SANTO UBALDUS, USKUP & PENGAKU IMAN
Anak
yatim ini kemudian menjadi seorang Uskup yang terkenal berani. Bagi umatnya ia
seorang pendoa dan pencinta perdamaian. Pendidikan masa kecilnya ditangani
langsung oleh pamannya yang menjabat sebagai Uskup di Gubio. Ternyata pamannya
berhasil menumbuhkan dalam dirinya benih panggilan hidup imamat. Ubaldus
sendiri tertarik sekali dengan cara hidup seperti yang dijalani pamannya. Ia
berusaha keras agar kemudian bisa menjadi seperti pamannya.
Beberapa waktu setelah ditabhiskan menjadi imam, ia diangkat sebagai pastor di
paroki Katedral kota itu, dan menjadi anggota biara Kanonik Regulir. Ia
benar-benar menghayati panggilannya dengan karya dan hidup doanya. Karena
kesucian hidupnya, ia kemudian ditugaskan oleh uskupnya untuk memulihkan tata
tertib Dewan para Kanonik. Untuk menjalankan tugas yang berat itu, Ubaldus
bertapa dan banyak berdoa. Dengan doa dan tapa itu, ia bermaksud melibatkan
Tuhan dalam tugas yang berat itu. Dia sadar sepenuhnya bahwa dirinya hanyalah
alat Tuhan, Tuhan sendirilah pelaksana utama tugas yang ditanggungkan padanya.
Tapa dan doa-doanya membuatnya menjadi seseorang yang bijaksana dan menempuh
tindakan-tindakan akurat untuk memulihkan ketertiban dalam Dewan Kanonik itu.
Ia berhasil dengan gemilang dan menghimbau mereka untuk hidup sesuai dengan
aturan-aturan biara.
Sejak umur mudanya Ubaldus sangat menginginkan hidup sunyi sebagai seorang
pertapa. Tetapi jalan Tuhan selalu lain dari rencana manusia. Cita-citanya
untuk menjadi seorang pertapa tidak tercapai karena ia diangkat menjadi Uskup
di Gubio menggantikan pamannya. Jabatan Uskup ini dijalankannya dengan penuh
kesabaran, kebijaksanaan dan doa. Ia melayani umatnya sebagai gembala dengan
sebaik-baiknya. Sekali peristiwa ketika terjadi kekacauan di kota, ia dengan
berani berdiri di antara dua pihak yang bertentangan tanpa mempedulikan ancaman
pedang dan lemparan batu. Ia berhasil meredakan kelahian hebat itu. Ketika kota
Gubio diporakporandakan oleh Frederik Barbarosa, Ubaldus dengan berani menemui
tentara-tentara Jerman yang bengis itu dan meyakinkan kaisar untuk tidak meneruskan
niatnya menguasai kota Gubio.
Selama bertahun-tahun hidupnya, Ubaldus menderita karena penyakit yang
diidapnya. Namun ia tetap sabar, tabah dan gembira dalam tugasnya. Akhirnya ia
meninggal dunia pada tahun 1160.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar