Jumat, 28 September 2012

Renungan Hari Jumat Biasa XXV - Thn II

  Renungan Hari Jumat Pekan Biasa XXV B/II
Bac I  Pkh 3: 1 – 11; Injil       Luk 9: 19 – 22

Secara implisit, dalam Injil hari ini, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Mesias, meski sebutan itu berasal dari mulut Petrus, murid-Nya. Tentulah jawaban Petrus ini mewakili rekan-rekannya sesuai dengan pertanyaan Yesus, "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" (ay. 20a). Jawaban ini pasti lahir dari perjalanan hidup bersama dengan Yesus.

Yesus hanya melarang para murid-Nya agar tidak menyebarkan jawaban Petrus itu. Hal ini tentulah membuat para murid yakin akan kemesiasan Yesus. Mesias, dalam alam keyahudian, adalah sosok yang sangat dinanti-nantikan kedatangannya untuk membawa pembebasan dan keselamatan bagi rakyat Israel. Mesias sudah ditunggu dari jalam Perjanjian Lama untuk mengembalikan kejayaan bangsa Israel dan mendirikan Yerusalem Baru.

Tentulah dalam perjalanan itu para murid, entah sendiri-sendiri ataupun berkelompok, asyik membicarakan soal apa yang akan mereka dapat jika nanti Yesus tampil sebagai mesias. Ini bisa terjadi karena pola pikir mereka sama seperti pola pikir umat Yahudi umumnya. Mesias dipahami secara politik duniawi.

Yesus mungkin mendengar atau mengetahui apa yang ada dalam hati para murid-Nya itu. Karena itulah Ia memberikan pemahaman yang benar tentang mesias itu. "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (ay. 22). Yesus memberikan gambaran mesias sesuai dengan gambaran Allah, bukan gambaran manusia. Memang terkadang gambaran Allah itu tidak sesuai atau malah bertentangan dengan gambaran manusia.

Dalam Injil ini Tuhan mau memberikan pelajaran kepada kita soal gambaran Allah dan gambaran manusia; kehendak Allah dan kehendak manusia. Tuhan menghendaki agar kita senantiasa mencari dan mengikuti kehendak Allah, bukan memaksakan kehendak diri kita sendiri. Dalam kehidupan kita sering memaksakan kehendak sesuai dengan kemauan kita. Dan tidak jarang dalam pemaksaan itu terjadilah konflik.

Melalui Injil-Nya, Tuhan mengajak kita untuk mau dengan rendah hati menerima kehendak Allah dalam kehidupan kita.

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar