Renungan Hari Senin
Biasa VI, Thn B/I
Bac I Kej 4: 1 – 15, 25; Injil Mrk 8: 11 – 13;
Hari ini bacaan pertama diambil dari Kitab Kejadian, yang menampilkan
kisah Kain dan Habel. Mereka adalah anak-anak Adam dan Hawa. Kain memiliki
profesi sebagai petani, sedangkan Habel sebagai peternak. Dikisahkan bahwa Kain
akhirnya membunuh adiknya itu lantaran iri hati. Ini berawal ketika mereka
sama-sama mempersembahkan kepada Tuhan korban bakaran dari hasil usaha mereka.
Ternyata persembahan Kain ditolak Tuhan Allah. Tuhan lebih berkenan pada
persembahan Habel. Kain tidak mau mencari alasannya pada dirinya sendiri,
melainkan langsung menyalahkan adiknya.
Sikap Habel di atas sedikit mirip dengan sikap orang-orang
Farisi dalam Injil hari ini. Dikatakan bahwa orang Farisi sedang bersoal jawab
dengan Tuhan Yesus. Ada niat buruk di balik aksi tersebut. Mereka meminta Tuhan
Yesus untuk menghadirkan tanda dari sorga. Di sini ada kesan bahwa orang Farisi
baru mau percaya jika Tuhan Yesus menghadirkan tanda yang sesuai dengan keinginan
mereka. Padahal, sudah begitu banyak tanda yang ditampilkan Yesus. Ketidakpuasan kaum Farisi ini seperti ketidakpuasan Habel sehingga melahirkan
iri hati.
Iri hati merupakan penyakit kita manusia. Iri hati selalu
berawal dari sikap tidak puas atas apa yang ada pada diri kita. Orang selalu
menuntut lebih atau sama seperti orang lain. Tolok ukurnya adalah diri sendiri.
Habel ingin agar persembahannya berkenan juga pada Tuhan, tanpa pernah mencari tahu
kenapa Tuhan menolak persembahannya. Kaum Farisi tak puas dengan tanda-tanda
yang sudah ditampilkan Yesus, dan ingin tanda yang sesuai dengan keinginannya.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menanamkan sikap puas diri. Ini
merupakan sikap syukur. Orang yang selalu hidup syukur akan terbebas dari dosa iri
hati.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar