Renungan Hari Minggu
Biasa XXII, Thn A/II
Bac I Yer 20: 7 – 9; Bac II Rom 12: 1 – 2;
Injil Mat 16: 21 – 27;
Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal hidup sesuai dengan
kehendak Allah. Dalam Injil tema ini diperlihatkan dengan mempertentangkan
Tuhan Yesus dan Rasul Petrus. Yesus memperkenalkan kepada para murid kehendak
Allah yang bakal terjadi dalam hidupnya, namun Petrus menentangnya. Petrus menunjukkan
keinginan manusiawinya. Sikap Petrus inilah yang dikecam Tuhan Yesus. “Engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia.” (ay. 23). Tuhan Yesus mau supaya para murid-Nya senantiasa hidup
sesuai dengan kehendak Allah, sekalipun itu bertentangan dengan keinginan dan
harapan.
Paulus dalam bacaan kedua kembali menegaskan pengajaran Tuhan
Yesus di atas. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus meminta mereka
untuk hidup berkenan kepada Allah. Lebih lanjut Paulus menasehati agar umat
tidak larut dalam keinginan duniawinya, melainkan membarui hidup yang sesuai
dengan kehendak Allah. Di sini Paulus mau mempertentangkan antara kehendak
Allah dengan dunia. Paulus sadar bahwa zaman senantiasa berubah, namun
perubahan itu tidak semuanya baik. Jemaat diminta untuk bisa membedakan mana
yang buruk dan yang baik; mana yang sesuai dengan kehendak Allah dan yang
tidak.
Dalam Kitab Nabi Yeremia, yang menjadi bacaan pertama hari
ini, ditampilkan sosok Yeremia yang hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata
lain, bacaan pertama memberi contoh bagaimana orang hidup menurut kehendak
Allah. Dikatakan bahwa Yeremia membiarkan dirinya tertawan dan dibujuk oleh
Allah. Yeremia siap menerima segala resiko dari pilihannya itu, misalnya
menjadi bahan celaan dan cemooh bagi sesamanya.
Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa kehendak
Allah itu dapat juga bertentangan dengan keinginan dan harapan kita. Terkadang kita
cenderung mengikuti kata hati kita, meski itu tidak sesuai kehendak Allah. Hal ini
wajar karena sebagai manusia, kita memiliki kelemahan. Kita mudah tergoda oleh
iblis, seperti yang dialami Petrus, untuk melawan kehendak Allah. Karena itu,
melalui sabda-Nya ini, Tuhan mengingatkan kita akan kelemahan itu dan mengajak
kita untuk terus berjuang mengatasi kelemahan itu. Dengan mengatasi kelemahan
diri, kita dapat hidup sesuai dengan kehendak Allah.
by: adrian