Jumat, 25 Juni 2021

AYAT-AYAT INI BUAT ORANG RAGUKAN AL-QUR’AN

 


Al-Qur’an pusat spiritualitas umat islam. Iman dan hidup umat islam bersandar padanya, selain pada hadis. Umat islam yakin bahwa AL-Qur’an adalah kitab suci yang berisi kata-kata Allah SWT. Kata-kata atau wahyu Allah ini diberikan kepada nabi Muhammad SAW secara langsung. Prosesnya kurang lebih seperti ini: Allah bersabda kepada nabi Muhammad, lalu nabi meminta orang untuk menulisnya, karena katanya Muhammad tidak bisa baca tulis (meski ada wahyu yang mengindikasikan dia bisa membaca). Setiap wahyu Allah kepada nabi Muhammad, langsung ditulis. Dan setelah dikumpulkan, jadilah Al-Qur’an seperti yang ada sekarang ini.

Itulah keyakinan umat islam, yaitu bahwa Al-Qur’an sungguh merupakan perkataan Allah SWT. Karena Allah SWT itu adalah maha sempurna, maka Al-Qur’an juga adalah kitab yang sempurna, dan agama islam, yang berlandaskan pada Al-Qur’an, adalah agama yang sempurna. Tidak heran banyak umat islam menggunakan Al-Qur’an sebagai tolok ukur menilai agama, kitab suci dan orang lain. Dengan dasar Al-Qur’an mereka mengatakan orang non islam itu kafir dan agamanya pun kafir, dan orang kafir pasti masuk neraka. Umat islam juga memakai Al-Qur’an untuk mengatakan bahwa kitab suci orang Yahudi dan Kristen sudah tak asli lagi, alias palsu.

Keyakinan umat islam ini, terlepas baik atau tidak baik, benar atau tidak benar, memang harus dihormati. Namun sering terjadi bahwa banyak keyakinan dalam hidup tidak ditunjang dengan ulasan rasional. Artinya, keyakinan itu tidak mempunyai dasar rasional sehingga ia menjadi keyakinan buta. Malah jika keyakinan itu ditelaah atau dikritisi dengan akal budi, maka keyakinan itu bisa luntur. Demikian pula halnya dengan keyakinan umat islam akan Al-Qur’an. Tidak ada kesepakatan di antara pemeluk islam soal dimana letak kesempurnaan Al-Qur’an. Jika memang Al-Qur’an adalah kitab yang sempurna, maka di dalamnya tidak akan ada kekeliruan, kesalahan bahkan kebingungan. Satu saja kesalahan atau kekeliruan membuat argumentasi Al-Qur’an sebagai kitab yang sempurna menjadi runtuh.

Orang yang biasa menggunakan akal sehat, tentu tidak begitu mudah percaya akan setiap argumentasi sebelum argumen tersebut dikritisi atau dibuktikan. Nah, jika Al-Qur’an dikritisi dengan akal sehat, maka akan ditemukan begitu banyak kejanggalan yang membingungkan. Berikut ini beberapa tema dalam Al-Qur’an yang membingungkan orang yang berakal sehat, sehingga tak heran bila patut meragukannya.

1.    Ayat-ayat geosentris

Yang dimaksud dengan “ayat geosentris” adalah wahyu Allah yang menyatakan bahwa bumilah pusat alam semesta bukan matahari. Hal ini ditandai dengan apa yang terlihat oleh pandangan mata manusia, yaitu matahari bergerak dan berpindah dari satu titik (timur) ke titik yang lain (barat). Ada 9 ayat yang menyatakan bahwa matahari beredar dan berpindah seperti yang dipahami itu. Kesembilan “ayat geosentris” itu adalah QS ar-Rad: 2; QS Ibrahim: 33; QS al-Anbiya: 33; QS Luqman: 29; QS Fatir: 13; QS Yasin: 38, 40; dan QS az-Zumar: 5.

Sekalipun jelas-jelas salah, tetap saja umat islam percaya Al-Qur’an tidak salah. Mereka mengatakan bahwa kesembilan ayat itu mau menggambarkan pergerakan matahari dan benda-benda langit lainnya dalam kesatuan galaksi Bima Sakti. Jadi, bukan pergerakan matahari yang dipahami dalam teori geosentris. Demikianlah pembelaan umat islam akan kebenaran warta Al-Qur’an.

Mengaitkan “ayat geosentris” ini dengan pergerakan matahari dan benda-benda langit lainnya dalam kesatuan galaksi Bima Sakti bukanlah menunjukkan kebenaran Al-Qur’an, tetapi hanya sebagai pembenaran Al-Qur’an. Harus disadari dan juga dipahami bahwa pembenaran bukanlah kebenaran, atau pembenaran itu tidak sama artinya dengan kebenaran. Pembenaran itu merupakan suatu upaya membuat seolah-olah benar. Jadi, pada dasarnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar.

Jika memang kesembilan ayat itu menggambarkan pergerakan matahari dan benda-benda langit lainnya dalam kesatuan galaksi Bima Sakti, sudah seharusnya Allah langsung menyatakan demikian. Artinya, frase “galaksi Bima Sakti” harus sudah tercantum atau tertulis di dalam Al-Qur’an. Bukankah Allah yang berfirman itu adalah Allah yang maha mengetahui dan mahateliti? Bukankah Allah telah berkata, “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit.” (QS Ali Imran 5)? Namun faktanya, tidak ada kata-kata “galaksi bima sakti”. Hal itu menunjukkan bahwa “ayat geosentris” sama sekali tidak memaksudkan dengan pergerakan matahari dan benda-benda langit lainnya dalam kesatuan galaksi Bima Sakti. Waktu itu Muhammad dan semua orang lainnya sama-sama melihat bahwa matahari dan bulan berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain. Jadi, bila dikatakan “matahari dan bulan beredar pada garis edarnya” itu dipahami bahwa matahari (saat siang) dan bulan (saat malam) bergerak dari sisi timur menuju sisi barat. Dan karena dilihat sekilas pergerakannya tetap, sehingga disimpulkan ada garis edarnya. Jadi, sama sekali tidak ada maksud dengan pergerakan matahari dan benda-benda langit lainnya dalam kesatuan galaksi Bima Sakti.

2.    Ayat-ayat jadinya manusia

Dalam Al-Qur’an terlihat jelas Allah menerangkan kepada Muhammad bagaimana proses terbentuknya manusia. Setidaknya ada beberapa wahyu Allah yang dapat dijadikan rujukan akan hal tersebut, misalnya QS al-Hajj: 5; QS al-Mukminun: 12 – 14; QS Furqan: 54; QS Fatir: 11 dan QS al-Mukmin: 67. Perlu disadari bahwa kutipan-kutipan wahyu Allah ini bukan menjelaskan proses terbentuknya Adam.

Dari kutipan-kutipan wahyu Allah itu tampak jelas bahwa informasi terbentunya manusia selalu berubah-ubah. Tidak ada ketetapan. Sekali waktu Allah bilang manusia itu berasal dari air saja, di waktu lain bilang dari air mani saja, sementara dan di lain waktu lagi selain menyebut air mania da juga beberapa unsur pelengkap. Jika Al-Qur’an itu sungguh sempurna, maka seharusnya informasi yang diberikan haruslah utuh. Bagaimana mungkin Allah yang sempurna dan mahatahu bisa berbeda-beda dalam memberi informasi.

Selain itu, yang membuat orang waras kebingungan adalah pernyataan bahwa manusia terbentuk dari campuran tanah dan air mani yang kemudian diletakkan dalam rahim. Susah membayangkan bagaimana memasukkan tanah ke dalam rahim ibu melalui liang vagina saat bersenggama. Siapa yang memasukkan tanah itu, apakah Allah atau pria yang sedang bersetubuh? Bagi orang yang masih punya nalar, tentulah akan mengatakan bahwa wahyu Allah ini salah. Dari pengetahuan sekarang diketahui bahwa manusia itu berawal dari pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum), yang disebuat zygot. Sama sekali tidak ada tanah. Bagaimana mungkin Allah yang mahatahu tidak tahu persis hal ini?

Hal lain yang bila dikritisi dengan akal budi membuat argumen Al-Qur’an sebagai kitab yang sempurna runtuh adalah soal air mani. Ilmu pengetahuan sekarang membedakan air mani dan sperma. Air mani adalah cairan yang keluar saat ejakulasi, sedangkan sperma merupakan sel yang terkandung di dalamnya. Yang terlihat oleh mata manusia adalah air mani, sedangkan sperma sama sekali tidak bisa dilihat secara langsung. Yang membuat kehamilan bukan air mani, tetapi inti sperma. Jika memang Allah itu maha melihat dan mahatahu, maka seharusnya Allah langsung menyebut bahwa manusia itu dijadikan dari sperma, bukan air mani.

3.    Ayat kematian Yesus

Umat islam menyebut Yesus sebagai Isa Al-Masih. Dia dipercaya sebagai nabi. Sekalipun gambaran tentang Yesus dalam Al-Qur’an lebih luar biasa dibandingkan Muhammad, dalam kenyataan umat islam lebih mengagung-agungkan Muhammad. Dan umat islam percaya kalau Yesus tidak mati di kayu salib sebagaimana yang diimani umat Kristen. Kepercayaan umat islam ini didasarkan pada wahyu Allah dalam Al-Qur’an. Dikatakan bahwa yang mati itu adalah orang yang mirip dengan Yesus.

Bagi orang yang masih punya akal budi tentulah wahyu Allah ini sungguh tidak masuk akal. Mereka mengatakan bahwa yang mati di kayu salib itu adalah Yesus merupakan fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Kisah kematian Yesus di kayu salib dapat ditemui dalam catatan sejarah, baik yang ditulis oleh orang Kristen maupun orang non kristiani. Perlu diketahui, peristiwa penyaliban Yesus terjadi sekitar tahun 33 Masehi, sementara tulisan-tulisan yang memaparkannya ditulis dalam abad I, kecuali satu tulisan (buku Lucianus Samosata) ditulis pada abad II Masehi. Catatan sejarah penyaliban Yesus yang ditulis orang non kristiani, seperti Tacitus (sejarahwan Romawi); Mar bar Serapion (filsuf Siria); Flavius Josephus (sejarahwan Yahudi); Lucianus Samosata (satiris Yunani).

Terlihat jelas bahwa Al-Qur’an, yang baru muncul pada abad VII, bertentangan dengan data sejarah yang sudah ada sebelumnya. Ada kesalahan historis dalam Al-Qur’an. Wahyu Allah yang mengatakan bukan Yesus yang mati di kayu salib, tidak sesuai dengan catatan dan fakta sejarah. Bagaimana mungkin Allah yang maha mengetahui ternyata sungguh tidak tahu? Hal ini membuat argumen bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang sempurna menjadi runtuh.

4.    Ayat-ayat proses hujan

Umat islam yakin bahwa penjelasan dalam Al-Qur’an – yang dalam kacamata sekarang – sering melampaui jamannya. Apa yang terjadi sekarang ini, termasuk fenomena alam, sudah dikatakan dalam Al-Qur’an; dan itu adalah benar. Salah satunya adalah tentang turunnya hujan. Ternyata Allah telah berbicara kepada Muhammad soal hujan. Ada beberapa wahyu Allah yang menjelaskan tentang fenomena alam ini, yakni QS al-Baqarah: 22; QS Ibrahim: 32: QS al-Hijr: 22; QS an-Nahl: 65; dan QS al-Mu’minun: 18. Dalam kutipan Al-Qur’an ini ditegaskan bahwa hujan itu berasal dari langit.

Orang yang menggunakan akal sehat tentu tidak bisa menerima wahyu Allah itu, malah berani menyatakannya salah. Tidak mungkin hujan turun dari langit. Dari ilmu pengetahuan diketahui bahwa hujan itu bermula dari proses kondensasi yang kemudian membentuk awan. Dari awan itulah akhirnya hujan dicurahkan. Jadi, tidak akan ada hujan tanpa ada awan, meski tak semua awan bisa menghasilkan hujan. Namun yang pasti hujan tidak turun dari langit.

Yang menarik adalah bahwa ternyata Allah juga mewahyukan bahwa memang hujan berasal dari awan. Dalam QS ar-Rum: 48 dan QS an-Naba: 14 dikatakan bahwa hujan turun dari awan, bukan dari langit. Wahyu Allah ini sesuai dengan ilmu pengetahuan, dan orang waras dapat menerimanya. Menjadi persoalan, terkait dengan hujan, terlihat jelas Allah bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Bagaimana mungkin Allah yang mahatahu, mahabenar dan maha sempurna gagal memberikan informasi yang benar dan lengkap kepada umat-Nya.

5.    Ayat mutasyabihat

Dalam QS Ali Imran: 7 Allah berfirman bahwa dalam Al-Qur’an ada ayat muhkamat dan ayat mutasyabihat. Artinya, kedua jenis ayat ini sama-sama diwahyukan Allah. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Edisi Terkini Revisi Tahun 2006, pada catatan kaki untuk kedua istilah ini dijelaskan bahwa ayat muhkamat adalah ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah, sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat yang mengandung beberapa pengertian, sulit dipahami atau hanya Allah yang mengetahui. Dalam Al-Qur’an kita bisa menemukan beberapa wahyu Allah yang masuk kategori mutasyabihat. Misalnya, ayat-ayat pembuka di sekitar 25 surah. Pada catatan kaki surah al-Baqarah (no. 4), Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, dikatakan bahwa makna ayat tersebut “hanya Allah yang tahu”.

Bagi orang yang mempunyai akal sehat tentulah hal ini aneh, lucu dan tak masuk akal. Bagaimana mungkin Allah menurunkan wahyu yang maknanya tidak bisa dipahami manusia, kecuali oleh diri-Nya sendiri. Kenapa Allah menyampaikan wahyu yang hanya bisa dimengerti oleh Allah sendiri? Lantas untuk apa wahyu-wahyu tersebut? Apakah hanya sekedar memenuhi Al-Qur’an?

Keberadaan ayat mutasyabihat ini jelas membingungkan. Hal ini seperti guru memberi pelajaran, tapi pelajaran itu cuma dia saja yang bisa paham sedangkan para muridnya tidak sama sekali. Tentulah dalam dunia pendidikan guru seperti ini tidak layak dipakai, atau malah dia bukanlah guru.

DEMIKIANLAH 5 tema yang membuat orang waras meragukan Al-Qur’an. Jika Allah diyakini sebagai mahatahu, mahabenar, mahateliti dan maha sempurna, maka haruslah dikatakan Al-Qur’an itu bukan dari-Nya. Seharusnya isi Al-Qur’an mencerminkan esensi atau sifat-sifat Allah tersebut. Jika Al-Qur’an tetap diyakini berasal dari Allah, maka dapatlah dikatakan Allah itu pembohong dan kurang kerjaan.

Lingga, 16 Mei 2021

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar