Selasa, 02 Juli 2019

PAUS FRANSISKUS: MENJADI ORANG KRISTEN BERARTI TIDAK EGOIS


Menjadi bagian dari komunitas umat kristiani berarti menjadi bagian dari kelompok umat beriman yang menghindari egoisme dan menjadi saksi akan kasih Allah serta mengasihi sesama, demikian kata Paus Fransiskus saat audensi umum mingguan pada 26 Juni. Sementara masyarakat modern lebih menekankan “kepentingan seseorang tanpa mempedulikan kerugian yang dialami orang lain, umat kristen sejati menghindari individualisme agar bisa berbagi dan bersolidaritas,” tekan Paus Fransiskus. “Tidak ada tempat bagi egoisme dalam jiwa orang kristen. Jika hatimu egois, kamu bukan orang kristen, kamu adalah orang di dunia yang hanya mencari keuntungan diri sendiri.”
Sebelum melakukan audensi terakhir menjelang liburan musim panas, Paus Fransiskus bertemu para peziarah yang menderita sakit atau cacat di dalam ruangan agar terhindar dari terik matahari di Roma. Sementara di luar, ketika melanjutkan serangkaian pembicaraan tentang Kisah Para Rasul, Paus Fransiskus merenungkan komunitas umat kristiani perdana di Yerusalem yang saat itu terdiri atas orang-orang yang “merasa hatinya tertusuk oleh pengumuman menggembirakan” tentang penyelamatan Kristus bagi seluruh umat manusia.
Kisah St. Lukas tentang komunitas ini, papar Paus Fransiskus, memberi gambaran sekilas tentang “persekutuan kasih” yang ada dan dibentengi oleh keinginan untuk mendengarkan ajaran apostolik, berbagi kebaikan satu sama lain, berperan-serta dalam perayaan ekaristi dan pertemuan doa. “Inilah sikap orang kristen, empat tanda orang kristen yang baik,” jelas Paus Fransiskus.
Karunia pembaptisan, lanjut Paus Fransiskus, menghapus persaingan antara orang muda dan orang tua, pria dan wanita, kaya dan miskin. “Karunia pembaptisan mengungkap relasi intim antara sesama umat manusia di dalam Kristus yang dipanggil untuk berbagi, menjalin relasi satu sama lain, memberi berdasarkan kebutuhan seseorang,” papar Paus Fransiskus. “Inilah cara mendengar tangisan orang miskin – yang sangat membahagiakan bagi Allah – dan menyerahkan kembali milik Allah kepada-Nya.”
Paus Fransiskus mengakhiri pembicaraannya dengan mengajak umat beriman untuk berdoa agar umat kristen bisa meneladani komunitas perdana dan membuat “perjanjian sejati dengan Allah” sehingga mereka bisa menjadi kekuatan yang menarik dan “meluluhkan hati banyak orang.”
Paus Fransiskus juga berdoa agar Roh Kudus “menyediakan tempat bagi komunitas kita untuk menyambut dan menjalanan kehidupan baru, mengupayakan solidaritas dan persekutuan, tempat dimana liturgi merupakan pertemuan dengan Allah yang kemudian menjadi persekutuan dengan sesama; tempat dimana pintu terbuka menuju Yerusalem yang suci.”

sumber: UCAN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar