Renungan Hari Sabtu Pekan Biasa XXXIII B/II
Bac I Why 11: 4 – 12; Injil Luk 20: 27 – 40
Injil hari ini menampilkan diskusi antara orang Saduki dan Yesus dengan topik kebangkitan. Orang Saduki tidak percaya adanya kebangkitan, namun mereka mengakui Kitab Suci, khususnya Taurat Musa. Sementara Yesus percaya kebangkitan.
Untuk menjawab ketidak-percayaan orang Saduki akan kebangkitan orang mati, Yesus memakai argumen dari Kitab Taurat yang dipercaya oleh orang Saduki itu sendiri. "Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." (ay. 37-38).
Kesimpulan dari diskusi ini adalah memang ada kebangkitan orang mati. Orang yang telah mati di dunia ini, kelak akan bangkit dan hidup lagi di dunianya yang baru.
Yang menarik untuk kita renungkan dari peristiwa ini adalah cara berpikir orang Saduki berkaitan dengan kebangkitan. Mereka menggunakan pola pikir dunia saat ini. Artinya, bahwa nanti di kehidupan baru nanti juga sama seperti di dunia ini. Padahal beda sama sekali. Kalau "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan," (ay. 34), namun "dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan." (ay. 35). Pola pikir seperti inilah yang mau diubah oleh Yesus.
Pola pikir seperti orang Saduki sering kita dapati dalam kehidupan kita saat ini. Mungkin diri kita sendiri pun sering demikian. Kita menggunakan pola pikir kita dan memaksakannya agar diterima oleh orang lain. Melalui Injil hari ini, Yesus mau mengajak kita untuk siap juga mengubah pola pikir kita dan menerima pola pikir lain yang berbeda dengan kita, sejauh itu benar dan baik. Artinya, prioritas utamanya ada pada kebenaran dan kebaikan, bukan kepada kehendak diri yang dapat berujung pada pemaksaan kehendak.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar