Jika dikatakan Al-Qur’an, umumnya dipahami sebagai kitab sucinya umat islam yang ditulis pakai bahasa Arab, yang isinya mulai dari Surah al-Fatihah dan berakhir pada Surah an-Nas. Umat islam sungguh yakin kalau Al-Qur’an merupakan kitab yang berasal langsung dari Allah SWT. Apa yang tertulis dalam kitab itu dipercaya sebagai kata-kata atau wahyu Allah sendiri. Dasar keyakinan ini ada dalam Al-Qur’an sendiri dimana dikatakan bahwa Allah-lah yang menurunkan Al-Qur’an ini (sekedar menyebut beberapa: QS al-Baqarah: 4; QS Ali Imran: 3; QS ar-Rad: 1; QS an-Nahl: 89; QS al-Kahf: 1). Berhubung Allah SWT itu diyakini sebagai maha benar dan maha tahu, maka Al-Qur’an itu merupakan kebenaran yang meyakinkan (QS al-Haqqah: 51).
Terdapat perbedaan pemahaman terhadap kata “langsung” dari
frase “langsung dari Allah SWT” ini. Segelintir orang memahami bahwa Al-Qur’an langsung diberikan kepada Nabi Muhammad
SAW secara utuh sebagai sebuah kitab. Ada dua
pendasaran argumen ini, yaitu [1] kisah pertama kali Muhammad mendapat wahyu
saat bersemedi di gua Hira, dimana dia mendapat perintah singkat: Bacalah! Banyak orang memahami bahwa pada saat itu pasti sudah ada kitab, yang kemudian dikenal
dengan nama Al-Qur’an. Bagaimana mungkin disuruh membaca tanpa ada sesuatu yang dapat dibaca. [2] Dalam Al-Qur’an
sendiri telah dinyatakan bahwa Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai kitab. (QS an-Nisa: 105; QS al-Maidah: 48; QS
Taha: 1 – 2; QS an-Naml: 6; QS az-Zumar: 2).
Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa wahyu Allah diturunkan secara
bertahap. Artinya, Al-Qur’an tidak turun langsung dalam bentuk kitab, namun dalam
bentuk ayat per ayat. Pemahaman ini didasarkan pada wahyu Allah sendiri. Dalam
surah al-Insan Allah berfirman, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu (Muhammad) secara berangsur-angsur.” (ayat 23). Hal ini sejalan
juga dengan wahyu Allah dalam QS al-Furqan: 32 dan QS al-Isra: 106. Dengan kata
lain, Al-Qur’an turun dalam bentuk ayat demi ayat, bukan dalam bentuk
kitab. Meski demikian tetap saja ayat-ayat itu merupakan perkataan langsung
Allah.
Terhadap dua pemahaman ini, pemahaman mana yang benar? Jawabannya adalah TIDAK JELAS, karena kedua pemahaman tersebut sama-sama mendapat pendasaran dari wahyu Allah sendiri. Akan tetapi, bagi orang yang masih memiliki akal sehat, pemahaman yang kedua-lah yang dapat diterima karena masuk akal.
Bagi mereka yang menerima pemahaman kedua, wahyu-wahyu
Allah yang terangkum dalam Al-Qur’an tidak muncul dalam satu waktu saja melainkan dalam kurun waktu 23 tahun. Ada dua lokasi besar turunnya wahyu, yaitu
Mekkah dan Madinah. Hal inilah yang
kemudian melahirkan istilah Surah
Makkiyyah dan Surah Madaniyyah.
Surah Makkiyyah adalah surah-surah yang merupakan kumpulan wahyu-wahyu Allah,
yang turun ketika Muhammad masih berada di Mekkah (sebelum hijrah), sedangkan
Surah Madaniyyah adalah surah-surah yang turun ketika Muhammad berada di
Madinah (setelah hijrah). Ada 86 surah yang masuk ke dalam kelompok Surah
Makkiyyah, dengan total ayat sebanyak 4.643, sedangkan Surah Madaniyyah terdiri
dari 28 surah dengan 1.583 ayat.
Sebagai sebuah kitab, Al-Qur’an tersusun dari 114 surah. Dalam penulisan,
ada orang menulis surah itu dengan namanya, seperti al-Fatihah, Yasin atau
az-Zumar, ada yang menulis hanya dengan angka saja, namun ada pula yang
menggabungkan keduanya (nama dan angka). Sebagian masyarakat awam mengartikan
kata ‘surah’ ini dengan ‘bab’ seperti biasanya buku-buku. Namun ada juga yang
memaknainya sebagai ‘kitab’ seperti dalam kitab sucinya orang kristen. Jadi,
surah al-Fatihah sama artinya dengan Kitab al-Fatihah. Mana yang benar? TIDAK
JELAS.
Harus diakui bahwa sebagai sebuah kitab atau buku Al-Qur’an disusun
tidak beraturan dan acak, sehingga membingungkan dan tak dapat dibaca secara urut. Penyusunan surah-surahnya saja tidak berdasarkan kronologis turunnya wahyu,
dan tidak juga berdasarkan lokasi turunnya wahyu. Sebagai contoh, dalam 10
surah pertama, surah 1, 6 dan 7, lalu 10 adalah surah yang turun di Mekkah, sedang
surah 2 hingga 5, lalu 8 dan 9 turun di Madinah. Sekalipun surah 10 hingga 21
merupakan surah yang turun di Mekkah, bukan lantas berarti urutan nomor itu
berdasarkan urutan waktu turunnya wahyu. Karena itu, mana surah yang lebih
dahulu dan mana yang kemudian, TIDAK ADA YANG TAHU PASTI.
Jumlah ayat tiap surah juga berbeda-beda. Ada 3 surah
yang hanya terdiri dari 3 ayat (termasuk paling sedikit) saja. Surah dengan
ayat terbanyak adalah surah al-Baqarah (286 ayat). Surah dengan ayat-ayat
pendek, seperti surah al-Ikhlas dan surah lainnya, patut dinilai sebagai satu
kesatuan, dan itu dapat dikatakan sekali turun. Akan tetapi, wahyu Allah dalam
surah-surah yang panjang pastilah tidak sekali turun, melainkan beberapa kali
dan di beberapa tempat. Karena itu, ayat-ayat dalam surah-surah panjang
tidaklah saling berhubungan. Dalam surah-surah panjang, dapat dipastikan wahyu
Allah turun berdasarkan tema. Misalnya, surah al-Araf. Ada kemungkinan ayat 1 –
10 turun sekaligus, dan ayat 11 – 25 bisa sekaligus bisa juga tidak karena di
dalamnya terdapat dua tema; demikian pula ayat-ayat lainnya.
Al-Qur’an ditulis dalam bahasa Arab, karena Allah
sendiri berbicara dengan menggunakan bahasa Arab. Akan tetapi, dewasa ini
banyak ditemukan terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa-bahasa lain, seperti bahasa
Indonesia. Pada umumnya, dalam terjemahan Al-Qur’an, akan ditemukan beberapa
kata atau frase yang berada dalam tanda kurung. Jika merujuk pada “Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen
Agama RI, Edisi Terkini Revisi Tahun 2006”, hanya ada 2 surah saja yang tidak ditemukan hal
tersebut, yaitu surah al-Asr dan surah an-Nasr. Contohnya, QS Yunus: 41, “Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah ….” Atau,
QS al-Lail: 20, “tetapi (dia memberikan
itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.” Dapat
dipastikan bahwa sebenarnya kata atau frase yang ada dalam tanda kurung (dengan
sengaja ditebalkan) sama sekali tidak ada dalam bahasa Arabnya. Dengan kata
lain, kata atau frase itu tidak ada dalam perkataan Allah atau Allah tidak
pernah mengatakannya.
Dapat dikatakan bahwa kata atau frase yang ada dalam
tanda kurung merupakan penambahan kemudian, yang berasal dari manusia. Perlu
diketahui bahwa kata atau frase yang tertulis dalam tanda kurung itu bisa
berbeda dari satu Al-Qur’an ke Al-Qur’an lainnya. Setidaknya ada empat maksud
dan makna penambahan yang ada dalam tanda kurung itu. Pertama, berfungsi menjelaskan kata ganti orang/benda. Dalam
Al-Qur’an ada banyak kata atau frase seperti ini, misalnya Muhammad, Allah, Al-Qur’an, orang-orang kafir, dan masih banyak lagi. Kedua, berfungsi sebagai penghubung antar kalimat atau ayat. Dalam
Al-Qur’an contoh untuk ini dapat ditemukan seperti kata yaitu, sebagai, pula, tetapi, dan banyak lagi. Ketiga,
berfungsi sebagai penjelasan maksud kata/frase di depan. Contohnya, Muhammad, suami, Allah berfirman,
dll. Keempat, agar wahyu Allah
menjadi jelas. Sebagai contoh kita ambil dari QS al-Insan: 18, dimana tertulis
“(Yang
didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil.” Wahyu Allah yang
sebenarnya adalah “Sebuah mata air yang dinamakan Salsabil.” Jika hanya kalimat ini saja, maka wahyu Allah ini
tidak jelas, dan sama sekali sulit dikaitkan dengan ayat sebelumnya. Agar
menjadi jelas, maka ditambahkan 2 frase dalam tanda kurung. Siapa yang
menambahkan itu? TIDAK JELAS.
Jika kita membaca Al-Qur’an, maka kita akan menemukan
ada begitu banyak wahyu yang diulang-ulang. Pengulangan itu bisa terjadi dalam
surah yang sama, bisa juga dalam surah yang berbeda; bisa dengan sedikit
perubahan, namun ada juga yang pengulangan utuh. Sebagai contoh, untuk
pengulangan dengan sedikit perubahan redaksi dapat ditemukan dalam QS an-Nisa: ayat
57 dan ayat 122, atau antara QS Ibrahim: 23 dan QS al-Ankabut: 58, atau antara
QS al-Baqarah: 82, QS al-Araf: 42 dan QS Hud: 23 atau antara QS al-Anbiya: 92
dan QS al-Mukminun: 52. Untuk pengulangan utuh (copy paste) bisa dilihat dalam surah al-Infitar: 13 dimana tertulis,
“Sesungguhnya
orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh)
kenikmatan.” Jika merujuk pada “Al-Qur’an
dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Edisi Terkini Revisi Tahun 2006” teks surah al-Infitar tersebut kembali diulang secara
utuh dalam QS al-Mutaffifin: 22. Contoh lain dapat dilihat dalam QS al-Araf: 78
dan ayat 91. Apakah Allah SWT berfirman 2 kali atau hanya sekali tapi ditulis
dua kali? TIDAK JELAS.
Bagaimana dengan isi Al-Qur’an? Perlu diketahui bahwa
Al-Qur’an itu tidak hanya sebatas Kitab Suci, tetapi juga pedoman, tuntunan,
petunjuk, keterangan dan juga pelajaran bagi umat manusia, khususnya kaum
islam. Semua itu bisa melahirkan kewajiban bagi umat islam, karena kesemuanya
merupakan kehendak Allah SWT. Apa saja isi Al-Qur’an itu?
1.
Pedoman. Dalam
Al-Qur’an ada norma dan aturan hukum. Misalnya, aturan perkawinan, aturan
shalat, aturan warisan, hukuman bagi pencuri, pembunuh, dan penghina Allah dan
Muhammad, dll.
2.
Petunjuk.
Al-Qur’an memberikan arah yang harus dijalani dan diikuti umat islam. Misalnya,
bagaimana bersikap terhadap orang kafir.
3.
Janji Allah. Dalam
Al-Qur’an Allah SWT memberikan janji kepada umat islam yang takwa. Misalnya,
janji surga dengan pasangan bidadari cantik serta gadis montok yang sebaya.
4.
Perintah Allah.
Salah satu wahyu Allah adalah perintah-perintah agar dilakukan umat islam. Misalnya,
memusuhi, memerangi dan membunuh orang kafir.
5.
Keterangan dan
pelajaran. Ada banyak pelajaran dan keterangan yang diberikan Allah dalam
Al-Qur’an. Misalnya, pelajaran tentang proses terjadinya manusia, pelajaran
tentang geosentris, keterangan tentang Adam dan Hawa, keterangan tentang
kematian Isa Al-Masih, keterangan Ka’bah sebagai makan Ibrahim, dll.
Tak bisa dipungkiri, Al-Qur’an dibuat sebagai alat untuk menonjolkan ego orang-orang yang sombong. Yang pertama adalah nabi Muhammad SAW sendiri.
Tersebar dalam Al-Qur’an pujian dan pengagung-agungan sosok Muhammad, sekalipun
orang-orang kafir pada waktu itu mencela bahkan menganggapnya sebagai manusia
biasa. Meski tak sebanding dengan Isa Al-Masih putra Maryam, yang oleh Allah
sendiri disebut sebagai orang suci, kalam Allah, bisa membuat mukjizat serta
terkemuka di dunia dan di akhirat, namun Muhammad tetap dimuliakan. Bahkan
sekalipun kehidupannya bejat dan biadab, tetap saja terus dikatakan bahwa Muhammad adalah “suri teladan
yang baik”, dan “benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Yang kedua adalah umat islam sendiri. Lewat Al-Qur’an
umat islam menyombongkan diri sebagai umat yang benar dan pilihan Allah, dan
menganggap yang bukan islam pantas untuk dihina, dimusuhi hingga dibunuh. Sikap
inilah yang tampil dalam diri umat islam hingga dewasa ini. Umat islam tidak
mau atribut agamanya dihina, tapi mereka tak mau mempersoalkan bila atribut
agama lain dihina. Ini bisa terjadi karena sudah tertanam dalam diri umat islam
bahwa yang bukan islam adalah memang hina sehingga pantas dihina, sedangkan
islam adalah sesuai yang “di sisi Allah” sehingga jangan pernah coba-coba untuk
mengusiknya.
Harus diakui bahwa selain tidak jelas urutan lokasi
dan waktu turunnya wahyu, Al-Qur’an juga dipenuhi ketidak-rasionalan dan mengandung kekeliruan,
ketidak-konsistenan, serta isinya saling bertentangan.
Untuk membuktikan hal ini,
silahkan baca sendiri Al-Qur’an. Namun sebelum membaca teks-teks
Al-Qur’an, ada petunjuk penting
yang
patut diperhatikan.
1. Gunakan
akal sehat. Berusahalah memahami kalimat atau ayat yang dibaca tanpa melihat dulu latar belakang teks.
2. Setiap
kali membaca, sadarilah
bahwa apa yang dibaca
itu adalah kata-kata Allah SWT.
Bertanyalah, benarkah ini dari Allah?
3. Cobalah
mengaitkan atau membandingkan satu ayat dengan ayat lainnya dengan tetap
menyadari bahwa semua itu berasal dari Allah SWT. Rasakanlah
perbandingannya. Bertanyalah,
benarkah ini dari Allah?
4. Setelah
merasakan perbandingannya, hasil temuan ini lalu disandingkan dengan pernyataan
bahwa
Al-Qur’an itu
“kebenaran yang meyakinkan” dan “keterangan yang jelas”. Bertanyalah, benarkah itu?
Sebagai wahyu Allah, Al-Qur’an tidak hanya ditujukan
kepada umat islam secara langsung. Selain umat islam, secara langsung Al-Qur’an ditujukan kepada dua pihak
lain, yaitu nabi Muhammad dan Allah SWT sendiri. Ada beberapa teks Al-Qur’an
yang memang peruntukannya khusus buat Muhammad. Misalnya, QS al-Maidah: 41, QS
at-Taubah: 73, QS an-Nur: 4, QS al-Ahzab: 1, dan masih banyak lagi. Dalam teks
ini, wahyu Allah berguna untuk membantu Muhammad keluar dari permasalahan
pribadinya. Sedangkan teks yang khusus buat Allah sendiri tampak pada wahyu
Allah di awal dari beberapa surah, seperti al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut,
ar-Rum, Luqman, Maryam, asy-Syura, Fussilat, dll. Wahyu Allah ini sama sekali
tidak diketahui arti dan maknanya oleh manusia, kecuali hanya Allah sendiri.
Artinya, Allah berfirman untuk diri-Nya sendiri; dan itu tertera dalam
Al-Qur’an. Jadi, Al-Qur’an ini dibuat tidak hanya untuk manusia saja, melainkan
untuk Allah juga. Atau dengan perkataan lain, Allah sendiri membutuhkan
pedoman, tuntunan, keterangan dan pelajaran, yang berasal dari diri-Nya
sendiri.
by: adrian
Lingga, 12 Desember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar