Dari hasil hitungan cepat dan didukung oleh keputusan
KPUD hari Sabtu, pemenang pemilukada DKI Jakarta adalah pasangan Jokowi dan
Ahok. Kemenangan ini mempunyai banyak arti, tergantung dari mana kita
melihatnya. Dalam tulisan ini saya mau mengupas arti kemenangan tersebut
bertitik tolak dari pernyataan DR Marzuki Alie dan Haji Rhoma Irama.
Marzuki Alie: Al-Quran sebagai
Pedoman Memilih
Sebelum memasuki masa kampanye pemilukada DKI putaran
kedua, pasangan Jokowi – Basuki mendapat serangan black campaign. Isu yang dilontarkan adalah soal agama; dan yang
melontarkannya adalah Haji Rhoma Irama dan DR Marzuki Alie.
Memang apa yang dilakukan oleh Rhoma Irama dan Marzuki
Alie bukanlah suatu bentuk kampanye. Mereka tidak dengan terang-terangan
mengajak masyarakat, khususnya umat muslim, untuk memilih pasangan Foke – Nara.
Mereka hanya secara terselubung mencegah umat islam untuk memilih pasangan
Jokowi dan Ahok. Tidak memilih Jokowi – Ahok sama artinya memilih Foke – Nara.
Untuk menguatkan tujuannya ini Rhoma Irama malah sampai tega menebarkan fitnah
kepada Jokowi.
Untuk meneguhkan pernyataan terselubung agar memilih
pasangan Foke – Nara dan menolak (tidak memilih) pasangan Jokowi – Basuki,
kedua tokoh panutan ini menggunakan al-quran sebagai dasar pembenarannya. Bagi
mereka berdua al-quran merupakan pedoman dalam memilih pemimpin. Al-quran
mengajarkan agar umat islam memilih pimpinan yang seiman/seagama (baca:
beragama islam). Artinya, umat islam disarankan untuk memilih pemimpin yang
beragama islam. Semua orang islam terikat kewajiban untuk mengikuti apa yang
dikatakan oleh al-quran. Al-quran adalah pedoman hidup umat muslim, selain
hadits nabi. Jadi, seperti yang dikatakan oleh Marzuki Alie, seseorang yang
mengaku dirinya islam akan patuh pada ajaran al-quran. Berkaitan dengan
pemilukada DKI Jakarta ini artinya orang islam akan memilih pasangan nomor urut
satu, yaitu Foke – Nara.
Mengapa? Dari dua kandidat calon gubernur dan wakil
gubernur DKI Jakarta, pasangan nomor urut satu yang murni beragama islam. Baik
calon gubernur maupun calon wakil gubernur sama-sama beragama islam. Sementara
pasangan lain, Jokowi dan Ahok, dilihat tidak murni alias pincang. Jokowi
memang beragama islam, tapi Ahok bukan islam, melainkan kristen. Malah Haji
Rhoma Irama mengatakan bahwa orang tua Jokowi beragama kristen. Tentulah
pernyataan ini untuk mempengaruhi pikiran orang. Karena itu, orang islam, yang
benar-benar islam, karena taat setia berpegang pada al-quran, tidak akan
memilih pasangan nomor urut tiga, yaitu pasangan Jokowi dan Basuki. Al-quran
tidak menganjurkan. Al-quran mengajarkan untuk memilih pasangan yang beragama
islam. Maka, orang yang benar-benar islam akan melaksanakan ajaran al-quran
dengan memilih pasangan Foke – Nara.
Tapi apa yang terjadi? Pasangan Foke – Nara, sekalipun
asli Betawi, kalah. Dan yang menang adalah pasangan Jokowi – Ahok. Ada apa ini?
Makna Kemenangan Jokowi – Basuki
Sampai dengan pukul 17.00 WIB, semua hasil perhitungan
cepat pada tanggal 20 September menunjukkan kemenangan pasangan Jokowi dan
Basuki. Hasil ini diperkuat lagi dengan keputusan KPUD yang baru menyelesaikan
perhitungannya 28 September, di mana pasangan Jokowi – Ahok mendapat 53,82 %
suara sedangkan pasangan Foke – Nara memperoleh 46,17% suara. Publik akhirnya
tahu Jokowi dan Ahok adalah pemenang pemilukada DKI Jakarta. Merekalah yang
pantas dan layak menduduki kursi DKI-1.
Dikaitkan dengan uraian di atas, apa arti kemenangan
Jokowi dan Basuki ini? Saya melihat ada 3 arti kemenangan pasangan ini.
1.
Ada
kemungkinan umat beragama islam tidak sebanyak yang diperkirakan. Padahal
Lembaga Survei Indonesia mengungkapkan bahwa pemilih muslim DKI sebanyak 85
persen. Jika semua suara itu (85 persen) masuk ke pasangan Foke – Nara,
tentulah pasangan ini otomatis menang. Tentu ini mengandaikan umat islam taat
setia pada al-qurannya. Apalagi pasangan Foke – Nara pernah mendapat dukungan
dari kelompok etnis Tionghoa.
2.
Ada 85
persen suara pemilih islam dan Jokowi – Ahok yang menang. Ini memperlihatkan
ada atau bahkan banyak orang islam yang memilih pasangan Jokowi – Basuki.
Mungkin hal ini dapat diartikan bahwa orang islam ini tidak benar-benar islam,
karena tidak taat pada perintah al-quran; mereka tidak mengindahkan ajaran
al-quran. Muncul pertanyaan: apakah al-quran tidak lagi memiliki “nilai” jualnya
ataukah ia tidak bisa dijadikan pedoman untuk dunia sekuler?
3.
Selain dua
arti di atas, arti terpenting dari kemenangan pasangan Jokowi dan Ahok adalah
pemilih Jakarta sudah cerdas. Sekalipun Haji
Rhoma Irama dan DR Marzuki Alie membawa masalah ini ke ranah
agama, masyarakat benar-benar tidak terpancing. Mereka sama sekali tidak
terpengaruh. Rakyat sudah sungguh cerdas. Mereka tahu mana yang baik dan layak.
Masyarakat tidak mau dibodoh-bodohi oleh orang-orang pintar, terhormat dan
terpandang. Hati nurani masyarakat sungguh berperan. Karena itulah, kemenangan
ini merupakan juga kemenangan rakyat dan kemenangan hati nurani
Saya tidak tahu bagaimana nasib Haji Rhoma Irama dan
DR Marzuki Alie. Sampai saat ini belum ada tanggapan dari mereka atas
kemenangan pasangan Jokowi dan Basuki ini. Balum ada reaksi dari mereka. Apakah
mereka masih di Jakarta atau sudah pindah ke provinsi lain, mencari pemimpin
(gubernur dan wakil gubernur) yang seagama dengannya.
Tg Balai Karimun, 28 September
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar