Minggu, 18 Maret 2012

MINGGU SUKA CITA

Minggu prapaskah, dalam tradisi Gereja Katolik, dikenal sebagai minggu suka cita. Warna liturgi yang bisa dipakai adalah warna pink, sekedar untuk menggantikan warna liturgi prapaskah umumnya, yaitu ungu. Pada minggu prapaskah keempat ini juga Gereja mengizinkan umatnya untuk menghiasi daerah seputar altar dengan bunga atau kembang. Semua ini sebagai ungkapan suka cita atau kegembiraan.

Kenapa umat bergembira di masa prapaskah ini? Mengapa minggu prapaskah keempat disebut minggu suka cita??

Alasannya adalah karena umat sudah separoh jalan masa prapaskah. Umat sudah melewati masa prapaskah dengan puasa, pantang dan derma selama 3 (tiga) minggu dari 6 (enam) minggu yang disediakan Gereja sebagai persiapan. Atas "keberhasilan" itulah Gereja mengajak umatnya sejenak untuk bergembira dengan tetap menyadari bahwa masih ada 2 (dua) minggu lagi persiapan.

Lantas ada yang bertanya, kalau minggu keempat ini umat diajak untuk bergembira, apakah diperbolehkan memberkati pernikahan?

Yang perlu diingat adalah suka cita dalam minggu prapaskah keempat ini adalah suka cita iman, berbeda dengan suka cita pemberkatan nikah yang adalah suka cita duniawi. Bukan rahasia lagi bahwa pernikahan identik dengan pesta dan acara makan-makan. Kegembiraan diungkapan dengan pesta dan makan-makan yang jelas bertentangan dengan makna prapaskah itu sendiri. Kegembiraan minggu suka cita hanya diungkapkan dengan warna liturgi, hiasan dan ungkapan syukur.

Dengan dasar inilah Gereja tetap melarang diadakannya upacara pemberkatan nikah pada minggu prapaskah, sekalipun minggu prapaskah keempat yang dikenal sebagai minggu suka cita. Meskipun orang berkata bahwa setelah upacara pemberkatan tidak ada acara pesta-pesta dan makan-makan, Gereja tetap melarang agar tidak menimbulkan skandal bagi umat lain. Untuk itu, Gereja sangat menghimbau umatnya agar bisa mengatur rencana pernikahannya.

Balai, 18 Maret 2012
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar