Keberadaan dan Kebenaran
Api Penyucian
Wawancara dengan Maria Sima
Api penyucian merupakan bagian dari ajaran iman Katolik. Selama ini
orang hanya mengetahui perihal api penyucian berdasarkan teori-teori para ahli
teologi. Karena itu uraian mereka bersifat abstrak, maka tak heran ada banyak
umat Katolik (juga umat lainnya) yang jatuh ke dalam kebingungan.
Di sini akan diuraikan tentang api penyucian berdasarkan pengalaman
pribadi. Uraiannya bersifat apa adanya, bukan bersifat teologis apalagi filosofis,
karena kebetulan juga yang mengalami ini bukanlah seorang teolog. Karena itu,
siapa saja bisa memahaminya. Wawancara ini dikutip dari www.imankatolik.or.id. Pewawancara disingkat PW, sedangkan Maria Sima disingkat MS.
PW: Maria Simma, dapatkah anda menceritakan
bagaimana anda dikunjungi oleh suatu jiwa dari Api Penyucian untuk pertama
kalinya?
MS: Hal itu terjadi pada tahun
1940. Suatu malam, sekitar jam 3 atau 4 pagi, aku mendengar ada seseorang
mendatangi kamar tidurku. Hal ini membuatku terbangun, kulihat ada seseorang
sedang berjalan di kamar tidurku itu bolak-balik seperti kebingungan.
PW: Takutkah anda?
MS: Aku tidak takut, bahkan
ketika aku masih kecil ibuku berkata bahwa aku ini anak istimewa, karena aku
tidak pernah merasa takut. Malam itu .... Aku melihat ada orang yang aneh. Dia
berjalan maju mundur pelan-pelan. Aku bertanya padanya: "Bagaimana kamu
bisa masuk ke sini? Pergi!". Namun dia terus berjalan dengan rasa tidak
sabar, seolah-olah dia tidak dengar suara aku. Maka aku bertanya lagi "Apa
yang akan kau lakukan., " Dia masih tidak menjawab, aku turun dari tempat
tidurku dan berusaha memegangnya, namun aku hanya memegang udara kosong saja.
Aku beranjak tidur lagi, namun lagi-lagi kudengar langkah orang itu bergerak
kesana kemari. Aku heran bagaimana aku bisa melihat pria itu namun aku tak bisa
memegangnya. Aku bangun lagi untuk memegangnya dan menghentikannya. Namun aku
hanya memegang ruangan kosong. Dengan diliputi rasa heran, aku kembali ke tempat
tidur. Dia tidak datang lagi, namun sejak itu aku tak dapat tidur lagi. Hari
berikutnya, setelah Misa Kudus, aku menemui penasihat rohaniku dan menceritakan
kepadanya semua yang kualami. Dia mengatakan kepadaku jika hal itu terjadi
lagi, aku tidak boleh bertanya "Siapakah kamu?", melainkan harus
bertanya; "Apa yang kau inginkan dariku?" Malam berikutnya pria itu
kembali lagi, orang yang sama. Aku bertanya .. "Apakah yang kau inginkan
dariku". Dia memohonku untuk melakukan upacara Misa Kudus 3X untuknya, maka
dia dapat bebas dari Api Penyucian. Baru aku tahu, bahwa dia adalah jiwa dari
Api Penyucian. Penasihat rohaniku juga membenarkan hal ini, Dia juga menasihati
aku agar tidak melupakan jiwa-jiwa yang malang itu, agar aku mau menerima saja
permintaan mereka dengan sukarela.
PW: Setelah itu, adakah yang datang lagi?
MS: Ya ada, untuk beberapa
waktu, hanya ada 3 atau 4 jiwa saja pada bulan November. Setelah-itu ada lebih
banyak lagi.
PW: Apa yang diminta jiwa-jiwa itu dari anda?
MS: Sebagian besar mereka
meminta lebih banyak Misa Kudus dilaksanakan dan Jiwa-jiwa itu akan hadir di
dalam Misa Kudus itu, Doa Rosario serta Jalan Salib.
PW: Dari sini pertanyaan yang utama muncul: Apa Api Penyucian itu?
MS: Aku mengatakan bahwa itu
adalah sebuah Misteri Allah yang mengagumkan. Biarlah kuberi anda sebuah
gambaran yang merupakan pengalaman dari diriku sendiri.
Andaikan suatu saat
ada sebuah pintu terbuka, dan nampak suatu makhluk indah sekali, amat indah,
dengan sebuah kecantikan yang belum pernah ada di dunia ini. Anda akan
tertegun, oleh makhluk cahaya ini serta keindahan ini. Kemudian makhluk ini
mengatakan bahwa dia sangat mengasihi anda, anda tak pernah bermimpi untuk
dikasihi seperti itu hingga begitu besarnya! Anda merasakan bahwa dia ingin menarik
anda kepadanya, untuk bersatu dengan anda dan api kasih yang berkobar dalam
hati anda mendorong untuk merebahkan diri anda ke dalam pelukan tangan makhluk
itu. Tetapi ternyata anda menyadari bahwa saat itu anda masih belum mandi,
sehingga badan anda bau, hidung beringus, rambut acak-acakan dan kusut, nampak
debu kotoran dipakaian anda dsb. Maka anda akan malu sendiri dengan keadaan
seperti itu, pertama-tama anda pergi untuk mandi supaya bersih, langsung
kembali. Dan kasih yang telah bersemi di hati anda begitu kuatnya berkobar,
bergelora hingga penundaan anda untuk mandi itu seolah beban siksaan dan rasa
sakit karena tidak ada sesuatu, meskipun hal itu hanya berlangsung beberapa
menit saja, itu merupakan sebuah luka yang sakit di hati anda, sebanding dengan
intensitas dari pernyataan kasih anda, maka itulah yang disebut luka kasih. Api Penyucian adalah sebuah penundaan yang disebabkan
oleh ketidak-murnian (dosa) anda, sebuah penundaan dari pelukan Allah, sebuah
luka kasih yang menimbulkan penderitaan, sebuah penantian, sebuah nostalgia
kasih. Sesungguhnva rasa terbakar dan kerinduan inilah yang mencuci kita jika
masih kotor dalam dosa. Api penyucian tempat kerinduan, terhadap kasih Allah,
kerinduan akan Allah yang telah kita kenaI, karena kita telah melihatkan Dia,
namun belum dapat kita bersatu dengan-Nya.
PW: Apakah jiwa-jiwa di Api Penyucian memiliki
kebahagiaan dlan harapan di tengah penderitaan mereka?
Ya, tak ada
jiwa-jiwa dari Api Penyucian yang ingin kembali ke dunia ini, mereka memiliki
pengetahuan yang lebih tinggi dari kita. Mereka hanya tidak bisa memutuskan
kembali ke dalam kegelapan dunia. Di sini kita melihat perbedaan penderitaan di
Api Penyucian dan di bumi. Di Api Penyucian, meskipun rasa sakit yang dialami
suatu jiwa amat mengerikan, tapi masih ada kepastian untuk hidup selamanya
bersama Allah. Ini adalah sebuah kepastian yang tak tergoyahkan. Kebahagiaamya
lebih besar dari pada sakitnya. Tak ada di dunia ini yang bisa membuat mereka
ingin kembali tinggal di sini, di mana orang tak pernah merasakan kepastian
dalam segala hal
PW: Bisakah anda ceritakan, apakah Allah yang
mengirimkan suatu jiwa ke Api Penyucian, ataukah jiwa itu sendiri yang
memutuskan untuk pergi ke sana?
MS: Jiwa itu sendiri yang
menginginkan pergi ke Api Penyucian agar dirinya menjadi suci dan murni sebelum
dia ke Surga.
Jiwa-jiwa di Api
Penyucian benar-benar taat dengan kehendak Allah, mereka senang dengan
kebaikan, mereka merindukan kebaikan kita dan mereka mengasihi Allah dan mereka
mengasihi kita juga. Mereka dipersatukan dengan Roh Allah, terang, dan
kemuliaan Allah.
PW: Pada saat kematian, adakah orang bisa
melihat Allah dengan sepenuhnya, atau secara samar-samar saja?
MS: Secara samar-samar, namun
semuanya sama, dalam suatu tingkatan kecerahan tertentu di mana hal ini sudah
cukup untuk menimbulkan kerinduan yang besar dalam dirinya. Sesungguhnya hal
itu adalah terang yang begitu kemilau jika dibandingkan dengan kegelapan yang
ada di dunia ini!
PW: Bisakah anda menceritakan apa peranan dari
Bunda Maria terhadap jiwa-jiwa di Api Penyucian?
MS: Dia sering datang kesana
untuk menghibur mereka dan berkata bahwa mereka telah banyak melakukan
kebaikan. Dia menyemangati mereka.
PW: Apakah ada hari-hari tertentu dimana Bunda Maria
mengentaskan mereka?
MS: Lebih dari yang lain, adalah
pada hari Natal, hari Para Kudus, Jumat Agung, Pesta Kenaikannya ke Surga,
serta Kenaikan Yesus.
PW: Mengapa harus pergi masuk Api Penyucian? Dosa-dosa apakah yang paling
banyak menyebabkan orang masuk Api Penyucian ?
MS: Dosa-dosa melawan kemurahan
hati, kasih disekitarnya, hati yang keras, kekejaman, memfitnah dan mengumpat,
iri hati, dendam dan serakah dll. Ya, semua itulah.
Perkataan mengumpat
serta memfitnah adalah yang paling jelek dari tindakan ternoda yang membutuhkan
pemurnian yang panjang.
Maria Simma memberi contoh yang
sangat menyentuh dirinya.
Suatu saat dia
dimintai tolong mencarikan apakah ada seorang wanita dan pria tersebut berada
di Api Penyucian. Dan sangat mengejutkan mereka yang bertanya, ternyata wanita
itu telah berada di Surga sedangkan si pria itu berada di Api Penyucian.
Padahal kenyataannya wanita ini telah mati ketika dia melakukan tindakan aborsi
sementara si pria sering pergi ke Gereja serta menjalani kehidupan yang baik
dan berdevosi.
Maria mencari
informasi lebih jauh lagi dan mengira bahwa yang dilihatnya itu salah. Ternyata
tidak, dia memang benar. Kedua orang itu mati pada saat yang sama, namun wanita
itu mengalami pertobatan yang benar-benar dan dia sangat rendah hati, sementara
si pria sering mengkritik orang lain. Dia selalu mengeluh dan berbicara hal-hal
yang jelek tentang orang lain. Inilah sebabnya Api Penyucian bagi dia begitu
lama. Maria Sima menyimpulkan "Kita tak boleh menghakimi penampilan
seseorang". Dosa lain yang melawan kemurahan hati adalah penolakan kita
terhadap beberapa orang tertentu yang tidak kita sukai, penolakan kita untuk
berdamai, penolakan kita untuk mengampuni serta segala sikap kebencian dalam
diri kita. Maria Simma juga menggambarkan hal ini dengan contoh lain yang
memberi bayangan bagi pikiran kita. Adalah sebuah kisah tentang seorang wanita
yang dia kenai baik. Wanita ini meninggal dan masuk ke Api Penyucian, di tempat
yang paling mengerikan dari Api Penyucian, dengan penderitaan yang paling
mengerikan pula disitu.
Ketika ia datang
kepada Maria Simma, dia menjelaskan memiliki seorang teman sesama wanita dan di
antara keduanya terjadi permusuhan yang besar, yang sebenarnya dimulai oleh dia
sendiri. Dia mempertahankan permusuhan itu selama bertahun-tahun, meskipun
sahabatnya telah berkali-kali minta berdamai dengannya, minta rekonsiliasi.
Namun setiap kali dia menolaknva. Ketika dia sedang sakit berat, dia tetap saja
menutup pintu hatinya, menolak untuk berdamai yang ditawarkan oleh sahabatnya
itu, hingga saat kematiannya tiba. Aku percaya bahwa contoh ini memiliki arti
yang penting yang berkaitan dengan rasa dendam yang dipertahankan. Dan dengan
perkataan kitapun bisa juga semakin merusak: kita tak pernah menekankan dengan
cukup betapa kritik atau perkataan pahit bisa membunuh orang dan juga
sebaliknya, betapa sebuah kata juga bisa menyembuhkan.
PW: Siapakah orang yang berpeluang besar memasuki
Surga?
MS: Mereka yang memiliki hati
yang baik kepada setiap orang. Kasih mengatasi banyak dosa.
PW: Sarana apakah yang kita gunakan di dunia ini
untuk menghindari Api Penyucian langsung masuk ke Surga?
Kita harus berbuat
banyak bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian. Karena mereka nanti akan menolong kita.
Kita harus rendah hati, karena ini adalah senjata kuat untuk melawan kejahatan,
melawan setan. Kerendahan hati mengusir pergi setan. Aku tak bisa menahan untuk
tidak bercerita kepada anda tentang sebuah kesaksian yang bagus dari Pastor
Berlioux (yang menulis buku tentang jiwa-jiwa di Api Penyucian), tentang
pertolongan yang ditawarkan oleh jiwa-jiwa ini kepada mereka yang telah
menolong mereka dengan doa-doa dan kurban. Dia bercerita tentang seorang yang
secara khusus berbakti bagi jiwa-jiwa malang di Api Penyucian dan dia
persembahkan hidupnya untuk menolong mereka.
"Pada saat
kematiannya, dia diserang dengan ganas sekali oleh setan yang melihat dia akan
lolos dari cengkeramannya."
Nampaknya bahwa
seluruh penghuni lembah Api Penyucian bersatu untuk melawan dia, melindunginya
dari serangan-serangan yang mematikan". "Wanita yang sedang sekarat
itu berjuang dengan penuh sengsara untuk beberapa saat, ketika tiba-tiba dia
melihat ada kerumunan orang-orang tak dikenal memasuki apartemennya dimana
orang-orang tadi dalam keadaan keindahan yang berkemilauan, yang membuat setan
berlarian menjauh dan orang-orang itu mendekati tempat tidurnya, berbicara
kepadanya untuk memberinya penghiburan dan dorongan semangat yang sangat
menyenangkan. Dengan napas terakhir, dan sukacita yang besar, dia bertanya:
Siapakah engkau? Kenapa engkau mau berbuat baik terhadapku? Tamu-tamu yang
bijaksana itu menjawab: Kami adalah para penghuni Surga berkat pertolonganmu
telah membawa kami kepada Kesucian. Kami datang untuk berterima kasih, dan
menolongmu untuk melewati batas keabadian dan menyelamatkan engkau dari tempat
yang menyedihkan ini, membawamu kebahagiaan di Kota Suci.
Mendengar ucapan itu
sebuah senyuman menyungging di wajah wanita yang sekarat itu. Matanya tertutup
dan dia tertidur di dalam damai Allah. Jiwanya, dalam keadaan murni bagaikan
merpati, dihadirkan di hadapan Allah dari segala allah, menjumpai banyak para
pembela dan pendukungnya sebanyak jiwa-jiwa yang telah ditolongnya sebelumnya,
dan dia layak menerima kemuliaan, dia memasuki kemenangan, diiringi sambutan
serta berkat dari mereka yang telah dia selamatkan dari Api Penyucian. Semoga
kita, suatu hari nanti, memiiiki kebahagiaan yang sama.
Jiwa-jiwa yang telah
diselamatkan oleh doa-doa kita sangatlah berterima kasih: mereka akan menolong
di kehidupan kita yang akan datang. Hal itu sangat terasa sekali. Maka dengan
sungguh-sungguh kuanjurkan agar anda dapat rasakan sendiri hal ini. Mereka
benar-benar membantu kita. Mereka tahu kebutuhan kita dan memberikan banyak
rahmat dan berkah bagi kita.
PW: Aku merenungkan kisah tentang "pencuri yang baik" yang di
samping Yesus ketika disalib. Aku ingin tahu apa yang dia lakukan bagi Yesus,
hingga Yesus menjanjikan pada hari itu dan selanjutnya dia akan bersama Yesus
berada dalam Kerajaan Allah?
MS: Dia rendah hati menerima
penderitaannya dan mengakui kesalahannya dan mengatakan hal itu tidak adil. Dia
menganjurkan pencuri yang lain untuk menerima Yesus sebagai juru selamat. Dia
merasa segan dan takut akan Allah, berarti bahwa dia melaksanakan tindakan
kerendahan hati yang tulus dari hatinya.
Contoh lain yang cukup baik dari
Maria Simma menunjukkan betapa sebuah perbuatan baik dapat mengampuni dosa-dosa
yang dilakukan seumur hidup.
Marilah kita dengar cerita dari
Maria Simma.
Maria Simma kenal
seorang pria muda berusia 20-an tahun dari desa sebelah. Desa orang muda ini
dilanda runtuhan salju yang amat hebat dan membunuh sejumlah besar orang.
Suatu malam, pria muda ini berada di rumah orang tuanya ketika dia mendengar
runtuhan salju di samping rumahnya.
Dia mendengar
jeritan-jeritan yang keras, jeritan yang menyayat hati. Tolonglah kami. Kami
terjebak di bawah timbunan salju! Dengan segera dia melompat dari tempat
tidurnya dan berlari menuruni anak tangga untuk menolong orang-orang itu.
Tetapi ibunya yang
juga mendengar jeritan itu mencegah dia. Ibunya menghalangi di depan pintu
sambil berkata: "Tidak, biarlah orang lain saja yang pergi menolong
mereka, jangan kita! Terlalu berbahaya di luar sana, aku tidak ingin ada yang
mati lagi!"
Tetapi pria itu,
karena tersentuh dan kasihan oleh jeritan tadi, ingin untuk pergi menolong
orang-orang itu. Dia mendorong ibunya ke samping dan berkata: "lbu biarkan
aku pergi menolongnya, aku tak tega membiarkan mereka mati seperti itu! Dia
bermaksud mau menolong, tapi di tengah jalan, dia sendiri tertimpa oleh runtuhan
salju itu hingga mati.
Tiga hari setelah kematiannya, pria itu datang menemui aku pada malam hari, dan
berkata: "Mohon lakukanlah tiga kali Misa Kudus untukku. Jikalau engkau
melakukannya, aku dapat dilepaskan dari Api Penyucian".
Maria Simma lalu pergi
memberitahu keluarganya dan sahabat-sahabatnya, dan mereka heran demi
mengetahui bahwa hanya dengan tiga kali Misa Kudus dia bisa dibawa keluar dari
Api Penyucian.
Sahabat-sahabatnya
berkata kepadaku: “Oh aku tidak akan mau menjadi seperti dia pada saat kematian
itu, jika saja kamu mengetahui segala perbuatan buruknya". Tetapi orang
muda ini menjelaskan kepadaku: engkau tahu, aku telah melakukan sebuah tindakan
kasih yang tulus dengan merelakan nyawaku bagi orang-orang itu. Terima kasih
karena Allah telah menyambutku begitu cepatnya ke dalam Surga.
Ya, ketulusan hati
mengatasi banyak dosa .....
Dengan kasih ini,
menunjukkan kepada kita bahwa ketulusan hati atau tindakan kasih yang diberikan
secara cuma-cuma, telah cukup untuk memurnikan orang muda ini dari sebuah
kehidupan yang jelek. Dan Allah telah memberikan sebuah kesempatan untuk
berbuat kasih yang istimewa ini. Maria Simma menambahkan bahwa pria muda ini
mungkin tak akan memiliki kesempatan lain untuk mempersembahkan tindakan kasih
sebesar ini dan mungkin dia akan menjadi jelek.
Allah di dalam
kerahiman-Nya, membawa dia kepada saat tertentu dimana dia hadir di hadapan
Allah dalam keadaannya yang paling indah, paling murni, karena karya kasih ini.
Adalah sangat penting agar kapan dan dimana saja disaat tertentu kita dapat
menolong orang yang sedang mendapat musibah atau disaat kematian kita untuk
mengabaikan diri sendiri demi kehendak Allah.
Maria Simma juga menceritakan
kepadaku tentang seorang ibu dengan empat orang anak yang telah meninggal.
Bukannya dia
menghujat atau menyalahkan tapi wanita ini berdoa pada Allah: aku menerima
kematian, sepanjang hal itu sudah menjadi kehendak-Mu dan aku serahkan hidupku
di dalam tangan-Mu. Aku rnempercayakan anak-anakku kepada-Mu dan aku tahu bahwa
Engkau akan memelihara mereka. Maria Simma berkata bahwa karena kepercayaannya
(imannya) yang besar kepada Allah, ibu ini langsung menuju ke Surga, dan
terhindar dari Api Penyucian.
Maka sesungguhnya bahwa: kasih, ketulusan dan penyangkalan diri demi Allah,
adalah merupakan tiga kunci untuk langsung menuju ke Surga.
PW: Bisakah anda ceritakan kepada kami, cara
yang paling efektif Untuk menolong melepaskan jiwa-jiwa dari Api Perryucian?
MS: Cara yang paling baik adalah
Misa Kudus.
PW: Mengapa Misa Kudus?
MS: Karena disitu, Kristus
sendirilah yang menyerahkan diri-Nya demi kasih bagi kita. Persembahan Kristus
kepada Allah itulah yang merupakan persembahan yang paling indah.
Imam adalah wakil Allah, tetapi Allah yang mempersembahkan dan mengurbankan diri-Nya
bagi kita. Efektifitas Misa Kudus selama hidupnya. Jika mereka mengikuti Misa
Kudus dan berdoa dengan segenap hatinya, dan mereka mengikuti Misa Kudus pada
hari-hari menurut waktu yang dimilikinya, maka mereka bisa menarik keuntungan
besar dari Misa Kudus yang diselenggarakan bagi mereka nanti. Di sini juga
berlaku bahwa seseorang akan memanen apa yang telah ditaburnya sendiri. Suatu
jiwa di Api Penyucian bisa melihat jelas pada hari penguburannya jika kita
benar-benar berdoa baginya atau jika kita menunjukkan bahwa diri kita hadir
disitu. Jiwa-jiwa malang itu mengatakan bahwa air mata tidaklah baik bagi
mereka, hanya doa saja yang baik.
Sering mereka
mengeluh bahwa orang-orang pergi kepada suatu upacara penguburan tanpa
mendaraskan satu doapun kepada Allah, tetapi dia justru menumpahkan banyak air
mata. Hal ini tidaklah berguna. Tentang Misa Kudus aku akan memberikan contoh
yang baik diberikan oleh Cure of Arts
kepada umat. Dia berkata pada mereka: ''Anak-anakku, ada seorang imam yang baik
dan merasa tidak senang kehilangan seorang sahabat yang dia cintai, maka dia
berdoa banyak sebagai korban bagi jiwa itu". Suatu hari malaikat
memberitahu kepadanya bahwa sahabatnya itu berada di Api Penyucian dan sangat
menderita.”
Imam yang baik itu
percaya bahwa dirinya bisa berbuat lebih besar lagi daripada sekedar
mempersembahkan kurban kudus di dalam Misa Kudus bagi sahabatnya yang terkasih
yang telah meninggal itu.
Pada saat
konsentrasi dia memegang Hosti diantara jari-jarinya sambil berkata: "Bapa
Abadi yang Suci, marilah kita saling bertukar milik Engkau memegang sahabatku
yang ada di Api Penyucian, dan aku memegang Tubuh Putera-Mu di tanganku. Ya
Bapa yang baik dan maha rahim, angkatlah sahabatku itu dan aku persembahkan
Putera-Mu kepada-Mu beserta segala jasa-jasa kematian dan penderitaan-Nya".
Permintaan ini
kemudian dijawab.
Dan sesungguhnya
pada saat dia mengangkat Hosti, dia melihat jiwa sahabatnya yang bercahaya
dengan mulia naik ke Surga. Ternyata Tuhan telah menerima permintaan itu.
"Anak-anakku, jika kita ingin mengangkat suatu jiwa yang kita kasihi di
Api Penyucian, marilah kita melakukan hal sama: marilah kita persembahkan
kepada Allah, melalui Kurban Kudus dari Putera Terkasih-Nya, dengan seluruh
jasa penderitaan dan kematian-Nya. Tuhan tak akan menolak permohonan
kita".
Ada cara lain yang
amat kuat untuk menolong jiwa-jiwa malang itu: persembahan dari penderitaan
kita, silih kita, seperti puasa, penyangkalan diri dan sebagainya dan tentu
saja penderitaan-penderitaan yang sifatnya tak dikehendaki, misalnya penyakit
atau berduka cita.
PW: Anda telah berkali-kali diminta untuk
menderita bagi jiwa-jiwa malang itu, untuk bisa membebaskan mereka. Bisakah anda ceritakan apa yang telah anda alami dan anda
lakukan selama saat-saat itu?
MS: Yang pertama, suatu jiwa
memintaku untuk menderita dalam tubuhku selama tiga jam bagi wanita itu. Lalu
sesudah itu aku bisa bekerja lagi seperti biasa. Aku berkata pada diriku:
"Jika hal itu hanya untuk tiga jam saja, aku mau melakukannya".
Selama tiga jam itu
aku merasakan seolah hal itu berlangsung selama tiga hari, dimana hal itu
sangat menyakitkan sekali. Namun pada akhirnya, aku melihat pada jamku, aku
sadar bahwa hal itu hanya berlangsung selama tiga jam saja.
Jiwa itu berkata
kepadaku bahwa dengan menerima penderitaan itu dengan rasa kasih selama tiga
jam, aku telah menyelamatkan dia dua puluh tahun masa tinggalnya di Api Penyucian.
PW: Mengapa hanya menderita selama tiga jam untuk
menebus 20 tahun di Api Penyucian? Apa penderitaanmu bisa berharga lebih besar
lagi?
MS: Hal itu karena penderitaan
di dunia ini tak mempunyai nilai yang sama (dengan penderitaan di Api
Penyucian). Di dunia, jika kita menderita, kita bisa bertumbuh di dalam kasih
kita, kita bisa memperoleh jasa-jasa, di mana hal ini tidak berlaku bagi penderitaan
di Api Penyucian. Di Api Penderitaan, kita memiliki segala rahmat, kita bebas
untuk memilih.
Semua ini sangat
menimbulkan semangat karena ia memberikan arti yang luar biasa bagi penderitaan
kita, penderitaan yang kemudian dipersembahkan, baik secara sadar ataupun
tidak, bahkan kurban yang terkecil sekalipun yang bisa kita lakukan,
penderitaan atau sakit, dukacita, kecewa. Jika kita menerimanya dengan tulus,
maka penderitaan-penderitaan itu memiliki kuasa yang tak kelihatan untuk
menolong jiwa-jiwa. Hal terbaik yang harus kita lakukan adalah menyatukan
penderitaan kita dengan penderitaan Yesus, dengan menaruhnya melalui tangan
Bunda Maria.
Bunda Maria tahu
baik bagaimana menggunakannya, karena sering kita sendiri tidak tahu
kebutuhan-kebutuhan yang terpenting di sekitar kita. Dan semua ini oleh Bunda
Maria akan dikembalikan kepada kita pada saat kematian kita. Kini anda tahu
bahwa penderitaan-penderitaan yang dipersembahkan ini akan menjadi harta kita
yang paling berharga di dunia sana. Kita harus saling mengingatkan orang lain
tentang hal ini dan saling mendorong orang lain ketika kita menderita.
Cara lain yang amat
efektif adalah stasi-stasi dari Jalan Salib, karena dengan merenungkan
penderitaan-penderitaan Tuhan Yesus, maka sedikit demi sedikit kita akan
menjadi benci terhadap dosa, dan merindukan penyelamatan bagi semua orang.
Dan kecenderungan ini membawa kesembuhan yang besar bagi jiwa-jiwa di
Api Penyucian. Jalan Salib juga mendorong kita kepada penyesalan: "kita
akan segera menyesal bila berbuat dosa". Hal ini yang sangat menolong
jiwa-jiwa di Api Penyucian adalah menyelaraskan doa rosario, 20 peristiwa, bagi
orang yang mati. Melalui rosario, banyak jiwa telah diangkat dari Api Penyucian
setiap tahun.
Doa itu harus dilaraskan disini sehingga Bunda Allah sendiri yang
datang ke Api Penyucian untuk mengangkatnya hal ini begitu indahnya, karena
jiwa-jiwa di Api Penyucian menyebut Bunda Maria sebagai "Bunda
Kerahiman"
Jiwa-jiwa
itu juga berkata kepada Maria Simma bahwa indulgensi memiliki nilai yang tak
terkirakan bagi penyelamatan mereka.
MS: Kejam
sekali jika kita tidak menggunakan kekayaan ini, yang dianjurkan oleh Gereja
demi kepentingan jiwa-jiwa itu. Tentang masalah indulgensi itu terlalu panjang
kalau harus diuraikan di sini namun aku bisa menunjukkan kepada anda akan
tulisan yang amat bagus yang dibuat oleh Paus Paulus VI pada 1968 tentang
masalah itu. Anda bisa menanyakan kepada pastor paroki anda tentang hal itu
atau carilah di toko-toko buku raohani. Kita bisa mengatakan bahwa cara-cara
utama untuk menolong jiwa-jiwa di Api Penyucian adalah dengan doa secara umum,
segala macam doa.