Rabu, 13 Desember 2017

PIDATO PAUS FRANSISKUS SAAT KUNJUNGAN KE MYANMAR

Ibu Penasehat Negara, Yang Terhormat Pemerintah dan Otoritas Sipil, Yang Mulia Para Uskup Saudaraku, Anggota Terkemuka Korps Diplomatik, Ibu dan Bapak, Hadirin semuanya:
Saya bersyukur atas kebaikan hati mengundang saya untuk mengunjungi Myanmar dan saya berterima kasih, Madam State Counselor, atas sambutan baik Anda. Saya sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah bekerja keras untuk membuat kunjungan ini dilakukan.
Saya telah datang, terutama untuk berdoa bersama komunitas katolik yang kecil, namun tetap teguh, untuk menguatkan mereka dalam iman mereka, dan untuk mendorong mereka dalam usaha mereka untuk berkontribusi demi kebaikan bangsa.
Saya sangat bersyukur bahwa kunjungan saya dilakukan segera setelah membangun hubungan diplomatik formal antara Myanmar dan Takhta Suci. Saya ingin melihat keputusan ini sebagai pertanda komitmen bangsa ini untuk terus melakukan dialog dan kerja sama yang konstruktif dalam masyarakat Internasional yang lebih besar, walaupun mereka berusaha memperbaharui struktur masyarakat sipil.
Saya juga ingin kunjungan saya untuk merangkul seluruh penduduk Myanmar dan memberikan dorongan kepada semua orang yang sedang bekerja untuk membangun tatanan sosial yang adil, rekonsiliatif dan inklusif.
Myanmar telah diberkati dengan keindahan alam dan sumber daya yang luar biasa, namun harta terbesarnya adalah rakyatnya, yang telah sangat menderita, dan terus menderita dari konflik sipil dan permusuhan yang telah berlangsung lama dan menciptakan perpecahan yang dalam.
Seiring dengan upaya bangsa saat ini memulihkan perdamaian, penyembuhan luka-luka itu harus menjadi prioritas politis dan spiritual yang paling penting. Saya hanya dapat mengungkapkan penghargaan saya atas upaya Pemerintah untuk menghadapi tantangan ini, terutama melalui Konferensi Damai Panglong, yang mempertemukan perwakilan berbagai kelompok dalam upaya untuk mengakhiri kekerasan, untuk membangun kepercayaan dan untuk memastikan penghormatan terhadap hak-hak semua yang menyebut tanah ini rumah mereka.
Memang, proses perdamaian dan rekonsiliasi nasional yang sulit hanya bisa dilakukan melalui komitmen terhadap keadilan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Kebijaksanaan para pendahulu mendefinisikan keadilan secara tepat sebagai kemauan yang kuat untuk memberi setiap orang haknya, sementara para nabi zaman dulu melihat keadilan sebagai dasar dari semua kedamaian sejati dan abadi.
Wawasan ini, yang dikuatkan oleh pengalaman tragis dua perang dunia, menyebabkan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan deklarasi universal hak asasi manusia sebagai dasar upaya masyarakat internasional untuk mempromosikan keadilan, perdamaian dan pembangunan manusia di seluruh dunia, dan untuk menyelesaikan konflik melalui dialog, bukan penggunaan kekuatan.
Dalam hal ini, kehadiran korps diplomatik di tengah-tengah kita memberi kesaksian tidak hanya terhadap tempat Myanmar di antara bangsa-bangsa, tetapi juga komitmen negara ini untuk menegakkan dan menjalankan prinsip-prinsip dasar tersebut.
Masa depan Myanmar harus damai, damai berdasarkan penghormatan terhadap martabat dan hak setiap anggita masyarakat, penghormatan terhadap masing-masing kelompok etnis dan identitasnya, penghormatan terhadap peraturan undang-undang, dan penghormatan terhadap tatanan demokratis yang memungkinakan setiap individu dan setiap kelompok – tanpa terkecuali – untuk menawarkan kontribusinya yang sah terhadap kepentingan bersama.
Dalam karya besar membangun rekonsiliasi dan integrasi nasional, komunitas agama Myanmar memiliki peran istimewa. Perbedaan agama tidak perlu menjadi sumber perpecahan dan ketidak-percayaan, melainkan kekuatan untuk persatuan, pengampunan, toleransi dan pembangunan bangsa yang bijak.
Agama-agama dapat memainkan peran penting dalam memperbaiki luka emosional, spiritual dan psikologis dari mereka yang telah menderita selama konflik bertahun-tahun. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai yang dianut, mereka dapat membantu menghilangkan penyebab konflik, membangun jembatan dialog, mencari keadilan dan menjadi suara kenabian untuk semua orang yang menderita.
Menjadi tanda harapan bahwa para pemimpin dari berbagai tradisi keagamaan di negara in berusaha untuk bekerja sama, dalam semangat keharmonisan dan saling menghormati untuk perdamaian, untuk membantu orang miskin dan untuk mendidik nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan yang otentik. Dalam upaya membangun budaya interaksi dan solidaritas, mereka berkontribusi pada kebaikan bersama dan meletakkan fondasi moral yang tak terpisahkan untuk masa depan harapan dan kemakmuran bagi negerasi yang akan datang.
Masa depan itu bahkan sekarang berada di tangan kaum muda bangsa. Anak muda adalah hadiah untuk dihargai dan didorong, sebuah investasi yang akan menghasilkan keuntungan melimpah hanya jika diberi kesempatan nyata untuk mendapatkan pekerjaan dan pendidkkan berkualitas. Ini adalah persyaratan mendesak untuk keadilan antar-generasi.
Masa depan Myanmar dalam dunia yang berubah dengan cepat dan saling berhubungan akan bergantung pada pelatihan kaum mudanya, tidak hanya di bidang teknis, namun terutama nilai etika, kejujuran, integritas dan solidaritas manusia, yang dapat menjamin konsolidasi demokrasi dan pertumbuhan persatuan dan perdamaian di setiap lapisan masyarakat.
Keadilan antar-generasi juga menuntut agar generasi penerus mewarisi lingkunagn alam yang tidak dinodai oleh keserakahan dan kehancuran manusia. Sangat penting bahwa harapan dan kesempatan tidak dirampok dari kaum muda kita untuk menggunakan idealisme dan talenta mereka dalam membentuk masa depan negara mereka, bahkan seluruh keluarga manusia.
Madam State Counselor, para sahabat yang baik,
Pada hari-hari ini, saya ingin mendorong saudara dan saudari katolik saya untuk bertekun dalam iman mereka dan terus menyampaikan pesan rekonsiliasi dan persaudaraan melalui karya amal dan kemanusiaan yang menguntungkan masyarakat secara keseluruhan.
Harapan saya bahwa melalui kerja sama yang tulus dengan para pengikut agama lain, dan semua pria dan wanita yang berkehendak baik, mereka akan membantu membuka era baru kerukunan dan kemajuan bagi semua warga negara tercinta ini.
“Hidup Myanmar!”
Saya berterima kasih atas perhatian Anda, dan dengan penuh harapan atas pelayanan Anda sekalian untuk kebaikan bersama, semoga Tuhan menurunkan kepad Anda semua kebijaksanaan, kekuatan dan kedamaian.
sumber: UCAN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar