Selasa, 17 Februari 2015

(Pencerahan) Mendengarkan Kata Hati

BAHASA MATAHARI
Seringkali aku tak mampu menangkap isyaratmu 
Lewat cuaca, matahari, ombak di laut sering 
Membisikkan yang bakal terjadi.

Kadangkala aku memilih berdusta 
Mengkhianati suara hati.
Sesungguhnya kejujuran 
Dapat menangkal semua malapetaka.

Mari kita mencoba bersahabat dengan alam, bumi, 
langit dan matahari.
Bahasa mereka kita pelajari,
Tentunya dengan kalimat jiwa yang rahasia

Tuhan menghendaki kita pelihara bumi beserta s'luruh isinya
Untuk itu kita harus memahami bahasa matahari.

Sesungguhnya aku tak mampu menjawab
ketika anakku bertanya,"Kemanakah angin berhembus,
seberapa banyakkah tempat berteduh?"

by: Ebiet G Ade
Baca juga:
1.      Bila Punya Hati

Orang Kudus 17 Februari: St. Silvinus

SANTO SILVINUS, PENGAKU IMAN
Silvinus dikenal sebagai seorang pegawai tinggi istana kerajaan. Ia berziarah ke Roma dan Yerusalem. Sekembalinya di Perancis, ia menjadi Uskup Misionaris yang giat sekali, hidup bermatiraga dan mengumpulkan uang untuk membebaskan budak belian. Ia meninggal dunia pada tahun 717.

Sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 17 Februari:

Renungan Hari Selasa Biasa VI - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa VI, Thn B/I
Bac I    Kej 6: 5 – 8, 7: 1 – 5, 10; Injil          Mrk 8: 14 – 21;

Hari ini bacaan pertama diambil dari Kitab Kejadian, yang menampilkan kisah Nuh. Di saat manusia lain hidup tidak sesuai dengan kehendak Allah, Nuh lain dari yang lain. Nuh mendapat kasih karunia di mata Allah. Maka, ketika Allah merancang malapetaka bagi ciptaan lain, Allah juga merancang keselamatan bagi Nuh dan keluarganya. Kepada Nuh, Allah memberi perintah yang harus diikuti. Perintah-Nya sangat jelas, sehingga Nuh dengan mudah mengikutinya. Di sini mau dikatakan bahwa mengikuti perintah Allah akan mendatangkan keselamatan.

Jika Nuh segera menangkap maksud Allah, berbeda dengan para rasul dalam Injil. Ketika Tuhan Yesus menasehati mereka untuk berjaga-jaga terhadap ragi orang Farisi dan Herodes, mereka menangkap bahwa Tuhan Yesus menegur mereka karena mereka tidak membawa roti. Padahal mereka baru saja mengalami peristiwa mukjizat pergandaan roti. Namun pengalaman itu seakan tidak membekas sehingga dengan mudah mereka lupa. Akibatnya, teguran lain diartikan lain lagi.

Dalam kehidupan kita sering bertindak seperti para rasul. Kita suka memahami maksud atau perintah Tuhan sesuai keinginan kita. Sebagai contoh, soal perkawinan, sudah jelas bahwa Tuhan menghendaki monogami. Namun masih ada orang yang membuat pemahaman lain bahwa masih terbuka peluang untuk selingkuh atau punya simpanan, karena yang penting tetap dengan satu istri yang sah. Hal yang sama juga terjadi dengan kaum selibat. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengikuti perintah Tuhan sesuai kehendaknya. Kita semestinya menyingkirkan keinginan-keinginan pribadi yang mengatasnamakan perintah Allah.

by: adrian

Renungan Hari Selasa Biasa VI - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa VI, Thn B/I
Bac I    Kej 6: 5 – 8, 7: 1 – 5, 10; Injil          Mrk 8: 14 – 21;

Hari ini bacaan pertama diambil dari Kitab Kejadian, yang menampilkan kisah Nuh. Di saat manusia lain hidup tidak sesuai dengan kehendak Allah, Nuh lain dari yang lain. Nuh mendapat kasih karunia di mata Allah. Maka, ketika Allah merancang malapetaka bagi ciptaan lain, Allah juga merancang keselamatan bagi Nuh dan keluarganya. Kepada Nuh, Allah memberi perintah yang harus diikuti. Perintah-Nya sangat jelas, sehingga Nuh dengan mudah mengikutinya. Di sini mau dikatakan bahwa mengikuti perintah Allah akan mendatangkan keselamatan.

Jika Nuh segera menangkap maksud Allah, berbeda dengan para rasul dalam Injil. Ketika Tuhan Yesus menasehati mereka untuk berjaga-jaga terhadap ragi orang Farisi dan Herodes, mereka menangkap bahwa Tuhan Yesus menegur mereka karena mereka tidak membawa roti. Padahal mereka baru saja mengalami peristiwa mukjizat pergandaan roti. Namun pengalaman itu seakan tidak membekas sehingga dengan mudah mereka lupa. Akibatnya, teguran lain diartikan lain lagi.

Dalam kehidupan kita sering bertindak seperti para rasul. Kita suka memahami maksud atau perintah Tuhan sesuai keinginan kita. Sebagai contoh, soal perkawinan, sudah jelas bahwa Tuhan menghendaki monogami. Namun masih ada orang yang membuat pemahaman lain bahwa masih terbuka peluang untuk selingkuh atau punya simpanan, karena yang penting tetap dengan satu istri yang sah. Hal yang sama juga terjadi dengan kaum selibat. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengikuti perintah Tuhan sesuai kehendaknya. Kita semestinya menyingkirkan keinginan-keinginan pribadi yang mengatasnamakan perintah Allah.

by: adrian