Jumat, 28 Februari 2025

RENUNGAN HARI JUMAT BIASA VII, THN I

Renungan Hari Jumat Biasa VII – Thn I

Bac I           Sir 6: 5 – 17; Injil           Mrk 10: 1 – 12

Sabda Tuhan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini mengangkat tema relationship, hubungan antar manusia. Tak bisa dipungkiri, sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain sebagai rekan relasinya. Kitab Putra Sirakh, dalam bacaan pertama, menyebut ada 2 tipe rekan relasi itu, yaitu sahabat semu (ay 8 – 12) dan sahabat setiawan (ay 14 – 16). Dalam persahabatan semu, relasi bisa rusak karena pihak luar karena persahabatan itu tidak dilandasi oleh motivasi murni. Dalam persahabatan semu ada kepentingan untuk kepuasan diri. Sedangkan sahabat setiawan dilandasi sikap takut akan Tuhan. Dengan kata lain, dalam persahabatan ini Tuhan diikut-sertakan dalam relasi itu.

Bacaan Injil menyorot relasi suami istri. Ini berawal dari pertanyaan orang Farisi untuk mencobai Yesus, “Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan istrinya.” (ay 2). Dapatlah dikatakan bahwa mengacu pada apa yang diwartakan penulis Kitab Putra Sirakh, Tuhan Yesus memberikan jawaban-Nya. Gambaran sahabat semu dalam Kitab Putra Sirakh itu disamakan dengan rusaknya relasi suami istri, yang berujung pada perceraian. Yesus mengatakan itu karena ketegaran hati (ay 5) sehingga Musa mengeluarkan surat cerai. Yesus memberikan gambaran relasi suami istri yang ideal sebagaimana sahabat setiawan. Relasi yang ideal itu melibatkan Tuhan (ay 6) sehingga “apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia.” (ay 9).

Manusia adalah makhluk sosial. Kesosialannya menuntut ia untuk bergaul dan menjalin relasi dengan sesama, baik sebagai sahabat maupun sebagai pasangan hidup. Tentulah kita menghendaki agar relasi yang dibangun dapat bermanfaat bukan saja bagi yang menjalin relasi melainkan juga bagi kehidupan manusia. Lewat sabda-Nya hari ini Tuhan menghendaki agar dalam setiap relasi kita, baik sebagai sahabat maupun sebagai pasangan hidup, Tuhan harus selalu diikut-sertakan. Kehadiran Tuhan dalam relasi kita membuat kita mampu memelihara relasi kita dengan lurus hati.

by: adrian 

Ada Apa Dibalik Upaya Pembenaran Kenabian Muhammad



Sekalipun sudah tahu bahwa muhammad itu adalah nabi terakhir, akan tetapi tetap saja umat islam berupaya untuk mencari pembenaran akan kenabiannya. Mereka sibuk mengutip sana sini. Kitab Taurat dan Alkitab dikutip dan dikaitkan dengan kenabian muhammad. Demikian pula Injil. Tulisan-tulisan kuno dari negeri Cina juga dikaitkan dengan kenabian muhammad. Sama halnya dengan kitab Buddha. Apapun dilakukan supaya orang percaya dan mengakui muhammad sebagai nabi. Ada apa dibalik semuanya ini?

Kamis, 27 Februari 2025

RENUNGAN HARI KAMIS BIASA VII, THN I

Renungan Hari Kamis Biasa VII – Thn I

Bac I           Sir 5: 1 – 8; Injil             Mrk 9: 41 – 50

Sering dalam kehidupan kita mendengar pernyataan orang bahwa karena Tuhan itu maharahim, maka tak perlu takut berdosa. Keyakinan itu membuat manusia suka sekali jatuh ke dalam dosa. Bukan tidak mungkin kita pun berpikiran demikian. Hal ini sebenarnya sudah diungkap oleh penulis Kitab Putra Sirakh. Bukan berarti penulis membenarkan perbuatan dosa atau mengamini tindakan dosa. “Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa.” (ay 5). Memang pada Tuhan ada belas kasih dan pengampunan, namun penulis mau mengajak kita untuk sesegera mungkin bertobat dari dosa dan kesalahan.

Permintaan penulis Kitab Putra Sirakh kembali dipertegas oleh Tuhan Yesus dalam Injil hari ini. Bahkan tuntutan Yesus lebih radikal. Tuhan Yesus mau supaya manusia tidak berbuat dosa, sekalipun Allah itu maharahim dan penuh belas kasihan. Karena itulah, apabila ada salah satu anggota tubuh menyesatkan tubuh, maka lebih baik anggota itu dibuang. Jangan sampai hanya nila setitik, rusak susu sebelanga. Jika susu sebelanga rusak, maka ia tidak bisa dinikmati lagi, kecuali dibuang.

Dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini, pesan sabda Tuhan kiranya jelas. Tuhan menghendaki supaya dalam kehidupan kita senantiasa menghindari dosa. Dengan perkataan lain, Tuhan mau agar kita tidak jatuh ke dalam dosa. Memang untuk menghindari dari dosa bukanlah perkara mudah. Dosa itu menggoda, dan godaan itu selalu menarik dan enak, sesuatu yang disukai manusia. Namun bukan lantas berarti, seperti yang dikatakan penulis Putra Sirakh, kita terus menimbun dosa. Kita justru diajak untuk bertobat. Pintu pengampunan Tuhan selalu terbuka, sehingga kapan saja kita bisa datang kepada-Nya.

by: adrian 

Rabu, 26 Februari 2025

RENUNGAN HARI RABU BIASA VII, THN I

Renungan Hari Rabu Biasa VII – Thn I

Bac I           Sir 4: 11 – 19; Injil                   Mrk 9: 38 – 40

Dapat dikatakan tema Sabda Tuhan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini adalah kebijaksanaan. Ini dengan sangat jelas dan tegas disuarakan oleh penulis Kitab Putra Sirakh dalam bacaan pertama. Di sini kita diajak untuk senantiasa memeluk kebijaksanaan. “Memeluk” di sini berarti kita, seperti kata penulis Kitab Putra Sirakh, mencintai (ay 12), melayani (ay 14), percaya (ay 16), sehingga hidup kita pun dituntun (ay 17). Secara sederhana, lewat Kitab Putra Sirakh ini, Tuhan menghendaki supaya pikiran, perkataan, hidup dan perbuatan kita selalu diserapi oleh kebijaksanaan.

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajak para murid-Nya untuk berlaku bijaksana. Ini berawal dari laporan Yohanes tentang seseorang melakukan pengusiran setan demi nama Yesus, tapi dicegah para murid hanya karena orang itu tidak termasuk kelompok para murid Yesus. Di sini ada kesombongan dalam diri para murid Yesus. Seolah-olah kewenangan dan kemampuan itu hanya dimiliki oleh mereka saja. Tuhan Yesus membuka wawasan mereka. “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (ay40). Di sini para murid diminta untuk bersikap bijaksana. Dengan sikap itu mereka dimampukan untuk melihat kebaikan dan kharisma dalam diri orang lain.

Pesan sabda Tuhan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini kiranya jelas. Tuhan menghendaki supaya dalam kehidupan kita senantiasa berlaku bijaksana. Salah satu musuh kebijaksanaan adalah kesombongan, karena kesombongan akan membutakan mata kita untuk dapat melihat kebaikan dan kharisma yang ada di luar diri kita. Kesombongan hanya menuntun kita untuk melihat diri kita sendiri. Dengan menyingkirkan sifat sombong, maka kebijaksanaan akan dapat tumbuh bersemi dalam hati kita, sehingga pikiran, perkataan, hidup dan perbuatan kita pun akan diwarni oleh kebijaksanaan.

by: adrian 

Selasa, 25 Februari 2025

RENUNGAN HARI SELASA BIASA VII, THN I

Renungan Hari Selasa Biasa VII – Thn I

Bac I           Sir 2: 1 – 11; Injil            Mrk 9: 30 – 37

Dalam Injil Tuhan Yesus pertama-tama menyampaikan warta tentang nasib Anak manusia, yang adalah diri-Nya. “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh, Ia akan bangkit.” (ay. 31). Dikatakan bahwa para murid tidak mengerti perkataan Yesus itu, tapi mereka segan bertanya (ay. 32). Mereka malah sibuk mempersoalkan siapa yang terbesar di antara mereka (ay. 34). Dari sini Yesus menyampaikan lagi pengajaran-Nya.

Apa yang disampaikan Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya yang kedua bisa merupakan inti sari dari warta Putra Sirakh dalam bacaan pertama. Orang yang mau mengikuti jalan Tuhan harus siap menghadapi cobaan (ay. 1). Untuk itu hatinya harus teguh dan tabah (ay 2) serta sabar (ay 4). Ia harus tetap percaya pada Tuhan. Keteguhan pada Tuhan tentulah akan mendatangkan keselamatan. Untuk meneguhkan wartanya ini, penulis Kitab Putra Sirakh mengajak pembacanya untuk belajar dari orang-orang generasi sebelumnya. Di sana terlihat jelas bahwa Tuhan tidak pernah mengecewakan orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Pesan penting yang mau disampaikan Tuhan lewat bacaan-bacaan liturgi hari ini adalah supaya kita selalu mengutamakan kehendak Allah. Atau dengan perkataan lain agar kita mendahulukan jalan-jalan Tuhan, bukan jalan-jalan dunia atau diri kita. Kecenderungan kita adalah mengikuti jalan dunia, karena jalan dunia lebih enak dan menggoda. Memang jalan Tuhan tidaklah popular, akan tetapi kesetiaan pada jalan tersebut akan mendatangkan keselamatan.

by: adrian 

Senin, 24 Februari 2025

Ini Alasan Ustad Mualaf Sibuk Bahas Kekristenan


 Ada banyak ustad mualaf tampil di media sosial. Di sana mereka sibuk membahas tentang ajaran kekristenan. Aksi mereka itu kerap membuat gerah umat kristen. Tak heran beberapa pendeta menanggapi celotehan mereka dengan nada emosional. Bahkan ada yang berani menanggapi debat lintas agama. Bagaimana seharusnya umat kristen menyikapi mereka?

Jumat, 21 Februari 2025

RENUNGAN HARI JUMAT BIASA VI, THN I

Renungan Hari Jumat Biasa VI – Thn I

Bac I           Kej 11: 1 – 9; Injil           Mrk 8: 34 – 9: 11

Sudah jadi sifat manusia itu serakah. Manusia mempunyai sifat tidak puas. Dia ingin lebih, lebih dan lebih. Inilah yang terlihat dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Dalam bacaan pertama keserakahan itu terungkap dari niat manusia untuk mendirikan “sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit.” (ay. 4). Dalam keinginan mereka itu tidak hanya terungkap keserakahan dan kesombongan, tetapi juga pemberontakan melawan kehendak Allah. Kesombongan itu tampak dalam niat mendirikan menara demi nama mereka sendiri supaya dikenang. Pemberontakan terlihat dari tujuan mereka dengan menara itu, yaitu supaya mereka “jangan terserak ke seluruh bumi.” (ay. 4). Padahal Allah menghendaki agar manusia tersebar ke seluruh dunia. Allah menghendaki keragaman.

Yesus sadar sifat serakah manusia itu. Manusia tidak puas dengan hidupnya dan berupaya untuk mempertahankan hidupnya. Manusia tak puas dengan harta kekayaan yang dimilikinya dan berusaha untuk mencari lagi dan lagi. Demikian pula ketidak-puasan dengan jabatan dan kuasa sehingga berupaya mempertahankannya. Karena itulah, kepada para murid-Nya Tuhan Yesus menasehati kalau mau mengikuti Dia, maka “harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku.” (ay. 34). Dengan menggunakan gaya bahasa retoris, Tuhan Yesus berkata, “Apa gunanya seseorang memperolah seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.” (ay. 36)

Pesan penting yang mau disampaikan Tuhan lewat bacaan-bacaan liturgi hari ini adalah supaya kita selalu mengutamakan kehendak Allah. Jangan melawan kehendak-Nya. Bukan berarti kita tidak boleh menjadi terkenal atau memiliki harta benda dan jabatan kuasa. Semua itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah. Namun perlu disadari bahwa di balik semuanya itu setan siap menggiring kita untuk melawan Allah sehingga kita menjadi budak kekayaan, jabatan kuasa dan popularitas. Kehendak Allah adalah agar lewat semuanya itu kita tetap merendah diri di hadapan Allah, dan menggunakan semua yang dimiliki itu demi kemuliaan Allah dalam diri sesama manusia.

by: adrian

Meski Karangan Manusia, Kitab Suciku Lebih Baik Daripada Wahyu Subyektif


 Alquran sering dikatakan oleh kaum islam sebagai wahyu yang langsung dari allah. Apa yang tertulis di dalamnya adalah kata-kata allah sendiri. Sayangnya, semua itu sulit sekali dibuktikan. Hingga kita belum ada jawaban yang sungguh masuk akal. Anehnya, sekalipun tak jelas begitu, umat islam selalu bangga dengan kitabsucinya dan merendahkan kitabsuci orang lain yang katanya karangan manusia.

Kamis, 20 Februari 2025

RENUNGAN HARI KAMIS BIASA VI, THN I

Renungan Hari Kamis Biasa VI – Thn I

Bac I           Kej 9: 1 – 13; Injil           Mrk 8: 27 – 33

Tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini tentu sudah tak asing bagi kita. Di sini mau dikatakan bahwa kita bisa dekat atau sayang seseorang bilang kita mengenalnya. Jika tidak atau belum kenal pastilah dalam berkomunikasi ada perasaan canggung dan kikuk. Pengenalan yang diharapkan di sini tentulah bukan sebatas pengenalan permukaan saja. Kita diajak untuk mengenal lebih mendalam. Duc in altum. Dengan pengenalan yang mendalam, kita sampai pada rasa hormat pada pribadi seseorang serta bisa menerima dia apa adanya.

Dalam bacaan pertama Allah memperkenalkan esensi terdalam kemanusiaan kepada kita, yaitu bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang segambar dengan diri-Nya. Dengan pengenalan inilah, maka wajar bila Allah tidak menghendaki terjadinya penumpahan darah manusia alias tidak membunuh. “Sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” (ay. 6). Tuhan Yesus telah memperluas makna “membunuh” menjadi tidak menghina, tidak memfitnah, dst. Kalau kita menghina atau memfitnah apalagi membunuh, bukan saja manusia yang menjadi korbannya, melainkan Allah, karena manusia itu segambar dengan Allah.

Sedangkan dalam Injil terlihat pengenalan Petrus akan Yesus hanya sebatas permukaan saja. Karena itu, ketika Yesus menyampaikan bahwa Anak Manusia akan menanggung banyak penderitaan, ditolak dan dibunuh (ay. 31), Petrus menegur Yesus (ay. 32). Dia tidak bisa menerima Yesus sebagai Mesias apa adanya. Dia tak bisa menerima jalan hidup Yesus sesuai kehendak Allah, melainkan harus menurut kemauannya.

Oleh karena itu, sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk berupaya melakukan pengenalan lebih mendalam. Pengenalan atas sesama manusia dan juga terhadap Allah serta alam ciptaan. Dengan demikian maka kita dapat menghargai sesama kita dan alam ciptaan serta menerima rencana kehendak Allah.

by: adrian 

RETRET IMAM KEUSKUPAN PANGKALPINANG 2025

 

RENUNGAN HARI KAMIS BIASA VI, THN I

Renungan Hari Kamis Biasa VI – Thn I

Bac I           Kej 9: 1 – 13; Injil           Mrk 8: 27 – 33

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus minta pendapat para murid-Nya siapa diri-Nya menurut mereka. Mewakili para murid lainnya, Petrus menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias (ay. 29). Dari sini Yesus menyampaikan pengajaran tentang nasib Sang Mesias itu, namun Yesus tidak menggunakan kata “Mesias” melainkan “Anak Manusia”. Dikatakan bahwa Anak Manusia itu akan menanggung banyak penderitaan, ditolak lalu dibunuh dan dibangkitkan sesudah tiga hari (ay. 31). Mendengar hal itu Petrus protes. Kenapa Petrus menegor Yesus?

Ada beberapa kemungkinan untuk itu. Kemungkinan pertama dikaitkan dengan jawaban Petrus tentang siapa Yesus itu menurut para murid. Bagi Petrus tidak mungkin Mesias akan seperti yang digambarkan oleh Yesus tadi. Kemungkinan kedua adalah terkait ajaran Allah yang ada dalam Perjanjian Lama, seperti dalam bacaan pertama. Kepada Nuh dan anak-anaknya, Allah melarang mereka untuk membunuh manusia (menumpahkan darah manusia), “sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” (ay. 6). Berangkat dari firman Allah itulah, Petrus berasumsi tak mungkinlah imam-imam dan ahli-ahli Taurat sampai membunuh Anak Manusia.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan jawaban Petrus. Menjadi pertanyaan, kenapa Yesus memarahi Petrus? Dua kemungkinan di atas dan teguran Yesus kepada Petrus merupakan dua hal yang berbeda. Sekalipun berbeda, namun intinya tetap sama, yaitu kehendak Allah harus terjadi. Petrus berupaya menggagalkan rencana keselamatan Allah lewat sengsara, wafat dan kebangkitan Anak Manusia. Karena itulah Yesus marah kepada Petrus dan berkata kepadanya, “Enyahlah iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (ay. 33). Di sini Tuhan mau agar kita senantiasa hidup sesuai dengan kehendak Allah.

by: adrian


Rabu, 19 Februari 2025

Benarkah Surah al-Fatiha Wahyu Allah


Umat islam percaya bahwa ayat-ayat dalam alquran itu adalah kata-kata allah sendiri, yang disampaikannya kepada muhammad. Hal ini sering membuat umat islam bangga dan merendahkan kitabsuci agama lain yang sebatas karangan manusia. Namun, kala ada orang mengkritisi alquran, dan itu tidak sesuai dengan selera islam, umat islam langsung menghakimi pengkritis itu dengan mengatakan bahwa orang itu tak paham bahasa arab atau bahasa asli alquran. Umat islam selalu bersembunyi di balik kesulitan bahasa arab, seolah-olah yang paham bahasa asli atau bahasa arab hanyalah orang yang sejalan dengan mereka.

Video berikut ini mau mengajak anda untuk menggunakan nalar akal sehat. Apapun bahasa dan bangsanya, kaidah bahasa itu selalu sama. Orang yang berbicara itu selalu disebut orang pertama, dan biasanya memakai kata ganti orang saya, aku, kami. Sedangkan lawan bicaranya atau orang yang mendengar selalu disebut orang kedua, dan biasa memakai kata ganti kau, kamu, engkau. Ini berlaku untuk semua bahasa.

RENUNGAN HARI RABU BIASA VI, THN I

Renungan Hari Rabu Biasa VI – Thn I

Bac I Kej 8: 6 – 13, 20 – 22; Injil      Mrk 8: 22 – 26

Dalam Injil hari ini Markus menceritakan kisah penyembuhan orang buta di Betsaida. Diceritakan bahwa ketika Tuhan Yesus dan para rasul-Nya tiba di sana, orang membawa kepada-Nya seorang buta. Dan terjadilah mujizat penyembuhan. Orang buta itu akhirnya kembali bisa melihat. Ada yang menarik dari kisah penyembuhan ini. Kesembuhan tidak terjadi sekali tindakan saja. Setelah Tuhan Yesus melakukan tindakan orang buta itu tidak langsung bisa melihat dengan jelas. “Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” (ay. 24). Baru tindakan kedua, orang buta itu sembuh dan bisa melihat dengan jelas.

Apa yang terjadi pada peristiwa penyembuhan orang buta ini, tak jauh beda dengan peristiwa Nuh. Setelah hujan berhenti dan sesudah 40 hari, saat Nuh membuka tingkap bahtera, tidak serta merta mereka bisa keluar dari bahtera, karena air masih menggenangi bumi. Setelah melalui beberapa percobaan, akhirnya didapat kepastian air sudah kering sehingga mereka yang di bahtera bisa keluar. Dan dikatakan bahwa Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan dan mempersembahkan korban bakaran (ay. 20).

Sabda Tuhan dalam bacaan-bacaan liturgi ini mau menunjukkan kepada kita betapa Allah menghargai proses. Allah tidak menyembuhkan orang buta dengan sekali tindakan saja. Allah juga tidak membuat air bah kering seketika juga. Semua ada tahapannya; ada prosesnya. Dengan proses ini kita diajak untuk bersabar sehingga kita pun dapat menghargai proses. Dengan demikian kita bisa bertekun dalam pengharapan. Keselamatan tidak memberikan hikmah rohani secara instan. Semuanya indah pada waktunya, bukan indah seketika.

by: adrian

Senin, 17 Februari 2025

Jika Alquran Wahyu Allah, Allah yang Mana yang Disapa Allah dalam Kata "Engkau"


 Umat islam percaya bahwa alquran itu adalah wahyu Allah. Yang tertulis di dalamnya diyakini sebagai kata-kata Allah, yang disampaikan-Nya kepada muhammad. Bagi umat islam hanya muhammad saja yang menerima wahyu allah itu. Tidak ada orang lain. Sesuai kaidah bahasa, apapun bahasa dan negaranya, yang berbicara itu disebut sebagai orang pertama dan lawannya adalah orang kedua. Jadi, Allah itu adalah orang pertama, sedangkan muhammad adalah orang kedua. Untuk orang pertama, kata ganti orang yang biasa digunakan adalah aku, saya, dan kami, sementara kata ganti untuk orang kedua biasanya adalah kamu, kau atau engkau. Jika dalam pembicaraan alquran itu kata "engkau" itu ditafsir sebagai allah, maka allah itu berbeda dengan allah yang sedang berbicara.

Jumat, 14 Februari 2025

Islam Menyajikan Kekristenan yang Palsu. Ini Penjelasannya


Beberapa ahli islam pernah berkata bahwa islam telah menyajikan kekristenan yang palsu kepada umatnya. Seorang ahli islam dari Iran bahkan berani mengatakan bahwa para ulama telah membohongi umat islam tentang agama kristen. Pernyataan ini ternyata bukanlah tanpa dasar. Video berikut ini mencoba menjelaskannya

Rabu, 12 Februari 2025

Ada Jejak Gnostisisme dalam Al-Qur'an


Kali lalu kami sudah memaparkan adanya pengaruh aliran Nestorian dalam ajaran islam. Jika diteliti ajaran dari Nestorian ini mendapat pengaruh dari Gnostisisme. Aliran ini sudah ada jauh sebelum kelahiran Yesus, dan ikut mengembangkan ajarannya terkait Yesus Kristus. Nah, karena ada pengaruh Nestorian dalam ajaran islam, sementara ajaran Nestorian juga dipengaruhi oleh aliran Gnostik, maka bisa dikatakan juga bahwa ada pengaruh ajaran Gnostik dalam ajaran islam. Kita tidak tahu apakah pengaruh itu langsung atau dari Nestorian. Apakah allah swt pernah menyampaikan wahyu-Nya kepada kaum Gnostik sebelum kepada Muhammad?

Senin, 10 Februari 2025

Menemukan Jejak Nestorianisme dalam Ajaran Islam


Nestorian merupakan salah satu aliran kekristenan yang sudah ada pada abad ketiga. Aliran ini sudah dinyatakan sesat dalam Konsili Efesus pada abad keempat. Aliran ini sudah hidup dan berkembang di tanah Arab, jauh sebelum kakek moyang Muhammad lahir. Bahkan saat Muhammad hidup pun aliran ini masih ada. Bukan tidak mungkin jika Muhammad banyak belajar dari orang-orang Nestorian ini sehingga pengaruhnya terlihat dalam beberapa ajaran islam. Tidak mungkinlah mengatakan allah swt yang belajar atau menyampaikan wahyu-Nya kepada kaum Nestorian sebelum kepada Muhammad.

Jumat, 07 Februari 2025

BENARKAH ISLAM AGAMA DAMAI


 Kerap kita dengar pernyataan umat islam bahwa agamanya merupakan agama damai. Istilah yang sering mereka suarakan adalah islam rahmatan lil alamin. Tanpa pernah membaca alquran dan melihat rekam jejak islam selama ini, tentulah orang akan dengan sangat mudah terbuai dan dibodohi.

Rabu, 05 Februari 2025

Islam Mengajarkan untuk Membunuh


 Umumnya orang memahami bahwa agama mengajarkan kebaikan. Akan tetapi, islam membolehkan umatnya untuk membunuh. Bahkan membunuh itu merupakan perintah dari Allah. Dengan kata lain, membunuh itu merupakan kewajiban dalam islam. Apakah ini namanya kebaikan?