Rabu, 21 Februari 2018

TIPS MENGHINDARI ANAK DARI EFEK BURUK GENERASI JAMAN NOW

Generasi “jaman now” dipahami sebagai generasi yang perilaku hidupnya tidak sesuai dengan usianya. Fenomena yang kini sering terjadi adalah perilaku anak di bawah umur sudah sudah melampaui batas usianya. Bocah SD sudah berani merokok dan berpacaran; anak SMP berpacaran layaknya orang dewasa; anak SMA hamil di luar nikah.
Pacaran memang tidak dilarang pada usia remaja, khususnya pada masa remaja akhir, karena pacaran merupakan proses sosialisasi dan juga pengenalan diri. Akan tetapi, pacaran pada anak usia di bawah umur (usia SD) merupakan hal yang harus dihindari karena pada usia tersebut pengalaman seorang anak belum cukup untuk dapat menolak hal-hal yang bersifat negatif atau berakibat fatal di masa depan.
Menurut psikolog anak Rose Mini Agoes Salim atau biasa disapa Bunda Romi, ketika anak di bawah umur berpacaran, maka “Hanya itu itu saja yang dipikirkan; tentang pacaran itu. Padahal masih banyak kan yang harus dia pelajari karena masih banyak pengalaman hidup yang dia belum punya.” Banyaknya peristiwa melenceng di kalangan anak-anak itu yang membuat para orangtua khawatir anak mereka terjerumus ke pergaulan yang salah.
Berikut ini merupakan tips supaya anak-anak tidak terpengaruh dampak buruk generasi jaman now.
1.    Perbaiki model lingkungan yang salah
Peran serta lingkungan sangat besar sekali. Jika anak tertarik dengan temannya, arahkanlah ke hal yang positif, bukan berarti dengan cara berpacaran. Pacaran inilah yang merupakan contoh yang sering terjadi di lingkungan. Misalnya, dia punya kakak atau dia melihat bagaimana kakaknya berpacaran, jadi kemudian meniru.
2.    Bantu mengembangkan bakat anak
Bila anak bisa mengembangkan bakatnya, seperti menari, musik, olahraga, atau lainnya, buat tantangan untuk hal-hal berbeda yang tidak membuat anak memikirkan soal pacaran saja. Tantangan sangat banyak variasinya, hanya saja anak tidak mengetahuinya karena pengalaman hidup yang masih sedikit. Karena itu, peran orangtua sangat diharapkan untuk membantu anak menemukan bakat dan minat anak.
3.    Berikan kegiatan yang positif
Anak-anak tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang ia dapat dari bangku sekolah, namun juga harus mempunyai banyak kegiatan, yaitu hal-hal yang dapat membuat si anak melihat dunia lebih luas. Di gereja, anak bisa menemukan begitu banyak kegiatan positif, seperti sekolah minggu, Sabtu ceria, misdinar, legio maria yunior, menari, dll. Semuanya tergantung partisipasi orangtua dalam membantu anaknya ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan positif tersebut.
4.    Berikan musik dan film yang sesuai dengan usianya
Lagu-lagu anak kini semakin langka. Hal tersebut membuat anak-anak lebih suka mendengarkan lagu-lagu dengan lirik dewasa yang bukan ditujukan untuk usianya. Begitu juga dengan film atau sinetron. Itulah yang sering membuat anak-anak menyalah-artikan lagu dan film yang bukan untuk usia mereka. Dalam hal ini peran orangtua untuk mengawasi anak sangat penting. Tak kalah penting juga jika orangtua (ayah atau ibu) bersedia meluangkan waktu untuk nonton bareng dengan anak, supaya proses edukasi dari tayangan TV tersebut bisa langsung sampaikan.
5.    Ajarkan anak soal efek yang muncul dari tindakannya
Beritahukan kepada anak apa efek buruk yang akan muncul dari perbuatan yang dilakukannya; dan siapa saja yang rugi dari efek buruk tersebut. Misalnya, jika mereka berpacaran kelewat batas, bisa saja terjadi hamil di luar nikah. Nah, akibat dari kehamilan itu bisa saja putus sekolah, malu, dll. Yang rugi bukan hanya anak-anak, tetapi juga orangtua dan keluarganya.
Berikanlah edukasi kepada anak sebab-sebab kenapa sesuatu hal dilarang. Jadi, bukan sekedar memberitahukan bahwa hal itu dilarang, tapi apa saja alasannya sehingga dilarang. Dengan ini anak dapat memilah-milah yang menurutnya baik dan tidak untuk dilakukan
6.    Memperkenalkan Kitab Suci kepada anak
Tak salah juga jika orangtua sudah memperkenalkan Kitab Suci kepada anak sejak usia dini. Kitab Suci merupakan pedoman hidup bagi umat beriman. Di sana kita dapat menemukan tuntutan dan tuntunan bagi jalan hidup kita.
Demikianlah beberapa tip yang bisa dilakukan orangtua untuk menghindari anaknya dari efek buruk dari generasi jaman now. Di sini seakan kembali disadarkan akan pentingnya peran orangtua bagi tumbuh kembang anak-anak. Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Setidaknya ada dua dokumen Gereja yang menegaskan hal tersebut.
Dokumen Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam mengatakan: “Para suami-isteri kristiani bekerja sama dengan rahmat dan menjadi saksi iman satu bagi yang lain, bagi anak-anak mereka dan kaum kerabat lainnya. Bagi anak-anak mereka, mereka itulah pewarta iman dan pendidik yang pertama. Dengan kata-kata maupun teladan suami-isteri membina anak-anak untuk menghayati hidup kristiani dan kerasulan.” (Apostolicam Actuositatem no. 11).
Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen mengatakan: “Karena orangtua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka orangtualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orangtua: menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Adapun terutama dalam keluarga kristen, yang diperkaya dengan rahmat serta kewajiban Sakramen Perkawinan, anak-anak sudah sejak dini harus diajar mengenal Allah serta berbakti kepada-Nya dan mengasihi sesama, seturut iman yang telah mereka terima dalam Baptis. Di situlah anak-anak menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang sehat serta Gereja. Melalui keluargalah akhirnya mereka lambat-laun diajak berintegrasi dalam masyarakat manusia dan umat Allah. Maka hendaklah para orangtua menyadari, betapa pentinglah keluarga yang sungguh kristen untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri.” (Gravissimum Educationis no. 3).
Oleh karena itu, hendaklah orangtua bertanggungjawab atas perkembangan kepribadian anak-anaknya. Jangan biarkan mereka tumbuh berkembang mengikuti arus perkembangan jaman. Jika dibiarkan, maka mereka akan hanyut oleh derasnya arus perubahan jaman, yang saat ini dikenal dengan jaman now. Perlu disadari, anak dengan usia yang masih belia, belumlah bisa menghadapi sendiri arus perkembangan jaman. Mereka masih butuh bimbingan dan pendampingan; dan semua itu ada pada tangan orangtua.
Koba, 08 Januari 2018
by: Adrian, diolah dari Tempo Cantik Keluarga
baca juga tulisan lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar