Film American Gangster diangkat ke layar lebar dari kisah nyata kehidupan
Frank Lucas, gembong narkoba yang paling berpengaruh di Amerika tahun 1960-an.
Frank Lucas mengawali kariernya sebagai sopir pribadi bos mafia Amerika, Bumpy
Johnson. Sebagai seorang sopir pribadi dan terpercaya, Lucas dikenal sebagai
sosok yang pendiam dan setia. Akan tetapi, dalam diamnya Lucas banyak belajar
dari bossnya tentang cara mengorganisir dan berbisnis sebuah gangster. Maklum,
selama mendampingi bossnya, sang boss banyak bercerita tentang organisasinya,
suka dukanya dan berbagai hal lainnya. Semuanya itu ditampung dan diolah oleh
Lucas.
Setelah sang boss meninggal (faktor usia dan penyakit), Frank Lucas memulai
membangun kerajaan bisnisnya. Awalnya banyak rekanan mantan bossnya yang
menyepelekan bahkan melecehkan dirinya. Namun Lucas tidak mempedulikan semuanya
itu. Ia sudah punya prinsip yang harus dijalani, di mana semuanya itu berasal
dari olahan pengalaman hidup bersama mantan bossnya.
Lucas tahu bahwa kualitas heroin yang masuk ke Amerika sekitar 50 %. Dari
kualitas itu kemudian diolah lagi demi kuantitas, sehingga kualitas barang yang
sampai ke tangan pemakai tinggal 5%. Lucas berusaha mencari dan mendapatkan
heroin dengan kualitas 100%. Untuk itu ia sendiri harus datang ke produsen di
Vietnam. Sekalipun untuk bisa sampai ke tujuan akan ada banyak rintangan, Lucas
tetap berusaha. Dan ia akhirnya mendapatkan barang tersebut.
Lucas bukan saja mendapatkan barang, melainkan juga kepercayaan. Karena bagi Lucas, dalam urusan bisnis, kepercayaan merupakan hal mutlak yang harus ada. Dan ia menanamkan hal itu kepada produsennya. Maklum, tindakan Lucas secara tidak langsung mematikan usaha bisnis kelompok lain. Dalam dunia mafia, hal ini tentu berarti perang. Namun Lucas sudah siap dengan segala resiko tersebut.
Dengan kelicikannya, Lucas berhasil memasukkan barang haram itu ke Amerika
dengan menggunakan pesawat militer yang sering pulang pergi Amerika – Vietnam.
Wajar, saat itu masih ada konflik Amerika dengan Vietcong di Vietnam. Barang
haram dengan kualitas 100% itu kemudian diolah kembali hingga menjadi sekitar
25%. Barang dengan kualitas 25%, yang diberi nama: Blue Magic, dijual
lebih murah dari barang dengan kualitas 5%. Otomatis pemakai beralih
kepada Blue Magic. Dari sinilah Lucas menjadi jaya.
Lucas menjadi pemain tunggal dalam bisnis haram tersebut. Orang lain tentu
tidak akan dapat menyainginya. Semua akhirnya “bertekuk-lutut” di hadapan
Lucas. Dan sebagaimana para mafia lainnya, untuk menjaga kejayaannya, Lucas
juga berlaku kejam dan sadis. Ia tidak segan-segan membunuh orang yang berusaha
menghalangi niatnya atau berusaha menyalah-gunakan kepercayaannya.
Setelah jaya, Lucas tidak lupa akan keluarga besarnya. Setelah membangun
istananya, ia mengundang semua anggota keluarganya. Saudara-saudaranya
diberinya posisi dalam bisnisnya. Ada juga yang tetap membuka usaha lain
sebagai media pencucian uang haramnya. Lucas juga tidak melupakan mantan
bossnya. Keluarga mantan bossnya itu tetap dirangkulnya. Bahkan foto mantan
bossnya itu dipajangnya sebagai wujud penghormatannya.
Akan tetapi, ibarat pepatah “Makin tinggi sebuah pohon, semakin besar
tiupan anginnya.” Kejayaan Lucas menimbulkan rasa iri hati pada sebagian boss
gangster lain. Dan beberapa tindaan Lucas membuat ia menciptakan musuh. Selain
itu, aparat kepolisian pun sudah mulai mengincar. Boss produsen sudah
mengingatkannya untuk berhenti di saat ia menikmati sukses. Namun, sebagaimana
biasanya, kesuksesan itu membuat orang buta. Kesuksesan bisa menjadi langkah
awal kepada kehancuran.
Setelah mengalami peristiwa pencobaan pembunuhan terhadap dirinya dan
istrinya, mata Lucas baru terbuka lebar. Sementara itu, polisi sudah mulai
memasuki rumahnya, yang langsung disaksikan oleh ibunya. Semua peristiwa ini
benar-benar membuka mata sang ibu. Ia sadar, ada yang tak beres dengan
putranya. Maka, ketika Lucas berencana melakukan aksi balas dendam terhadap
kelompok yang berencana membunuh istri dan dirinya, sang ibu marah. Sang bunda
sampai mengeluarkan pernyataan bernada ancaman.
Lucas ternyata manusia yang mencintai sang bunda. Ia menghormati ibunya.
Karena itu, ia mendengarkan apa yang dikatakan ibunya. Rencana penyerangan
dihentikan demi menghormati sang ibu. Sebagai gantinya, ia mendampingi sang ibu
ke gereja untuk kebaktian. Keluar dari gereja, ratusan polisi sudah siap
menahannya. Lucas tidak menunjukkan reaksi melawan, mengingat sang ibu ada di
sampingnya. Dengan kooperatif, ia mengikuti petugas yang menahannya. Inilah
awal kejatuhan Frank Lucas.
Tindakan kooperatif bukan saja ditunjukkan Lucas saat penahanan dirinya,
melainkan saat pemeriksaan. Berkat bantuan Lucas, terbongkarlah jaringan
mafianya yang sudah merasuk ke kepolisian, kehakiman dan militer.
Pelajaran apa yang dapat diambil dari tokoh Frank Lucas ini? Ada beberapa
pelajaran penting untuk kehidupan kita:
1.
Kemauan untuk belajar. Sekalipun awalnya dia berstatus sebagai sopir, kemauan untuk belajar
mengantarnya menuju sukses. Hal ini bisa terjadi karena Lucas tidak mau puas
dengan status hidupnya. Dia tidak ingin mati sebagai sopir. Harus ada
perubahan.
2.
Perjuangan. Lucas mengajari kita untuk berjuang keras. Sekalipun akan ada rintangan,
semuanya itu harus dihadapi, bukannya dihindari. Perjuangan ini juga yang
mengantarnya menuju sukses.
3.
Membangun kepercayaan. Bagi Lucas, kepercayaan itu sangat penting dalam membangun relasi. Ini
pelajaran sangat berharga: membangun kepercayaan. Dalam membangun sebuah
relasi, entah itu bisnis, sosial, atau relasi apapun, membangun sikap saling
percaya itu hal yang mutlak diutamakan.
4.
Tidak seperti “kacang lupa pada kulitnya.” Sekalipun sudah sukses, Lucas tidak melupakan keluarga atau mereka
yang sudah membesarkannya. Di sini Lucas mengajak kita untuk tetap menaruh rasa
hormat kepada keluarga dan mereka yang sudah berjasa pada kita di saat kita
sukses.
5.
Hormat kepada orang tua. Dalam film itu, terlihat jelas bagaimana sikap hormat dan taat Lucas
kepada ibunya. Mungkin Lucas memegang prinsip “surga di bawah telapak kaki
ibu.” Sesadis dan sekotor apapun Lucas, ia masih menaruh rasa hormat dan sayang
kepada ibunya. Nah, yang sadis dan jahat seperti Lucas saja masih hormat dan
sayang kepada ibunya, bagaimana dengan kita?
6.
Kooperatif demi kebaikan bersama. Bagian akhir film mengisahkan sikap kooperatif Frank Lucas kepada aparat
yang memeriksanya. Lucas melihat efek kebaikan dari sikap kooperatifnya, bukan
saja bagi dirinya, melainkan bagi masyarakat Amerika. Lucas tidak
menutup-nutupi atau mengkambing-hitamkan pihak lain. Sikap inilah yang
dibutuhkan bagi tegakkan keadilan dan kebenaran. Sikap Lucas ini bertentangan
dengan sikap kebanyakan kita yang biasanya bersikap defensif dan sibuk
menyalahkan orang.
7.
Kesuksesan dimulai dari nol. Lewat film ini Lucas mau mengajari kita bahwa sukses itu dimulai dari
nol. “Kota Roma tidak dibangun dalam sehari.” Kejayaan Lucas juga membutuhkan
proses. Dan langkah awal dari nol itu membutuhkan kemauan, usaha dan
perjuangan.
diambil dari tulisan 7 tahun lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar