Jumat, 15 Januari 2021

MENGENAL SEKILAS TENTANG AL-QUR'AN


Jika dikatakan Al-Qur’an, umumnya dipahami sebagai kitab sucinya umat islam yang ditulis pakai bahasa Arab, yang isinya mulai dari Surah al-Fatihah dan berakhir pada Surah an-Nas. Umat islam sungguh yakin kalau Al-Qur’an merupakan kitab yang berasal langsung dari Allah SWT. Apa yang tertulis dalam kitab itu dipercaya sebagai kata-kata atau wahyu Allah sendiri. Dasar keyakinan ini ada dalam Al-Qur’an sendiri dimana dikatakan bahwa Allah-lah yang menurunkan Al-Qur’an ini (sekedar menyebut beberapa: QS al-Baqarah: 4; QS Ali Imran: 3; QS ar-Rad: 1; QS an-Nahl: 89; QS al-Kahf: 1). Berhubung Allah SWT itu diyakini sebagai maha benar dan maha tahu, maka Al-Qur’an itu merupakan kebenaran yang meyakinkan (QS al-Haqqah: 51).

Terdapat perbedaan pemahaman terhadap kata “langsung” dari frase “langsung dari Allah SWT” ini. Segelintir orang memahami bahwa Al-Qur’an langsung diberikan kepada Nabi Muhammad SAW secara utuh sebagai sebuah kitab. Ada dua pendasaran argumen ini, yaitu [1] kisah pertama kali Muhammad mendapat wahyu saat bersemedi di gua Hira, dimana dia mendapat perintah singkat: Bacalah! Banyak orang memahami bahwa pada saat itu pasti sudah ada kitab, yang kemudian dikenal dengan nama Al-Qur’an. Bagaimana mungkin disuruh membaca tanpa ada sesuatu yang dapat dibaca. [2] Dalam Al-Qur’an sendiri telah dinyatakan bahwa Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai kitab. (QS an-Nisa: 105; QS al-Maidah: 48; QS Taha: 1 – 2; QS an-Naml: 6; QS az-Zumar: 2).

Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa wahyu Allah diturunkan secara bertahap. Artinya, Al-Qur’an tidak turun langsung dalam bentuk kitab, namun dalam bentuk ayat per ayat. Pemahaman ini didasarkan pada wahyu Allah sendiri. Dalam surah al-Insan Allah berfirman, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu (Muhammad) secara berangsur-angsur.” (ayat 23). Hal ini sejalan juga dengan wahyu Allah dalam QS al-Furqan: 32 dan QS al-Isra: 106. Dengan kata lain, Al-Qur’an turun dalam bentuk ayat demi ayat, bukan dalam bentuk kitab. Meski demikian tetap saja ayat-ayat itu merupakan perkataan langsung Allah.

Terhadap dua pemahaman ini, pemahaman mana yang benar? Jawabannya adalah TIDAK JELAS, karena kedua pemahaman tersebut sama-sama mendapat pendasaran dari wahyu Allah sendiri. Akan tetapi, bagi orang yang masih memiliki akal sehat, pemahaman yang kedua-lah yang dapat diterima karena masuk akal.

Bagi mereka yang menerima pemahaman kedua, wahyu-wahyu Allah yang terangkum dalam Al-Qur’an tidak muncul dalam satu waktu saja melainkan dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi besar turunnya wahyu, yaitu Mekkah dan Madinah. Hal inilah yang kemudian melahirkan istilah Surah Makkiyyah dan Surah Madaniyyah. Surah Makkiyyah adalah surah-surah yang merupakan kumpulan wahyu-wahyu Allah, yang turun ketika Muhammad masih berada di Mekkah (sebelum hijrah), sedangkan Surah Madaniyyah adalah surah-surah yang turun ketika Muhammad berada di Madinah (setelah hijrah). Ada 86 surah yang masuk ke dalam kelompok Surah Makkiyyah, dengan total ayat sebanyak 4.643, sedangkan Surah Madaniyyah terdiri dari 28 surah dengan 1.583 ayat.

Sebagai sebuah kitab, Al-Qur’an tersusun dari 114 surah. Dalam penulisan, ada orang menulis surah itu dengan namanya, seperti al-Fatihah, Yasin atau az-Zumar, ada yang menulis hanya dengan angka saja, namun ada pula yang menggabungkan keduanya (nama dan angka). Sebagian masyarakat awam mengartikan kata ‘surah’ ini dengan ‘bab’ seperti biasanya buku-buku. Namun ada juga yang memaknainya sebagai ‘kitab’ seperti dalam kitab sucinya orang kristen. Jadi, surah al-Fatihah sama artinya dengan Kitab al-Fatihah. Mana yang benar? TIDAK JELAS.

Harus diakui bahwa sebagai sebuah kitab atau buku Al-Qur’an disusun tidak beraturan dan acak, sehingga membingungkan dan tak dapat dibaca secara urut. Penyusunan surah-surahnya saja tidak berdasarkan kronologis turunnya wahyu, dan tidak juga berdasarkan lokasi turunnya wahyu. Sebagai contoh, dalam 10 surah pertama, surah 1, 6 dan 7, lalu 10 adalah surah yang turun di Mekkah, sedang surah 2 hingga 5, lalu 8 dan 9 turun di Madinah. Sekalipun surah 10 hingga 21 merupakan surah yang turun di Mekkah, bukan lantas berarti urutan nomor itu berdasarkan urutan waktu turunnya wahyu. Karena itu, mana surah yang lebih dahulu dan mana yang kemudian, TIDAK ADA YANG TAHU PASTI.

Jumlah ayat tiap surah juga berbeda-beda. Ada 3 surah yang hanya terdiri dari 3 ayat (termasuk paling sedikit) saja. Surah dengan ayat terbanyak adalah surah al-Baqarah (286 ayat). Surah dengan ayat-ayat pendek, seperti surah al-Ikhlas dan surah lainnya, patut dinilai sebagai satu kesatuan, dan itu dapat dikatakan sekali turun. Akan tetapi, wahyu Allah dalam surah-surah yang panjang pastilah tidak sekali turun, melainkan beberapa kali dan di beberapa tempat. Karena itu, ayat-ayat dalam surah-surah panjang tidaklah saling berhubungan. Dalam surah-surah panjang, dapat dipastikan wahyu Allah turun berdasarkan tema. Misalnya, surah al-Araf. Ada kemungkinan ayat 1 – 10 turun sekaligus, dan ayat 11 – 25 bisa sekaligus bisa juga tidak karena di dalamnya terdapat dua tema; demikian pula ayat-ayat lainnya.

Al-Qur’an ditulis dalam bahasa Arab, karena Allah sendiri berbicara dengan menggunakan bahasa Arab. Akan tetapi, dewasa ini banyak ditemukan terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Indonesia. Pada umumnya, dalam terjemahan Al-Qur’an, akan ditemukan beberapa kata atau frase yang berada dalam tanda kurung. Jika merujuk pada “Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Edisi Terkini Revisi Tahun 2006”, hanya ada 2 surah saja yang tidak ditemukan hal tersebut, yaitu surah al-Asr dan surah an-Nasr. Contohnya, QS Yunus: 41, “Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah ….” Atau, QS al-Lail: 20, “tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.” Dapat dipastikan bahwa sebenarnya kata atau frase yang ada dalam tanda kurung (dengan sengaja ditebalkan) sama sekali tidak ada dalam bahasa Arabnya. Dengan kata lain, kata atau frase itu tidak ada dalam perkataan Allah atau Allah tidak pernah mengatakannya.

Dapat dikatakan bahwa kata atau frase yang ada dalam tanda kurung merupakan penambahan kemudian, yang berasal dari manusia. Perlu diketahui bahwa kata atau frase yang tertulis dalam tanda kurung itu bisa berbeda dari satu Al-Qur’an ke Al-Qur’an lainnya. Setidaknya ada empat maksud dan makna penambahan yang ada dalam tanda kurung itu. Pertama, berfungsi menjelaskan kata ganti orang/benda. Dalam Al-Qur’an ada banyak kata atau frase seperti ini, misalnya Muhammad, Allah, Al-Qur’an, orang-orang kafir, dan masih banyak lagi. Kedua, berfungsi sebagai penghubung antar kalimat atau ayat. Dalam Al-Qur’an contoh untuk ini dapat ditemukan seperti kata yaitu, sebagai, pula, tetapi, dan banyak lagi. Ketiga, berfungsi sebagai penjelasan maksud kata/frase di depan. Contohnya, Muhammad, suami, Allah berfirman, dll. Keempat, agar wahyu Allah menjadi jelas. Sebagai contoh kita ambil dari QS al-Insan: 18, dimana tertulis “(Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil. Wahyu Allah yang sebenarnya adalah “Sebuah mata air yang dinamakan Salsabil.” Jika hanya kalimat ini saja, maka wahyu Allah ini tidak jelas, dan sama sekali sulit dikaitkan dengan ayat sebelumnya. Agar menjadi jelas, maka ditambahkan 2 frase dalam tanda kurung. Siapa yang menambahkan itu? TIDAK JELAS.

Jika kita membaca Al-Qur’an, maka kita akan menemukan ada begitu banyak wahyu yang diulang-ulang. Pengulangan itu bisa terjadi dalam surah yang sama, bisa juga dalam surah yang berbeda; bisa dengan sedikit perubahan, namun ada juga yang pengulangan utuh. Sebagai contoh, untuk pengulangan dengan sedikit perubahan redaksi dapat ditemukan dalam QS an-Nisa: ayat 57 dan ayat 122, atau antara QS Ibrahim: 23 dan QS al-Ankabut: 58, atau antara QS al-Baqarah: 82, QS al-Araf: 42 dan QS Hud: 23 atau antara QS al-Anbiya: 92 dan QS al-Mukminun: 52. Untuk pengulangan utuh (copy paste) bisa dilihat dalam surah al-Infitar: 13 dimana tertulis, “Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan.” Jika merujuk pada “Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Edisi Terkini Revisi Tahun 2006” teks surah al-Infitar tersebut kembali diulang secara utuh dalam QS al-Mutaffifin: 22. Contoh lain dapat dilihat dalam QS al-Araf: 78 dan ayat 91. Apakah Allah SWT berfirman 2 kali atau hanya sekali tapi ditulis dua kali? TIDAK JELAS.

Bagaimana dengan isi Al-Qur’an? Perlu diketahui bahwa Al-Qur’an itu tidak hanya sebatas Kitab Suci, tetapi juga pedoman, tuntunan, petunjuk, keterangan dan juga pelajaran bagi umat manusia, khususnya kaum islam. Semua itu bisa melahirkan kewajiban bagi umat islam, karena kesemuanya merupakan kehendak Allah SWT. Apa saja isi Al-Qur’an itu?

1.    Pedoman. Dalam Al-Qur’an ada norma dan aturan hukum. Misalnya, aturan perkawinan, aturan shalat, aturan warisan, hukuman bagi pencuri, pembunuh, dan penghina Allah dan Muhammad, dll.

2.    Petunjuk. Al-Qur’an memberikan arah yang harus dijalani dan diikuti umat islam. Misalnya, bagaimana bersikap terhadap orang kafir.

3.    Janji Allah. Dalam Al-Qur’an Allah SWT memberikan janji kepada umat islam yang takwa. Misalnya, janji surga dengan pasangan bidadari cantik serta gadis montok yang sebaya.

4.    Perintah Allah. Salah satu wahyu Allah adalah perintah-perintah agar dilakukan umat islam. Misalnya, memusuhi, memerangi dan membunuh orang kafir.

5.    Keterangan dan pelajaran. Ada banyak pelajaran dan keterangan yang diberikan Allah dalam Al-Qur’an. Misalnya, pelajaran tentang proses terjadinya manusia, pelajaran tentang geosentris, keterangan tentang Adam dan Hawa, keterangan tentang kematian Isa Al-Masih, keterangan Ka’bah sebagai makan Ibrahim, dll.

Tak bisa dipungkiri, Al-Qur’an dibuat sebagai alat untuk menonjolkan ego orang-orang yang sombong. Yang pertama adalah nabi Muhammad SAW sendiri. Tersebar dalam Al-Qur’an pujian dan pengagung-agungan sosok Muhammad, sekalipun orang-orang kafir pada waktu itu mencela bahkan menganggapnya sebagai manusia biasa. Meski tak sebanding dengan Isa Al-Masih putra Maryam, yang oleh Allah sendiri disebut sebagai orang suci, kalam Allah, bisa membuat mukjizat serta terkemuka di dunia dan di akhirat, namun Muhammad tetap dimuliakan. Bahkan sekalipun kehidupannya bejat dan biadab, tetap saja terus dikatakan bahwa Muhammad adalah “suri teladan yang baik”, dan “benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Yang kedua adalah umat islam sendiri. Lewat Al-Qur’an umat islam menyombongkan diri sebagai umat yang benar dan pilihan Allah, dan menganggap yang bukan islam pantas untuk dihina, dimusuhi hingga dibunuh. Sikap inilah yang tampil dalam diri umat islam hingga dewasa ini. Umat islam tidak mau atribut agamanya dihina, tapi mereka tak mau mempersoalkan bila atribut agama lain dihina. Ini bisa terjadi karena sudah tertanam dalam diri umat islam bahwa yang bukan islam adalah memang hina sehingga pantas dihina, sedangkan islam adalah sesuai yang “di sisi Allah” sehingga jangan pernah coba-coba untuk mengusiknya.

Harus diakui bahwa selain tidak jelas urutan lokasi dan waktu turunnya wahyu, Al-Qur’an juga dipenuhi ketidak-rasionalan dan mengandung kekeliruan, ketidak-konsistenan, serta isinya saling bertentangan. Untuk membuktikan hal ini, silahkan baca sendiri Al-Qur’an. Namun sebelum membaca teks-teks Al-Qur’an, ada petunjuk penting yang patut diperhatikan.

1.    Gunakan akal sehat. Berusahalah memahami kalimat atau ayat yang dibaca tanpa melihat dulu latar belakang teks.

2.    Setiap kali membaca, sadarilah bahwa apa yang dibaca itu adalah kata-kata Allah SWT. Bertanyalah, benarkah ini dari Allah?

3.    Cobalah mengaitkan atau membandingkan satu ayat dengan ayat lainnya dengan tetap menyadari bahwa semua itu berasal dari Allah SWT. Rasakanlah perbandingannya. Bertanyalah, benarkah ini dari Allah?

4.    Setelah merasakan perbandingannya, hasil temuan ini lalu disandingkan dengan pernyataan bahwa Al-Qur’an itu “kebenaran yang meyakinkan” dan “keterangan yang jelas”. Bertanyalah, benarkah itu?

Sebagai wahyu Allah, Al-Qur’an tidak hanya ditujukan kepada umat islam secara langsung. Selain umat islam, secara langsung Al-Qur’an ditujukan kepada dua pihak lain, yaitu nabi Muhammad dan Allah SWT sendiri. Ada beberapa teks Al-Qur’an yang memang peruntukannya khusus buat Muhammad. Misalnya, QS al-Maidah: 41, QS at-Taubah: 73, QS an-Nur: 4, QS al-Ahzab: 1, dan masih banyak lagi. Dalam teks ini, wahyu Allah berguna untuk membantu Muhammad keluar dari permasalahan pribadinya. Sedangkan teks yang khusus buat Allah sendiri tampak pada wahyu Allah di awal dari beberapa surah, seperti al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, ar-Rum, Luqman, Maryam, asy-Syura, Fussilat, dll. Wahyu Allah ini sama sekali tidak diketahui arti dan maknanya oleh manusia, kecuali hanya Allah sendiri. Artinya, Allah berfirman untuk diri-Nya sendiri; dan itu tertera dalam Al-Qur’an. Jadi, Al-Qur’an ini dibuat tidak hanya untuk manusia saja, melainkan untuk Allah juga. Atau dengan perkataan lain, Allah sendiri membutuhkan pedoman, tuntunan, keterangan dan pelajaran, yang berasal dari diri-Nya sendiri.

by: adrian

Lingga, 12 Desember 2020 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar