Renungan Hari Sabtu Biasa XI B/II
Bac I : 2Taw 24: 17 – 25 ; Injil : Mat 6: 24 – 34
Kecemasan atau kekhawatiran
merupakan bagian dari hidup manusia. Setiap manusia pasti pernah mengalami
kekhawatiran. Semua manusia pasti pernah merasakan kecemasan, entah kecemasan
akan dirinya sendiri atau juga kecemasan akan orang lain yang dikasihi.
Hari ini, melanjutkan
pengajaran-Nya di Bukit, Yesus memberikan pelajaran tentang kekhawatiran atau
kecemasan. Meskipun kecemasan, kegelisahan dan kekhawatiran itu merupakan
bagian dari hidup, Yesus menghendaki agar kita dapat/mau menyangkalnya.
"Jangan khawatir....!" Demikian sabda Yesus.
Tentulah Yesus tidak
memaksudkan pengajaran-Nya secara hurufiah. Bukan maksud Yesus agar kita tidak
perlu membangun sebuah rencana atau cita-cita di masa depan. Masalah ini tentu
menarik kalau kita renungkan tersendiri.
Namun, di balik sabda-Nya
yang tersurat, ada dua hal yang sebenarnya mau disampaikan Yesus. Pertama,
adalah soal rasa syukur. Kita diajak untuk selalu bersyukur atas apa yang kita
dapat hari ini. Berkaitan dengan ini kita tentu ingat akan sabda Yesus beberapa
hari yang lalu, masih dalam konteks sabda-Nya di Bukit. Dalam pengajaran-Nya
tentang doa, Yesus memberikan contoh doa, yaitu doa Bapa Kami. Dalam doa itu
dikatakan, "Berilah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya..." Dalam doa itu Yesus menanamkan rasa syukur atas hari ini.
Hal yang sama juga dalam pengajaran tentang harta.
Kedua, adalah soal iman. Di
sini iman dimengerti sebagai sikap berserah diri kepada penyelenggaraan ilahi.
Sikap iman ini dapat kita temui dalam diri Bunda Maria, "Terjadilah padaku
menurut kehendak-Mu." Nah, dalam sabda-Nya tentang kekhawatiran, Yesus mau
menekankan soal beriman ini. Yesus menunjuk kepada dunia hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Sikap seperti itulah yang hendaknya dibangun dalam hidup
manusia.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar