Renungan Hari Jumat
Biasa XV, Thn A/II
Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Yesaya, mengisahkan
tentang Raja Hizkia. Dikatakan bahwa awalnya Tuhan, melalui mulut Nabi Yesaya,
meramalkan kematian Hizkia yang tak lama lagi. Akan tetapi, Hizkia berkeluh
kesah dalam doanya dan Tuhan mendengarkan dia sehingga Tuhan “mencabut” kembali
pernyataan awalnya. Hizkia tidak jadi mati dalam waktu dekat, tetapi Tuhan
menambah umurnya lima belas tahun lagi. Malahan Tuhan akan membebaskan
kerajaannya dari kuasa Asyur. Di sini terlihat bahwa ada semacam ketidakkonsistenan
Tuhan pada ucapan-Nya. Awalnya mau mencabut nyawa Hizkia, namun akhirnya batal
setelah Hizkia berkeluh kesah. Tampak jelas kalau Tuhan lebih mengutamakan
belas kasihan.
Mengutamakan belas kasihan juga menjadi tekanan Tuhan Yesus
dalam Injil hari ini. Dikisahkan bahwa Yesus ditegur oleh kaum Farisi karena
para murid-Nya melakukan sesuatu yang dilarang Kitab Taurat. Menjawab teguran
itu, Tuhan Yesus juga menggunakan Kitab Taurat. “Atau tidakkah kamu baca dalam
Kitab Taurat, bahwa pada hari-hari sabat, imam-imam melanggar hukum sabat di
dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?” (ay. 5), demikian jawab Tuhan Yesus.
Seperti dalam bacaan pertama, Tuhan Yesus lantas menegaskan bahwa Allah
menghendaki belas kasihan, bukannya persembahan (ay. 7).
Menarik bila memperhatikan cara Yesus melawan argumen
orang-orang Farisi yang menyerang Dia. Yesus justru menggunakan juga “senjata”
yang dipakai kaum Farisi itu. Ini merupakan contoh yang bagus untuk diterapkan
dalam kehidupan kita. Lewat “perdebatan” itu, atau di balik
ketidak-konsistenan, terlihat nilai yang hendak diperjuangkan, yaitu
kemanusiaan. Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan pada kita bahwa nilai
kehidupan jauh melampaui nilai aturan belaka. Hal inilah yang dikehendaki Tuhan
dalam hidup kita, yaitu agar kita lebih mengutamakan nilai-nilai kehidupan atau
kemanusiaan daripada rubrik atau aturan saja.
by: adrian