Senin, 09 Mei 2022

BUNDA MARIA SEBAGAI TELADAN IMAN

Dalam Gereja Katolik, bulan Mei selalu dipersembahkan kepada Bunda Maria. Karena itu, bulan Mei dikenal juga sebagai Bulan Maria. Salah satu harapan Bapa-bapa Gereja, dengan penetapan bulan Mei sebagai Bulan Maria, adalah agar umat semakin mendekatkan diri pada Bunda Maria. Umat diajak menimba berbagai teladan hidup Bunda Maria. Salah satunya adalah teladan iman.

Secara sederhana iman dapat dipahami sebagai sikap berserah diri kepada kehendak Allah. Apapun yang terjadi, semuanya sesuai dengan kehendak Allah. Dan inilah yang terlihat dalam diri Bunda Maria.

Bila diperhatikan kehidupan Bunda Maria, kita dapat melihat sikap imannya itu. Dari awal perkenalan akan rencana keselamatan (warta gembira) hingga akhir (wafat Sang Putera), Bunda Maria menunjukkan sikap iman itu. Pada waktu menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel, Bunda Maria sadar akan konsekuensi dari keputusannya. Akan tetapi semuanya diserahkan kepada Allah. “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu.”

Dalam tradisi Gereja, pernyataan Bunda Maria kepada Malaikat Gabriel kembali terulang ketika ia menerima jenasah Puteranya yang baru diturunkan dari salib. Dikatakan bahwa setelah menurunkan tubuh Yesus dari salib, Yusuf dari Arimatea meletakkan jenasah itu ke pangkuan Bunda Maria. Inilah yang melahirkan figur patung pieta. Setelah menerima jenasah puteranya, Bunda Maria berkata, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.”