SEJARAH DOA ROSARIO
Kata “Rosario” pertama kali
ditemukan dalam sebuah literature tahun 1327. Kata yang digunakan adalah
“Rosarium”, yang berarti rangkaian bunga mawar. Bunga mawar, yang dikenal
dengan nama bunga ros (Ing. = Rose)
atau “Ratu Bunga”, merupakan simbol kehidupan religius dalam peradaban manusia.
Hal ini mungkin dikaitkan dengan keindahan/kecantikan dan aroma wangi bunga
mawar itu. Oleh orang Kristen kata “Rosarium” dikenakan kepada Bunda Maria.
Sebagai doa, Rosario
bukanlah doa liturgi atau doa resmi Gereja meski doa ini sangat populer di
kalangan umat katolik. Di doa rosario umat akan
merenungkan karya penebusan Kristus di dalam 15 peristiwa Sejarah Keselamatan,
sambil mendaraskan 1 x Bapa Kami, 10 x Salam Maria dan 1 x Kemuliaan, yang diawali
oleh pendarasan Syahadat Para Rasul, 1 x Bapa kami, 3 x Salam Maria dan 1 x
Kemuliaan.
Apakah doa Rosario yang ada
sekarang ini sudah begitu dari dulu? Dapatlah dikatakan bahwa doa Rosario yang
ada saat ini merupakan hasil perkembangan jaman. Pada
mulanya praktek doa Rosario diambil dari kebiasaan mendaraskan 150 Mazmur (Doa
Ofisi) setiap hari di kalangan para rahib di dalam kehidupan monastik zaman
dulu. Para rahib awam yang tak bisa membaca menggantikan pendarasan Mazmur itu
dengan 150 buah doa ‘Pater
Noster’ (Bapa Kami). Sejak
Gereja perdana doa Bapa Kami dianggap sebagai doa Gereja yang paling penting.
Untuk memudahkan mereka mengetahui berapa jumlah doa Bapa Kami yang didaraskan,
digunakanlah seutas tali bersimpul atau bermanik-manik. Oleh karena tali itu
dipakai untuk menghitung doa ‘Pater
Noster’ maka tali itu
lazimnya disebut juga ‘Pater Noster’.
Pada abad XI, devosi kepada
Bunda Maria mulai popular. Pada waktu itu muncul kebiasaan
memberi salam kepada Bunda Maria bila seseorang melewati patung Maria. Doa atau
salam yang dilantunkan adalah, “Salam
Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu. Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah
buah tubuhmu”. Salam ini merupakan gabungan sapaan Malaikat Gabriel kepada
Bunda Maria (Luk 1: 28) dan seruan Elisabeth kepada Bunda Maria (Luk 1: 42).
Devosi ini
dilestarikan oleh para rahib. Lama kelamaan berkembang kebiasaan untuk
menggantikan 150 doa Bapa Kami dengan 150 doa Salam Maria (dikenal dengan
istilah Mazmur Santa Perawan Maria). Karena pada masa itu 150 buah Mazmur yang
didaraskan itu sudah dibagi ke dalam tiga bagian, masing-masing terdiri dari 50
buah, maka doa Salam Maria yang didaraskan oleh para rahib buta huruf itu pun
dibagi dalam tiga bagian dengan masing-masing bagian terdiri dari 50 buah (na tri coicat).
Sejak abad XII,
doa Salam Maria mulai diulang-ulang selama berlangsungnya doa untuk mengenang ‘Lima Sukacita Maria’ (Kabar Sukacita, Kelahiran Yesus, Kebangkitan
Yesus, Kenaikan Yesus dan Pengangkatan Maria ke Surga). Lama
kelamaan ‘Lima Peristiwa Sukacita’ itu ditambah antara lain dengan peristiwa:
Penampakan Tuhan (epifani), Pentakosta atau Kunjungan kepada Elisabeth, sehingga
menjadi ‘Tujuh Sukacita Maria.’ Pada
abad XIII, korona Ketujuh Sukacita Maria ini mulai dipropagandakan oleh Ordo
Fransiskan; dan pada abad XIII mantaplah sudah kebiasaan merenungkan Lima belas Sukacita Maria.
Bagian kedua doa
Salam Maria baru muncul
pada abad XIII. Pada masa itu ada kebiasaan untuk menambahkan doa kepada Bunda
Maria dalam devosi, yaitu berupa seruan yang diulang-ulang: ‘Doakanlah kami’
atau ‘Santa Maria Bunda Allah doakanlah kami’. Lama kelamaan seruan ini
berkembang menjadi suatu permohonan untuk mendapatkan perlindungan Bunda Maria
pada saat ajal tiba, sehingga rumusannya menjadi: “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini,
sekarang dan pada waktu kami mati. Amin”. Bagian ini menjadi doa
resmi semenjak Paus Pius V (1566 – 1572) meresmikan terbitan ‘Breviarium’ (= doa harian Gereja) pada tahun 1568.
Namun bagian kedua itu baru diterima umum pada abad XVII.
Pada Abad
Pertengahan, umat kristen mempunyai devosi istimewa kepada ‘Lima Luka Yesus’, yaitu di tangan, kaki dan lambung (bdk Yoh 20:
20) atau devosi kepada ‘Lima Penumpahan
Darah Yesus’, yaitu pada saat sakraltulmaut-Nya, saat didera, saat
dimahkotai duri, saat disalibkan dan ditikam lambung-Nya. Kemudian hari devosi
kepada Yesus yang bersengsara dikaitkan dengan devosi kepada Maria. Devosi ini
dikembangkan oleh Ordo Fransiskan dan Serikat Hamba Maria. Maka sejak abad XIV
berkembanglah devosi kepada ‘Lima
Dukacita Maria’ ataupun ‘Tujuh
Dukacita Maria’ yang dialaminya selama Yesus bersengsara dan wafat.
Mulai tahun 1475
muncullah di dalam Gereja tarekat-tarekat religius yang mempopulerkan doa
Rosario. Dengan munculnya teknik cetak, daftar lima belas peristiwa yang
ditetapkan sebagai landasan renungan selama doa Rosario, mulai dikenal di
mana-mana. Sebuah buku kecil yang dicetak di Ulm pada tahun 1483 menganjurkan
tiga rangkaian gambar, masing-masing memuat lima lukisan tersendiri, yaitu Lima
Sukacita Maria, Lima Penumpahan darah Yesus dan Lima Sukacita Maria sesudah
bangkitnya Yesus. Inilah kelimabelas peristiwa Rosario yang dikenal sekarang. Daftar tetap dari 15 peristiwa Rosario
disusun di Spanyol sekitar tahun 1488. Daftar itulah yang disahkan oleh Paus
Pius V, seorang biarawan Dominikan, ketika beliau menetapkan Rosario sebagai
doa Gereja yang sah. Setahun sebelumnya, Pius mengesahkan teks doa Salam Maria
yang sampai sekarang tidak diubah.
Kemudian
Paus Yohanes Paulus II, pada 16 Oktober 2002, mengeluarkan surat apostolic berjudul
Rosarium Virginis Mariae. Melalui
surat apostolik ini Paus Yohanes
Paulus II menambah satu lagi misteri yaitu yang berkaitan dengan kehidupan
Yesus di depan umum atau peristiwa terang.
Pangkalpinang, 30 Sept 2014
by: adrian
Baca juga: St. Maria Ratu Rosario
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar