas? Kenapa sekarang repot-repot? Seharusnya media massa (termasuk juga para ahli politik) sudah maklum dan tak perlu repot-repot mengurus urusan internal partai orang. Urus saja masalah lain yang berdampak pada kepentingan umum.

Ada juga ahli atau pengamat politik menilai bahwa Pak Beye menjilat ludahnya sendiri, karena dulu beliau pernah berkata/melarang pejabat pemerintahan merangkap ketua partai. Dengan menerima jabatan ketua umum, sepertinya SBY sudah menjilat air liurnya sendiri. Kalau memang air ludahnya enak dan bermanfaat, kenapa harus dipermasalahkan? Bukankah ada obat mujarab dengan meminum air kencing sendiri? Jadi, tak perlulah mempermasalahkannya. Anggap saja bahwa air liur Pak Beye memang enak dan nikmat sehingga beliau mau dan suka menjilatnya kembali.

Ada pula yang mencela keberadaan Ibas, putera Pak Beye, sebagai Sekjen Partai Demokrat. Hal ini semakin menguatkan peran keluarga yang begitu sentral dalam tubuh demokrat. Kalau pun itu memang merupakan partai keluarga, kenapa rupanya? Kita tak perlu repot mempermasalahkannya. Yang penting sekarang kita tahu bahwa Partai Demokrat itu adalah partai keluarga SBY. Kalau mau masuk ke situ jangan pernah bermimpi untuk menduduki jabatan penting, karena jabatan itu khusus untuk keluarga Pak Beye. Bagi Anda cukuplah menjadi kader.

Tidak sedikit juga orang awam dan pengamat politik yang meragukan berjalannya roda pemerintahan dengan adanya jabatan rangkap ini. Orang yang meragukan hal ini seolah-olah melihat selama ini memang roda pemerintahan kita maju. Seharusnya masalah ini tak perlu direpotkan lagi. Bukankah selama 8 tahun sebagai presiden (tanpa jabatan ketua umum) roda pemerintahan tidak jalan? Tentu kita masih ingat lelucon ini: Pada periode pemerintahan SBY yang pertama, Pak JK (selaku wakil presiden) berusaha injak gas agar roda pemerintahan berjalan, tapi SBY menginjak rem. Dan pada periode kedua, dua-duanya (presiden dan wakilnya) sama-sama injak rem.

Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan? Berhentilah mengusik urusan Partai Demokrat dan Pak Beye. Biarlah masalah ini menjadi catatan kita menjelang PEMILU 2014. Artinya, JANGAN LAGI PERCAYA SAMA PARTAI DEMOKRAT DAN SBY. Atau dengan kata lain, JANGA PILIH PARTAI DEMOKRAT!

Setelah berhenti mengusik Partai Demokrat dan SBY, apa lagi yang harus kita buat? Bekerjalah! Jangan letakkan harapan kesejahteraan hidup kita pada Partai Demokrat. Kesejahteraan hidup ada di tangan kita masing-masing. Karena itu, berjuanglah dan bekerjalah!!!

Masih ada banyak masalah di negeri ini yang perlu diurus ketimbang masalah Partai Demokrat dan SBY. Marilah kita menyibukkan diri pada masalah-masalah negeri ini, seperti korupsi, narkoba, kerusuhan, intoleransi, dll.
Guntung, 2 April
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar