Tulisan
ini pernah dijadikan materi pertemuan dengan OMK wilayah Koba dan stasi Trubus
pada 13 Februari 2017 di Gereja St. Fransiskus Xaverius. Selain itu materi yang
sama diberikan juga kepada OMK wilayah Toboali – Rias pada 25 Februari di ruang
kelas SD Karya, Toboali. Sedianya materi disajikan dalam bentuk powerpoint.
Gadget, Medsos dan Kaum Muda
Dari
data survey pengguna HP/gadget dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 jumlah
pengguna HP di Indonesia sebesar 338.948.340, sementara jumlah penduduknya 255 juta.
Kesimpulan sederhana yang dapat ditarik adalah jumlah HP jauh lebih banyak dari
jumlah penduduk. Setiap warga Indonesia, bahkan yang baru lahir sekalipun,
sudah mempunyai HP. Dan jika anak usia balita dan orangtua lansia umur 75 tahun
ke atas tidak menggunakan HP, bisa diperkirakan bahwa setiap orang memiliki 2
HP.
Ini
menunjukkan betapa HP telah merasuk kehidupan manusia. Seakan manusia tidak
bisa lepas dari HP. Inilah yang dikatakan serangan gadget. Sepertinya manusia
senang mendapat serangan ini.
Keberadaan
gadget semakin menguasai hidup manusia ketika internet masuk dan menjadi
pelengkap dari gadget. Internet menjadi jembatan antara gadget dan media
sosial. Gadget merupakan pintu masuk ke media sosial. Hal ini membuat dunia
menjadi kecil dan ada dalam genggaman tangan manusia. Kapan dan dimana saja
orang dapat terhubung dengan siapa saja di belahan bumi ini.
Dari
data survei pengguna internet di Indonesia diketahui bahwa pada tahun 2015 ada
132,7 juta orang Indonesia yang menggunakan internet, atau 51,8% dari jumlah
penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, pengguna terbesar gadget, yang terkoneksi
dengan internet, adalah kaum muda (usia antara 13 – 25 tahun). Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah bahwa dunia kaum muda ada di media sosial. Dari sini
muncul fenomena generasi jempol. Generasi
jempol ini merujuk pada kemahiran anak-anak muda dalam memainkan jempolnya di
gadget. Aktivitas ini bahkan membuat mereka terputus dari situasi sosialnya.
Pada
salah satu tulisan di KOMPAS 31 Desember 2016 diungkapkan sebuah survei
ketergantungan orang pada gadget. Dikatakan bahwa tiap orang akan mengecek
gadget (medsos) sebanyak 85 kali sehari. Jika waktu jaga normal itu 16 jam,
maka waktu orang bersama gadget (medsos) adalah 5,3 jam. Artinya, setiap 11
menit orang akan mengecek gadgetnya.
Ketergantungan
manusia pada gadget (media sosial) bukanlah sesuatu hal yang buruk. Akan
tetapi, aktivitas orang di media sosial seringkali menimbulkan tanda tanya.
Banyak keanehan terlihat di sana. Berikut ini akan disajikan beberapa keanehan
aktivitas manusia di media sosial.
1. Banyak Status Penuh Emosi
Tanpa Rasio
Sering
dijumpai orang mengungkapkan kemarahannya di akun media sosialnya, baik di twitter, facebook, atau juga media
sosial lainnya. Membaca status-status penuh emosi ini, dapat dikatakan bahwa
caci-maki begitu mudah dan murah. Menjadi pertanyaan, jika kita sedang marah
kepada seseorang, kenapa harus diumbar ke publik. Kenapa orang lain, yang tidak
tahu apa-apa, seakan dipaksa menjadi harus tahu.
Sebagai
contoh, di sebuah paroki ada segelintir umat tidak suka dengan kebijakan pastor
paroki yang baru. Mereka ini adalah loyalis pastor paroki yang lama. Sangat
miris ketika ketidaksukaan itu diungkapkan dengan nada emosional di media
sosial. Umat mencaci-maki pastor parokinya di media sosial, dimana
pertemanannya di media sosial tidak hanya sebatas orang katolik saja, melainkan
orang non katolik juga. Apakah mereka ini sedang memamerkan kehebatannya atau
kebodohannya?
Selain
caci-maki, fenomena kekerasan juga menjadi tayangan murahan. Setiap adegan
kekerasan direkam dan kemudian di-upload di
media sosial.
2. Ruang Privat Jadi Umum
Privat
atau privasi adalah sesuatu yang bersifat pribadi. Hanya diri orang yang
bersangkutan yang mengetahuinya. Biasanya orang akan menutup atau
menyembunyikan sesuatu yang bersifat pribadi supaya tidak diketahui orang lain.
Ada perasaan malu jika hal yang pribadi itu diketahui orang lain.
Akan
tetapi, dengan maraknya gadget dan media sosial ini, ruang privat menjadi umum.
Banyak orang sepertinya tidak tahu batasan antara yang privat dan yang umum.
Begitu mudahnya orang mengumbar sesuatu yang bersifat pribadi ke media sosial,
yang adalah ruang publik. Hal ini dapat dilihat dalam kasus sexting, pornografi dan pornoaksi.
Selain
itu, sering juga dijumpai orang mengungkapkan masalah pribadinya dengan
seseorang di media sosial. Misalnya, seorang anak sedang kecewa dengan
orangtuanya di rumah. Kekecewaan itu diungkapkan di akun media sosialnya. Atau
seorang gadis menulis di akun media sosialnya persoalan pertengkarannya dengan
pacarnya.
3. Doa Di Media Sosial
Tak
sedikit orang berdoa di akun media sosialnya. Contoh terakhir adalah status doa
mantan Presiden RI, Bapak SBY, yang di-upload
di akun twitter-nya. Ada orang
yang mengomentarinya, “Pak Beye harusnya cari tahu dulu apakah Tuhan punya akun
twitter?”
Bagi
umat islam fenomena ini memang bukanlah hal yang aneh. Umat islam sudah terbiasa untuk pamer atau show terkait aktivitas rohani.
Lihat saja aksi dzikir yang dilakukan di
monas atau terlihat jelas saat bulan ramadhan. Hidup keagamaan selalu dipamer
supaya mendapat pujian.
Tidaklah
demikian halnya dengan umat kristiani. Yesus bersabda, “Ingatlah, jangan kamu
melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika
demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.” (Matius 6: 1).
Dan tentang doa, Yesus menasehati untuk tidak mengumbarnya di hadapan publik,
melainkan melakukannya secara pribadi berhadapan langsung dengan Tuhan (lih. Matius 6: 5 – 6).
4. Hidup Adalah Status
Di
atas sudah dikatakan bahwa setiap 11 menit orang akan mengecek gadget atau
media sosialnya. Manusia seakan tak bisa lepas dari gadget. Hal ini memunculkan
fenomena hidup adalah status. Kapan
dan dimana saja orang selalu up date status,
mulai dari yang serius, penting hingga yang remeh-temeh. Tak jarang karena
hidupnya adalah status, orang menjadi lupa akan situasi sosialnya yang dekat.
5. Bahasa Gaul Jadi Tren
Karena
ingin cepat, maka orang sudah terbiasa menulis singkat dengan
singkatan-singkatan. Tak jarang juga muncul beberapa kata atau istilah yang
sama sekali tidak ada dalam kamus. Semua ini seakan menjadi bagian hidup kaum
muda. Bahasa gaul adalah juga bahasa anak muda. Bahasa ini menjadi tren, dan
dianggap sebagai baik dan benar. Hal ini membuat kaum muda lupa akan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Kaum Muda dan Pornografi
Survei
mengungkapkan bahwa Indonesia masuk dalam 5 besar negara penikmat pornografi
terbesar. Dari para penikmat ini, remaja dan kaum muda adalah penikmat
terbanyak. Biasanya dari penikmat mereka akhirnya beralih menjadi pelaku. Maka
lahirlah pornoaksi dan kejahatan seksual.
Bagaimana
sikap Gereja terhadap pornografi? Dalam 10 perintah Allah, perintah keenam
adalah jangan berzinah. Perintah ini disuarakan untuk melawan dosa seksual.
Pornografi dan pornoaksi termasuk dalam kategori dosa seksual. Selain itu ia
dilihat sebagai dosa melawan kasih dan martabat luhur manusia. Dengan mengumbar
sesuatu yang berbau porno, seseorang tidak menghargai martabat luhur dirinya
sebagai ciptaan Allah.
Karena
itu, Gereja melarang keras umatnya untuk tidak menjadi penikmat pornografi.
Gereja juga melarang umatnya untuk tidak membuat atau memproduksi pornografi
dan pornografi, sekalipun untuk konsumsi pribadi. Selain itu, Gereja melarang
umatnya untuk menjadi pelaku pornoaksi.
Larangan
Gereja terkait pornografi dan pornoaksi ini memang sebatas dosa. Namun perlu
diingat bahwa dosa mendatangkan penderitaan. Penelitian membuktikan bahwa orang
yang biasa menyaksikan pornografi akan memiliki beberapa resiko:
a) Volume
otak di striatum menyusut. Bagian
otak ini mempunyai fungsi sebagai perekam memori. Karena itu, kerusakan pada
bagian ini akan menyebabkan motivasi hidup menjadi lemah dan daya ingat
menurun.
b) Menumbuhkan
pengetahuan seks yang keliru serta keinginan mencoba. Apa yang disajikan dalam
tayangan film porno adalah hasil rekayasa. Namun seringkali orang tidak
melihatnya secara kritis sehingga menilainya sebagai suatu kebenaran. Dari sini
akan muncul akibat seperti, seks pra-nikah, seks menyimpang dan kejahatan
seksual.
Kaum
muda adalah jiwa muda. Remaja dan kamu muda merupakan manusia yang sedang dalam
masa pertumbuhan. Ada banyak organ tubuhnya sedang menuju proses perkembangan.
Salah satunya adalah otak. Selain itu, masa depan kaum muda masihlah panjang.
Pornografi dan pornoaksi di usia muda dapat merusak masa depan. Karena itu,
jauhilah pornografi.
Kitab
suci menasehati agar kita menjadi kudus atau sempurna (Mat 5: 48). Oleh karena
itu, perlu menjaga dan menghormati tubuh yang adalah bait Roh Kudus (1Kor 6:
19). St. Paulus mengajarkan untuk tidak menyerahkan tubuh kepada dosa demi
memuaskan hawa nafsu, tetapi menyerahkannya kepada Tuhan sebagai senjata
kebenaran (Roma 6: 13; 13: 14).
Akibat Ketergantungan
Gadget
sungguh-sungguh telah menyerang manusia. Serangan ini bukannya dihindari,
tetapi malah dinikmati. Dan akhirnya justru menimbulkan efek ketergantungan.
Dari semua uraian di atas, dapat ditampilkan beberapa akibat:
1. Manusia
menjadi a-sosial. Ada bahaya munculnya semangat tidak peduli pada situasi di
sekitar, serta membuat yang jauh menjadi dekat sedangkan yang dekat menjadi
jauh.
2. Manusia
jadi budak teknologi. Ketergantungan pada gadget membuat juga manusia tak bisa
lepas dari perkembangan teknologi. Hampir setiap tahun gadget memperbaharui
teknologinya. Manusia tentu tak akan mau ketinggalan.
3. Manusia
tak sempat lagi baca buku. Sebagai gantinya mereka memuaskan diri dengan
pengetahuan melalui berita singkat.
4. Anak
muda kesulitan untuk menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Ini bisa menjadi tantangan di kemudian hari.
5. Karena
sudah dibiasakan dengan dunia internet, yang membuat dunia menjadi kecil dan
berada dalam genggaman, manusia menjadi manja dan tak sabaran. Hal ini
menyebabkan dia mudah termakan berita hoax.
6. Karena
terbiasa dengan pengetahuan singkat dan berita hoax, maka manusia menjadi buta dalam membaca. Mereka tidak percaya
dan bersahabat dengan kepanikan.
Beberapa Tawaran
Dari
uraian di atas, ada beberapa tawaran yang dapat diberikan.
a. Jangan
mau menjadi budak teknologi. Manusia adalah tuan atas segala ciptaan, termasuk
teknologi. Menjadi budak teknologi berarti merendahkan martabat luhur manusia.
b. Jadikan
media social sebagai sarana pewartaan sukacita Injil. Daripada mengisi dan
menulis status yang bernada kebencian, lebih baik menggantinya dengan teks-teks
kitab suci yang indah, atau juga tulisan-tulisan inspiratif lainnya.
c. Biasakan
membaca banyak dan banyak membaca. Sumber bacaan terbaik adalah buku.
d. Luangkan
waktu untuk kebersamaan tanpa HP/gadget.
e. Hindari
sexting, yang dapat mengarah kepada
pornografi dan pornoaksi.
f. Ubah
hoax dan hate speech menjadi love dan
truth.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar