Renungan Hari Sabtu Pekan Biasa XXXII B/II
Bac I 3Yoh 5 – 8; Injil Luk 18: 1 – 8
Dalam Injil hari ini Yesus berbicara tentang berdoa dengan tidak jemu-jemu. Dalam menyampaikan pengajaran-Nya, Yesus mengambil perumpamaan hakim dan janda. Lewat perumpamaan itu orang diharapkan sampai pada kesimpulan: hakim yang lalim saja mau mengabulkan permohonan janda itu, apalagi Allah yang mahabaik.
Yang menarik untuk kita renungkan adalah sosok hakim itu. Dikatakan bahwa dia adalah "Seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun." (ay. 2). Namun akhirnya dia membela hak janda itu.
Ada kesan bahwa hakim lalim itu membela hak janda itu karena keadilan dan belas kasih. Akan tetapi niat tersembunyinya adalah kepentingan diri hakim itu sendiri, yaitu tidak mau diganggu atau disusahkan dan takut diserang janda itu (ay. 5). Jadi, hakim itu mengatas-namakan keadilan dan belas kasih untuk tujuan dirinya.
Sosok hakim ini adalah gambaran diri kita dewasa ini. Tak jarang kita mengatas-namakan sesuatu untuk tujuan dan kepentingan diri kita. Para politikus suka mengatas-namakan kepentingan rakyat, padahal yang mau diperjuangkan adalah kepentingan dirinya sendiri. Di paroki pastor suka mengatakan kepada umat bahwa ini kehendak uskup, padahal kehendaknya sendiri, dan kepada uskup dikatakan bahwa ini kehendak umat, padahal kehendaknya sendiri. Dalam satu kasus pastor mengatas-namakan umat, pada kasus lain ketika umat menghendaki tapi ditolak oleh pastornya dengan mengatakan keuskupan menghendaki demikian (sesuai keinginan pastor itu). Padahal setelah ditanya ke pihak keuskupan ternyata lain sama sekali.
Itulah wajah kita. Tak jauh berbeda dengan hakim yang lalim dalam Injil hari ini. Oleh karena itu, lewat sabda Tuhan hari ini, kita diajak untuk meninggalkan kebiasaan buruk itu dengan berlaku jujur. Sikap yang harus ditempuh adalah lawan dari sikap hakim yang lalim itu, yaitu takut akan Allah dan hormat pada manusia.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar