Minggu, 27 Juni 2021

TELAAH ATAS SURAH ALI IMRAN AYAT 24


 

Hal itu adalah karena mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.” Mereka terpedaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan. [QS 3: 24]

Bagi umat islam, Al-Qur’an diyakini sebagai pusat spiritualitas hidupnya. Ia dipercaya sebagai wahyu Allah yang disampaikan langsung kepada nabi Muhammad SAW (570 – 632 M). Kepercayaan ini didasarkan pada perkataan Allah sendiri yang banyak tersebar dalam Al-Qur’an. Karena Allah itu mahabenar, maka perkataan-Nya, yang tertulis di dalam Al-Qur’an adalah juga benar. Hal inilah yang kemudian membuat Al-Qur’an dikenal sebagai kitab kebenaran. Jika ditanya kepada umat islam kenapa begitu, pastilah mereka menjawab karena itulah yang dikatakan Al-Qur’an.

Berangkat dari premis ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa yang tertulis di atas, semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian ditulis oleh manusia. Seperti itulah kata-kata Allah. Karena surah ini masuk dalam kelompok surah Madaniyyah, maka bisa dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini saat Muhammad ada di Madinah.

Selain sebagai kitab kebenaran, Al-Qur’an diyakini juga sebagai kitab yang jelas, kitab yang memberi keterangan yang jelas. Hal ini dikatakan sendiri oleh Allah. dan dasarnya adalah karena Allah yang memberikan keterangan itu adalah Allah yang mahateliti. Dalam Al-Qur’an sifat Allah mahateliti ini disebut sebanyak 25 kali. Ketelitian Allah inilah yang membuat Al-Qur’an menjadi kitab yang jelas.

Jika kita mencermati dan merenungkan wahyu Allah di atas dengan pikiran jernih, maka dapat dikatakan bahwa waktu itu Allah menyampaikan kepada Muhammad sebuah pernyataan orang. Mungkin pernyataan itu disampaikan kepada Muhammad atau juga umat muslim. Ada kesan bahwa pernyataan itu membahayakan keimanan islam. Karena itulah, setelah menyampaikan pernyataan orang itu, Allah lantas menegaskan orang tersebut (yang membuat pernyataan tadi) terpedaya oleh keyakinan mereka sendiri.

Ada satu pertanyaan kecil yang dapat kita ajukan terkait kutipan wahyu Allah di atas. Siapa yang dimaksud dengan kata “mereka” itu? Dalam wahyu tersebut tampak jelas bahwa pernyataan “api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja” lahir dari “mereka”, dan Allah menegaskan bahwa mereka itu terpedaya oleh agama mereka sendiri. Siapakah mereka itu? Ayat 24 sama sekali tidak memberikan jawaban.

Kemungkinan yang dimaksud dengan “mereka” ini adalah orang-orang yang telah diberi Kitab Taurat. Ini kalau kita merujuk ke ayat 23. Dan bila memang demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “mereka” itu adalah orang Yahudi, karena hanya orang Yahudi yang menerima Kitab Taurat. Dalam Al-Qur’an juga ditegaskan bahwa Kitab Taurat selalu dikaitkan dengan orang Yahudi (kalau orang Kristen dikaitkan dengan Injil). Jadi, dengan kata lain, kita bisa mengatakan bahwa yang membuat pernyataan itu adalah orang Yahudi; dan kebetulan orang Yahudi juga ada di Madinah. Orang Yahudi ini mengatakan kepada Muhammad atau umat islam, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.”

Dari wahyu Allah di atas, secara implisit dinyatakan bahwa pernyataan itu berasal dari ajaran agama Yahudi. Menjadi pertanyaan, benarkah orang Yahudi membuat pernyataan seperti itu? Benarkah pernyataan itu berasal dari ajaran agama Yahudi? Atau benarkah agama Yahudi mengajarkan demikian?

Hampir dapat dipastikan semua itu tidak benar. Dasarnya adalah Kitab Taurat tidak mengenal kata “neraka”. Bahkan kata “neraka” tidak pernah digunakan dalam Alkitab Perjanjian Lama. Kata ini baru muncul pada jaman Yesus atau Isa Almasih (Mrk 9: 43, 45, 47; Mat 5: 22, 29; Luk 12: 5). Jika Kitab Taurat dikaitkan dengan agama dan orang Yahudi, maka haruslah dikatakan bahwa agama Yahudi tidak pernah mengajarkan soal neraka. Dengan demikian, orang Yahudi pun tentulah tidak paham dengan neraka. Karena itu, bagaimana mungkin orang yang tak paham soal neraka berkata bahwa api neraka tidak menyentuhnya atau menyentuhnya hanya beberapa hari saja? Bisa dipastikan bahwa orang Yahudi tidak pernah mengeluarkan pernyataan “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.” karena agama mereka sendiri tidak pernah mengajarkan tentang neraka.

Lantas, kenapa Allah mengatakan bahwa orang Yahudi berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami kecuali beberapa hari saja.”? Kenapa Allah mengatakan bahwa orang Yahudi terpedaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka ada-adakan? Setidaknya ada 2 pendekatan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, dari kutipan wahyu Allah ini, dimana terlihat jelas bahwa tidak benar agama Yahudi mengajarkan soal neraka sehingga tidaklah mungkin orang Yahudi mengeluarkan pernyataan itu, dapatlah disimpulkan bahwa Allah mengada-ada. Bahwa tidak ada satu kata pun kata “neraka” dalam Kitab Taurat atau ajaran agama Yahudi, tapi dikatakan bahwa itu dari sana. Allah membuat yang tidak ada pada ajaran agama lain menjadi sebuah kebenaran pada agama itu.

Kedua, wahyu Allah ini kembali hendak menegaskan salah satu ciri khas Allah islam, yaitu sibuk menanggapi pernyataan-pernyataan orang yang belum jelas juga kebenarannya. Dari kutipan wahyu di atas, dapatlah dikatakan bahwa saat itu Allah mendengar orang Yahudi mengeluarkan pernyataan, yang dirasakan membahayakan keimanan umat islam. Setelah itu, Allah mengomentari pernyataan orang Yahudi itu. Tampak jelas secara implisit bahwa pernyataan orang Yahudi itu merupakan pernyataan resmi ajaran agama, padahal agama Yahudi sendiri tidak pernah mengajarkan soal neraka. Gambaran Allah yang sibuk mengurusi pernyataan-pernyataan orang non muslim banyak ditemukan dalam Al-Qur’an. Dan pernyataan orang itu belum tentu juga merupakan ajaran resmi agamanya. Orang yang ditangapi itu tidak jelas kapasitasnya atau bahwa dapat dipastikan belum terjamin keahliannya. Kalau pun yang disampaikan itu merupakan ajaran resmi, namun dengan pemahaman yang kurang tepat sehingga Allah pun salah paham dalam menanggapinya.

Apa tujuan di balik kutipan wahyu Allah di atas? Baik di Mekkah maupun di Madinah, Muhammad selalu berusaha untuk menanamkan pengaruh kepada orang agar bersedia memeluk islam. Karena itulah, tak heran ada begitu banyak wahyu Allah dengan tipe menanggapi pernyataan orang, yang tak jelas kebenarannya. Artinya, pernyataan-pernyataan orang itu belum terjamin kebenaran dan kepastiannya, atau malah bahkan tidak benar sama sekali, namun dibuat seolah-olah benar. Lewat tanggapan itu Muhammad mau membangun image bahwa pemikiran orang lain itu salah, dan yang benar ada pada dirinya.

Dabo Singkep, 22 Maret 2021

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar