OMK ST YOSEP BALAI BICARA TTG HIV/AIDS
Mengisi liburan
Maulid Nabi Muhammad, 24 Januari 2013, OMK St. Yosep Tanjung Balai Karimun
mengadakan acara bincang-bincang tentang HIV/AIDS. Acara diadakan di SMP St.
Yusup, Bukit Tiung, dari jam 09.00 – 13.00. Ibu Theresia Sulastri, yang juga
anggota tim pendamping OMK dan Kepala Sekolah SMP St. Yusup, dalam kata
sambutan menyampaikan maksud kegiatan ini, yaitu agar kaum muda tahu soal
HIV/AIDS sehingga dengan demikian muncul kesadaran untuk menghindari virus
mematikan itu.
Kegiatan, yang
mendapat dukungan dari CU Jembatan Kasih, ini diikuti oleh 46 peserta OMK. Dari
46 orang itu 34 orang adalah OMK pelajar. Jumlah peserta ini memang sengaja
dibatasi dan dikhususkan untuk kaum muda dari wilayah Balai saja. Hadir juga
beberapa pendamping OMK, seperti Ibu Sulastri, Ibu Valentine, Bapak Andreas Joko
Eko. Acara ini merupakan bentuk kerja sama OMK Paroki St Yosep dengan LSM
Sahabat Anak Indonesia (SADO).
Pembicara pada
session pertama adalah Ibu Linda dari LSM SADO (Sahabat Anak Indonesia). Ibu
Linda mengawali pertemuan dengan memperkenalkan LSM SADO. Kemudian pembicara
menjelaskan seputar virus dan penyakit HIV/AIDS ini dan bagaimana
penyebarannya. Ibu Linda, yang juga anggota tim pendamping OMK St. Yosep,
menyampaikan materinya dengan santai diselingi dengan permainan. Dari hasil
diskusi peserta dapat disimpulkan bahwa peserta sudah tahu banyak tentang
materi ini.
Setelah menikmati
snack dalam istirahat singkat, peserta masuk dalam session kedua. Dalam session
kedua, pembicara, yaitu Rm. Adrian, membahas soal HIV/AIDS dari sisi Kitab Suci.
Pertama-tama romo menjelaskan bahwa virus dan penyakit HIV/AIDS itu sendiri
tidak ada dalam Kitab Suci, akan tetapi kita bisa menemukan apa kata Kitab Suci
berkaitan masalah HIV/AIDS. Jadi, dalam pertemuan ini peserta diajak untuk
mengetahui apa kehendak Tuhan pada kita soal masalah ini. Romo, yang bertugas
sebagai pastor pembantu, memulai penjelasannya dari kisah penciptaan. Dikatakan
bahwa semua ciptaan Allah, termasuk manusia, adalah baik. Namun dosa membuat
semuanya rusak. Dosa mendatangkan sengsara dan derita. Karena itu, dalam alam
Perjanjian Lama ada kaitan antara dosa dengan penderitaan, sakit dan bahkan
kemiskinan.
Dalam kerangka
inilah, menurut Rm Adrian, dapat dikatakan bahwa penyakit AIDS yang diderita
merupakan akibat dosa yang dilakukan. Dosa itu tampak dalam free sex
dan drugs. Akan tetapi, romo, yang
pernah bertugas mendampingi anak jalanan di Jakarta, ini tidak hanya berhenti
pada tinjauan Perjanjian Lama. Ia melanjutkan dengan Perjanjian Baru dengan
menampilkan kisah penyembuhan orang buta sejak lahir (Yohanes 9: 1 – 3). Di
sini dikatakan bahwa melalui penyakit yang diderita orang karya Allah
dinyatakan. Demikian pula terhadap penderita HIV/AIDS (ODHA = Orang dengan
HIV/AIDS).
Oleh karena itu,
di akhir session ini ada tiga penegasan penting. Pertama, ajakan bertobat.
Seruan bertobat ini mengutip Lukas 13: 3 dan Mazmur 69: 7. Kedua, membangun sikap belas
kasih. Sikap belas kasih ini terlihat dari sikap menghindari virus HIV,
bukan penderitanya; membenci dosanya, bukan orangnya. Ketiga, ajakan menjadi agen
pewarta kebaikan dan kebenaran. Di sini romo mengajak kaum muda untuk
berani tampil menjadi saksi dalam memberantas bahaya HIV/AIDS. Kesaksian itu
bisa dengan lisan, bisa juga dengan perbuatan dan tingkah laku.
Foto-foto kegiatan
Lokasi Kegiatan
Kata Sambutan
Ibu Linda dari SADO mempresentasikan materinya pada session Pertama
Diskusi Kelompok untuk mengetahui sejauh mana peserta tahu tentang HIV/AIDS
Mempresentasikan hasil diskusi
Ice Breaking: Agar jangan pusing
Rm. Adrian menyampaikan materinya dengan singkat dan padat
Sosialisasi CU: Daripada membuang, mending menabung
Saatnya memberi perhatian pada perut
Santai dikit akh...
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar