Jumat, 07 Februari 2014

Mengunjungi Sungai Linggih (2011)







Kampung Selat Bingah






Kampung Kang






Kapel di Sungai Linggih setelah lebih dari 7 tahun tak dikunjungi





Bagian dalam kapel
Berfoto bersama setelah merayakan ekaristi






Banyak yang sudah rusak





 Jendelanya tembus tak berkaca





Ada terowongan di atas






 Kapel Sungai Linggih





Rumah umat (keluarga besar William)





Kebersamaan ekaristi dilanjutkan dengan makan bersama





Santai sejenak sebelum berjalan kaki ke Kampung Kang

Orang Kudus 7 Februari: St. Koleta

SANTA KOLETA, PERAWAN
Nama aslinya adalah Nikoleta. Namun ia lebih populer dengan nama Koleta. Koleta lahir pada tanggal 13 Januari 1381 dari sebuah keluarga Katolik yang saleh. Robertus, ayahnya adalah seorang tukang kayu yang taat agama. Demikian pula dengan ibunya Margaretha.

Koleta boleh dikatakan merupakan karunia istimewa dari Tuhan kepada kedua orang tuanya yang tidak putus-putusnya berdoa memohon kelahiran seorang anak. Puteri kesayangan ini diberi nama Nikoleta, sebagai penghormatan kepada santo Nikolaus dari Tolentino, perantara doa mereka. Dia dibesarkan dan dididik dalam adat kebiasaan Katolik yang berlaku pada masa itu.

Ketika menginjak usia muda sepeninggal orang tuanya, Koleta hendak dinikahkan dengan seorang pemuda baik-baik atas anjuran pastor parokinya. Tetapi dengan tegas Koleta menolak usul itu. Ia telah memilih Kristus sebagai mempelainya. Untuk mempertegas hubungan yang akrab dengan Kristus, Koleta masuk menjadi anggota Ordo ketiga Santo Fransiskus.

Empat tahun kemudian, Koleta mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia diminta oleh Santo Fransiskus untuk memulihkan kembali peraturan-peraturan dalam biara Suster-suster Klaris. Atas ijin Sri Paus di Roma, Koleta mulai menjalankan tugas berat ini. Meskipun banyak rintangan yang dihadapinya, namun dia berhasil menata kembali corak hidup membiara dengan disiplin yang baik di 17 buah biara, terutama di Belgia dan Perancis. Kiranya kesalehan hidupnya dan kebijaksanaannya menjadi landasan keberhasilannya.

Seperti Santo Fransiskus, Koleta pun sangat menyayangi anak-anak kecil dan binatang. Di kalangan pemerintah, ia memainkan peranan yang sangat besar karena ia berusaha menghentikan pertikaian antara raja-raja dan percekcokan di dalam keluarga-keluarga bangsawan. Koleta meninggal dunia di Gent, Belgia pada tanggal 6 Maret 1447.

Renungan Hari Jumat Biasa IV - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa IV, Thn A/II
Bac I   : Sir 47: 2 – 11; Injil           : Mrk 6: 14 – 29

Dalam bacaan pertama, Putra Sirakh mengisahkan kembali keluhuran Raja Daud. Dimulai dari kehidupan masa muda Daud yang akrab dengan binatang-binatang buas, mengalahkan raksasa Filistin hingga kerajaannya yang gemilang. Satu hal yang berkesan bagi penulis kitab ini adalah sikap Daud terhadap Allah. Dikatakan bahwa “Dalam segala tindakannya Daud menghormati Tuhan, ..... dan mengasihi Penciptanya.” (ay. 8). Inilah pesan Putra Sirakh untuk pembacanya.

Sikap Daud ini bertentangan dengan sikap Herodes dalam Injil hari ini. Markus menceritakan tentang peristiwa kematian Yohanes Pembaptis. Dikatakan bahwa Herodes tersinggung dengan teguran Yohanes. Sebenarnya Herodes sadar akan kesalahannya; dan teguran Yohanes itu benar. Namun demi menyenangkan hati isterinya, ia terpaksa memenjarakan Yohanes. Dan demi menyenangkan tamu-tamu juga, Herodes terpaksa memenggal kepala Yohanes.

Dalam kehidupan, setiap manusia pasti memiliki relasi, entah itu teman, rekan, pacar, kekasih atau sahabat. Terkadang relasi sosial yang erat ini membuat kita tak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat; atau mana yang benar dan mana yang salah. Demi pacar atau sahabat, yang salah bisa saja kita benarkan; yang buruk kita katakan baik. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengikuti teladan Raja Daud, sebagaimana yang diungkapkan Putra Sirakh. Dalam segala tindakannya dan dengan segenap hati, hendaknya kita menaruh hormat dan kasih kepada Tuhan. Kita jangan meniru apa yang telah dilakukan oleh Herodes.

by: adrian