Sejak terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Umum
Partai Demorat menggantikan Anas Urbaningrum dalam Kongres Luar Biasa di Bali,
30 – 31 Maret lalu, seakan-akan media massa tidak henti-hentinya memberitakan
hal tersebut. Bahkan sampai hari ini (2/4) dua stasiun TV berita masih
menyinggung terpilihnya SBY sebagai
Ketum Partai Demokrat. Dan nada pemberitaannya selalu senada: dari
mengritik, mencela sampai menyindir.
Terus terang saya memang bukan pendukung SBY dan Demokrat.
Jangankan pendukung, simpatisan pun tidak sama sekali. Akan tetapi saya heran
dengan nada pemberitaan media massa berkaitan SBY jadi ketua umum. SBY yang
menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, koq
orang lain yang sibuk. SBY saja tidak memikirkan kita, koq kita sibuk memikirkan dia?
Ada yang mengkritik kalau Pak Beye plin-plan alias tidak
tegas. Bukankah selama 8 tahun berkuasa SBY sudah terkenal sebagai orang yang
tidak tegas? Kenapa sekarang repot-repot? Seharusnya media massa (termasuk juga
para ahli politik) sudah maklum dan tak perlu repot-repot mengurus urusan
internal partai orang. Urus saja masalah lain yang berdampak pada kepentingan
umum.
Ada juga ahli atau pengamat politik menilai bahwa Pak Beye
menjilat ludahnya sendiri, karena dulu beliau pernah berkata/melarang pejabat
pemerintahan merangkap ketua partai. Dengan menerima jabatan ketua umum,
sepertinya SBY sudah menjilat air liurnya sendiri. Kalau memang air ludahnya
enak dan bermanfaat, kenapa harus dipermasalahkan? Bukankah ada obat mujarab
dengan meminum air kencing sendiri? Jadi, tak perlulah mempermasalahkannya.
Anggap saja bahwa air liur Pak Beye memang enak dan nikmat sehingga beliau mau
dan suka menjilatnya kembali.
Ada pula yang mencela keberadaan Ibas, putera Pak Beye,
sebagai Sekjen Partai Demokrat. Hal ini semakin menguatkan peran keluarga yang
begitu sentral dalam tubuh demokrat. Kalau pun itu memang merupakan partai
keluarga, kenapa rupanya? Kita tak perlu repot mempermasalahkannya. Yang
penting sekarang kita tahu bahwa Partai Demokrat itu adalah partai keluarga
SBY. Kalau mau masuk ke situ jangan pernah bermimpi untuk menduduki jabatan
penting, karena jabatan itu khusus untuk keluarga Pak Beye. Bagi Anda cukuplah
menjadi kader.
Tidak sedikit juga orang awam dan pengamat politik yang
meragukan berjalannya roda pemerintahan dengan adanya jabatan rangkap ini.
Orang yang meragukan hal ini seolah-olah melihat selama ini memang roda
pemerintahan kita maju. Seharusnya masalah ini tak perlu direpotkan lagi.
Bukankah selama 8 tahun sebagai presiden (tanpa jabatan ketua umum) roda pemerintahan
tidak jalan? Tentu kita masih ingat lelucon ini: Pada periode pemerintahan SBY
yang pertama, Pak JK (selaku wakil presiden) berusaha injak gas agar roda
pemerintahan berjalan, tapi SBY menginjak rem. Dan pada periode kedua,
dua-duanya (presiden dan wakilnya) sama-sama injak rem.
Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan? Berhentilah
mengusik urusan Partai Demokrat dan Pak Beye. Biarlah masalah ini menjadi
catatan kita menjelang PEMILU 2014. Artinya, JANGAN LAGI PERCAYA SAMA PARTAI
DEMOKRAT DAN SBY. Atau dengan kata lain, JANGA PILIH PARTAI DEMOKRAT!
Setelah berhenti mengusik Partai Demokrat dan SBY, apa lagi
yang harus kita buat? Bekerjalah! Jangan letakkan harapan kesejahteraan hidup
kita pada Partai Demokrat. Kesejahteraan hidup ada di tangan kita
masing-masing. Karena itu, berjuanglah dan bekerjalah!!!
Masih ada banyak masalah di negeri ini yang perlu diurus
ketimbang masalah Partai Demokrat dan SBY. Marilah kita menyibukkan diri pada
masalah-masalah negeri ini, seperti korupsi, narkoba, kerusuhan, intoleransi,
dll.
Guntung, 2 April
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar