Senin, 20 Januari 2020

DALAM ISLAM DI SORGA ADA JUGA IBLIS


Sorga adalah sebuah istilah yang dipakai dalam dunia keagamaan. Semua agama mempunyai istilah tentang sorga. Umumnya agama-agama melihat sorga sebagai suatu tempat di alam akhirat yang dipercayakan untuk umat yang semasa hidupnya di dunia berbuat kebaikan sesuai ajaran agamanya. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa sorga merupakan imbalan atau pahala atas amal baik yang telah dilakukan manusia selama hidupnya di dunia.
Lawan dari sorga adalah neraka. Secara sederhana bisa dikatakan bahwa neraka adalah tempat siksaan kekal bagi mereka yang melakukan kejahatan atau selama hidupnya tidak mengikuti ajaran dan perintah Tuhan. Akan tetapi, bagi orang islam, neraka adalah tempat bagi orang-orang kafir (QS Ar-Ra’d: 35, QS Al-Baqrah: 24); sementara orang kafir itu adalah orang yang tidak menganut iman atau agama islam. (Untuk mengetahui konsep kafir ini, silahkan baca: Memahami Kata ‘Kafir’dalam Islam)
Dalam islam, sorga sering dijelaskan dalam berbagai surah di Al Quran sebagai tempat keabadian berupa jannah. Sorga ini disediakan bagi orang-orang yang takwa (QS Ar-Ra’d: 35, QS Muhammad: 15, QS Al-Qasas: 83, QS Al-Hijr: 48, QS Ad-Dukhaan: 55). Sekalipun sudah menyatakan bahwa tempat bagi orang kafir adalah neraka, tidak lantas berarti semua orang islam otomatis masuk sorga (QS Al-Baqarah: 214, QS Al-Imran: 142, QS Al-Ankabut: 2 – 3).
Akan tetapi, ada sedikit yang aneh tentang sorganya orang islam. Bahwa ternyata setan dan iblis ada di sorga. Hal ini dapat dibaca dalam Al Quran surah Al-Araf: 12 – 13 dan ayat 20. Pada ayat 12 – 13 tertulis, “(Allah) berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?’ (Iblis) menjawab, ‘Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.’ (Allah) berfirman, ‘Maka turunlah kamu darinya (sorga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina.’”

EFEK KDRT BAGI TINGKAT KECERDASAN ANAK


Anak yang dilahirkan dari ibu korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) atau di 6 tahun pertama kehidupannya beresiko memiliki IQ lebih rendah pada usia 8 tahun. Demikian satu kesimpulan dari riset yang dilakukan para ahli epidemiologi Universitas Manchester. Dalam studi tersebut, 13 persen anak-anak yang ibunya tidak mengalami KDRT memiliki IQ di bawah 90 pada usia 8 tahun. Jika ibu mereka mengalami kekerasan fisik dari pasangan mereka, baik selama kehamilan atau 6 tahun pertama kehidupan anak, angkanya naik menjadi 22,8 persen.
Tim yang dipimpin oleh Kathryn Abel dari The University of Manchester menunjukkan kemungkinan IQ rendah naik menjadi 34,6 persen jika sang ibu berulang kali terkena KDRT. Itu berarti anak-anak dengan ibu yang berulang kali mengalami KDRT selama kehamilan dan 6 tahun pertama kehidupan anak mereka hampir tiga kali lebih mungkin memiliki IQ rendah pada usia 8 tahun, demikian temuan para peneliti.
IQ rendah didefinisikan sebagai skor IQ kurang dari 90, dimana IQ normal dianggap 100. Kecerdasan anak-anak diukur pada 8 tahun menggunakan tes IQ standar Weschler.
Studi ini meneliti hubungan antara KDRT – juga disebut Intimate Partner Violence (IPV) – dan kecerdasan anak pada usia 8 tahun, menggunakan 3.997 pasangan ibu anak dari University of Briston, Avon Longitudinal Study of Parents and Children (ALSPAC). Studi ini, yang didanani  oleh Wellcome Trust dan Medical Research Council, diterbitkan dalam Wellcome Open Research. ALSPAC mengikuti anak-anak sejak kehamilan, dan mengukur KDRT emosional dan fisik – juga dikenal sebagai kekerasan intim – dari kehamilan hingga usia 8 tahun.

PENGANTAR PERJANJIAN LAMA


Perjanjian Lama (PL) terdiri dari 46 buku dan merupakan bagian pertama dari dua bagian Kitab Suci, yang mempunyai paling banyak kitab. Perjanjian Lama mengisahkan bagaimana bangsa Israel disiapkan tahap demi tahap untuk menerima perjanjian yang definitif dan abadi yang akan dilakukan Allah dengan manusia dalam diri Yesus Kristus.
Sebelum berbentuk sebuah buku, PL merupakan suatu penggalaman manusiawi dan rohani, pengalaman akan Allah yang memanggil umat yang dipilih-Nya, dan membuat perjanjian dengan mereka. Umat terpilih ini menjadi saksi akan janji Allah di tengah bangsa-bangsa. Perjalanan Allah dengan bangsa Israel akan berlangsung selama berabad-abad. Dalam petualangan yang panjang ini orang-orang disemangati oleh Roh Allah akan mengungkapkan iman mereka dan menuliskan pengalaman unik akan Allah yang menyatakan Diri-Nya kepada manusia.
Barangsiapa membolak-balikan Kitab Suci, PL akan tampak sebagai deretan cerita yang kadang-kadang terulang, atau mengikuti suatu urutan yang kurang lebih ada pertalian,  yang sering mengagumkan dan kadang-kadang memalukan kita. Di antara tulisan-tulisan ini, ada yang bersifat mitos daripada kisah nyata, banyak hal disisipkan: wejangan-wajangan, peraturan-peraturan tentang moral, liturgi, kehidupan sosial, teguran-teguran keras, perkataan-perkataan yang penuh harapan atau suatu seruan kemesraan. Oleh karena itu, PL adalah salah satu teks yang paling bagus di antara sastra-sastra universal. Allah hadir dimana-mana, seolah-olah Ia disebut pada setiap halaman: sesungguhnya PL mengisahkan bagaimana Allah mempersiapkan manusa, dan khususnya bangsa Israel, untuk mengenal dan menyambut, dalam diri Yesus, Dia yang mengadakan Perjanjian dengan manusia, suatu Perjanjian yang tak terselami dan mengagumkan.