Senin, 04 Februari 2019

KECANDUAN BERMAIN GAME SEBAGAI PENYAKIT MENTAL

Setiap manusia tentulah mendambakan kesehatan. Karena manusia itu terdiri dari 3 dimensi, yaitu tubuh, jiwa dan roh (bdk. 1Tes 5: 23), maka kesehatan juga memiliki 3 dimensi. Kesehatan bisa saja meliputi kesehatan fisik, mental (psikis) dan rohani. Manusia yang ideal adalah manusia yang memiliki kesehatan di tiga aspek terebut, yaitu sehat fisik, sehat mental dan sehat rohani. Karena itu, setiap orang hendaknya menjaga agar terjadi keseimbangan dalam tiga aspek tadi.
Gangguan yang terjadi pada ketiga aspek tersebut dapat menimbulkan penyakit. Seseorang yang kurang menjaga kesehatan fisiknya akan mengalami sakit fisik, seperti demam, sakit jantung, stroke, dll. Hal yang sama dengan orang yang tidak menjaga kesehatan rohaninya akan mengalami kekeringan rohani. Demikian pula dengan orang yang tidak menjaga kesehatan mental.
Apa Itu Penyakit Mental
Karena kesehatan mental itu meliputi kondisi emosional, psikologis dan kesejahteraan sosial, maka orang dengan penyakit mental berarti kombinasi dari bagaimana dia berpikir, berperilaku, merasa dan merasakan. Dapat dikatakan juga bahwa penyakit mental, atau biasa juga disebut gangguan mental, merupakan penyakit yang mempengaruhi fungsi otak dengan menggangu keseimbangan kimiawi sehingga menyebabkan penderitaan atau gangguan kemampuan untuk berperan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyakit mental tidak muncul dari hari ke hari yang lain. Seringkali sudah ada indikasi pada tahap awal yang mengisyaratkan perkembangan kelainan mental. Ada berbagai alasan yang bisa menjelaskan mengapa dan bagaimana penyakit mental berkembang atau dipicu. Umumnya karena terjadi kerusakan pada otak atau terjadi perubahan hormon. Selain itu, pengalaman traumatis juga dapat menimbulkan penyakit mental.
Siapa saja dapat terkena penyakit mental. Vonis penyakit mental hanya dapat diberikan oleh orang ahli. Akan tetapi, kita dapat mengetahui penyakit mental ini dari gejala-gejala awal. Berikut ini beberapa tanda-tanda awal dari penyakit mental:
v Merokok, minum, atau menggunakan obat dengan dosis yang tidak sesuai
v Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman
v Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam relasi
v Mengalami rasa sakit dan nyeri
v Makan atau tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
v Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari
v Tidak mampu melakukan tugas sehari-hari, seperti mengurus anak atau bekerja dan pergi ke sekolah
v Perubahan drastis dalam kebiasaan makan
v Perubahan gairah seks
Kecanduan Game Adalah Penyakit Mental
Pada tanggal 18 Juni 2018, Oraganisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi telah menetapkan kecanduan bermain game sebagai penyakit gangguan mental. WHO memasukkannya ke daftar penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan, menyerupai kecanduan alkohol dan obat-obatan. Kecanduan di sini dipahami sebagai perilaku bermain game yang dilakukan berulang, gigih hingga menomor-duakan kepentingan lainnya. Secara sederhana, Richard Graham, dokter spesialis kecanduan teknologi Rumah Sakit Nightgale di London, menggambarkannya dengan gangguan pola tidur, makan hingga sosialisasi.
Game yang dimaksudkan WHO ini tidak hanya sebatas game online saja, melainkan juga game offline. Jadi, penyakit mental ini menyentuh setiap orang yang bermain game. Akan tetapi, bukan berarti setiap orang yang bermain game otomatis disebut penderita gangguan mental. Setidaknya ada lima indikasi seseorang dikatakan sudah kecanduan game.
1.    Intensitas atau frekuensi bermain
Tolok ukur orang yang sudah kecanduan bermain game adalah intensitas bermainnya yang sangat tinggi. Mereka tidak dapat mengontrol hasratnya untuk bermain game, entah sendirian maupun kelompok. Hampir seluruh waktu tersita hanya untuk bermain game.
2.    Bermain game menjadi prioritas utama
Orang yang sudah kecanduan game akan lebih mementingkan game daripada aktivitas lain, bahkan aktivitas yang sangat penting seperti makan dan tidur. Bagi mereka bermain game adalah segalanya, sehingga dengan mudah melupakan kegiatan lainnya. Makan dan tidur biasanya hanya ala-kadarnya saja, dan kemudian melanjutkan permainan game-nya. Selain itu, pecandu game akan marah (mudah tersinggung) jika ditegur atau diminta berhenti bermain game.
3.    Tetap bermain walau tahu ada resikonya
Pada umumnya para pemain game yang sudah kecanduan tahu akan dampak buruk dari kebiasaan bermain game itu, misalnya bagi kesehatan fisik. Akan tetapi, berhubung game sudah menjadi segala-galanya, maka mereka akan mengabaikannya dan tetap meneruskan permainannya. Dengan kata lain, kecanduan membuat mereka tidak lagi memikirkan soal bahaya dari kegiatannya sekalipun mereka tahu akan bahayanya.
4.    Tetap memikirkan game sekalipun melakukan aktivitas lain
Pecandu game akan selalu memikirkan game yang pernah atau sedang dimainkannya, sekalipun dirinya sedang melakukan aktivitas lain. Artinya, pada saat melakukan aktivitas lain selain bermain game, hanya tubuhnya saja yang ada sementara hati dan pikirannya berada pada game.
Kompilasi Penyakit Mental
Untuk bisa dikategorikan sebagai penyakit mental, perilaku kecanduan bermain game itu secara signifikan telah merusak fungsi-fungsi normal dalam hal personal, sosial, pendidikan, pekerjaan atau area penting lainnya selama sekitar 12 bulan. Dengan kata lain, kepribadian seorang pecandu game sudah tidak normal (tidak seperti biasanya), relasi sosialnya terbatas, prestasi pendidikan atau pekerjaannya menurun.
Secara umum penyakit gangguan mental dapat menjadi penyebab utama dari tindakan menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, serta penyalah-gunaan alkohol dan obat-obatan. Dari sini akan muncullah berbagai persoalan hidup seperti:
Ø  Ketidak-bahagiaan dan penurunan kenikmatan hidup
Ø  Konflik keluarga
Ø  Sulit berhubungan dengan orang lain
Ø  Isolasi sosial
Ø  Masalah narkoba
Ø  Bolos kerja / sekolah, atau masalah lain yang terkait dengan pekerjaan / sekolah
Ø  Masalah hukum dan keuangan
Ø  Menyakiti diri dan merugikan orang lain
Ø  Sistem kekebalan tubuh lemah sehingga tubuh kesulitan menghadapi infeksi
Ø  Penyakit jantung dan kondisi medis lainnya
Kecanduan Game Lebih Berbahaya daripada Narkoba
Sekalipun sama-sama dapat menyebabkan gangguan mental, namun kecanduan game ini jauh lebih berbahaya daripada narkoba. Alasannya sangat sederhana. Meski sudah dinyatakan resmi bahwa kecanduan bermain game sebagai penyakit mental, namun hingga saat ini tidak ada hukum yang melarang orang untuk bermain game. Artinya, pecandu game tetap dapat bermain game, kapan dan dimana saja, tanpa dipusingkan dengan penangkapan oleh aparat hukum. Pecandu game tidak dapat dijerat dengan hukum.
Berbeda dengan narkoba. Orang yang sudah kecanduan narkoba harus berusaha sembunyi-sembunyi untuk melakukan aktivitasnya tersebut. Mereka tidak dapat dengan leluasa menggunakan narkoba, karena akan berurusan dengan polisi. Jadi, jika pecandu game dapat melakukan aktivitasnya di depan polisi sekalipun, jangan coba-coba dengan pecandu narkoba.
Larangan terhadap kecanduan game ini hanya sebatas himbauan. Tidak ada sanksi hukum bagi para pecandu game. Untuk itu, peran orangtua dalam usaha memberikan penyadaran kepada anak-anak sangat dibutuhkan. Orangtua harus berusaha supaya sejak dini anak dibatasi dalam bermain game, baik yang online maupun offline. Anak-anak harus diajak untuk bersosialisasi dengan lingkungan sosialnya, serta membiasakan mereka untuk melakukan aktivitas gerak.
Pencegahan bahaya penyakit mental yang disebabkan kecanduan game ini memang harus dimulai sejak anak-anak. Paul Hokemeyer Ph.D, seorang terapis kecanduan, mengatakan bahwa secara alami otak anak dan remaja lebih gampang menyerap kegembiaraan dan stimulasi berlebihan. Maka, jika sejak usia anak sudah terbiasa bermain game, cepat atau lambat anak akan menjadi kecanduan. Penyakit mentalnya kemungkinan baru muncul ketika anak memasuki usia remaja atau usia produktif.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya berani bertindak tegas terhadap anaknya dalam usaha mereka membatasi permainan game anak-anaknya. Sikap permisif dapat membuat mereka jatuh ke dalam kecanduan game. Dan ini akan merusak masa depannya.
Dabo, 12 Januari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar