Renungan Hari Rabu Pekan Biasa XVIII B/II
Bac I : Yer. 31: 1 – 7; Injil Mat 15: 21 – 28
Injil hari ini berkisah tentang penyembuhan atas seorang anak perempuan yang kerasukan setan. Dampak dari kerasukan itu adalah penderitaan yang amat sangat. Ibu anak itu sangat mencintai putrinya. Maka ia mulai mencari pertolongan. Sepertinya ia sudah mengenal siapa itu Yesus dan tahu bahwa Yesus dapat menyembuhkan putrinya. Pada Yesus ada kesembuhan. Karena itu, ia pun datang kepada Yesus.
Kisah ini menjadi menarik jika kita tahu siapa ibu yang meminta kesembuhan putrinya. Ia adalah orang Kanaan. Orang Kanaan tidak termasuk ke dalam dua belas suku bangsa Israel. Merek orang luar; bukan Yahudi. Dengan kata lain, kasarnya, mereka adalah orang kafir. Tapi orang kafir ini datang kepada Yesus mohon belas kasihan-Nya untuk putrinya. Ia datang bukan asal datang begitu saja, melainkan datang dengan iman. Iman itulah yang dipuji Yesus. Dan dengan iman itu juga anak perempuannya sembuh.
Apa yang mau disampaikan Tuhan lewat sabda-Nya ini? Ada dua hal yang dapat kita renungkan dan kita hayati dalam kehidupan kita. Pertama, tirulah ibu Kanaan itu. Ia datang kepada Yesus bukan hanya membawa harapan saja, tetapi juga iman. Dalam kehidupan kita tentu pernah mengalami masalah atau persoalan hidup. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk datang kepada Yesus, karena pada-Nya ada keselamatan. Namun seperti wanita Kanaan itu, hendaknya kita datang dengan membawa iman. Kita serahkan permasalahan hidup kita kepada Yesus dan percaya Dia akan menyelesaikannya.
Kedua, belas kasih Allah melampaui batas. Dalam Injil Yesus menunjukkan kepada para murid-Nya bahwa belas kasih Allah bukan hanya monopoli orang Israel saja, melainkan terbuka pada siapa saja yang percaya. Pada kesempatan ini sabda Tuhan mau mengatakan kepada kita bahwa rahmat dan belas kasih Yesus dapat dirasakan oleh siapa saja, meski bukan kristen. Rahmat dan belas kasih Yesus melampaui batas suku, ras, agama dan golongan. Kuncinya ada pada iman kepercayaan.
Pada poin kedua ini Tuhan menghendaki agar kita tidak membangun semangat fanatisme dengan menjelekkan dan menghina sesama. Tuhan justru meminta kita untuk dapat saling menghormati dan saling menghargai. Tuhan tidak mau kita menjadi penghalang bagi rahmat dan belas kasih-Nya untuk sesama. Dan Tuhan mau agar kita meniru teladan-Nya: berbuat baik kepada siapa saja tanpa kenal batas atau sekat.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar