Minggu, 04 Mei 2014

Doa utk Para Imam

DOA PERSEMBAHAN KEPADA HATI IBU (DOA UNTUK PARA IMAM)
Allah, Bapa Mahapengasih dan Penyayang.
Pandanglah wajah Kristus, Putera-Mu, Imam Agung Abadi, 
demi cinta kasih-Mu kepada-Nya, kami memohon, 
limpahkanlah belaskasih-Mu kepada para imam.
Ingatlah ya Bapa,
Para imam kami adalah manusia biasa dengan segala kekuatan 
dan kelemahannya.
Kobarkanlah selalu dalam diri mereka,
Rahmat panggilan yang telah Kaulimpahkan dan 
Kauresmikan dengan urapan Roh Kudus 
dan penumpangan tangan uskup sewaktu tahbisan.
Jagalah mereka agar selalu dekat dengan-Mu.
Mampu menjadi tanda dan sarana persabahatan 
maupun persaudaraan sejati dalam Gereja 
maupun dengan semua orang beriman dari agama manapun.
Jauhkanlah mereka dari segala sesuatu,
Yang mengasingkan mereka dari-Mu 
dan dari persekutuan umat-Mu

Yesus, Allah Putera, Imam Agung Abadi,
         Jadilah pengantara kami untuk berdoa,
Bagi para imam-Mu, yang setia dan gigih 
         dalam pelayanan di tengah umat-Mu,
Bagi para imam-Mu, yang hidup tegar maupun yang bergulat 
         dengan pelbagai godaan,
Bagi para imam-Mu, yang berkarya dengan penuh hiburan 
         maupun yang berkarya dalam kesepian,
Bagi para imam-Mu, yang melayani di tengah keramaian kota 
         maupun yang di pelosok-pelosok,
Bagi para imam-Mu, yang masih muda, yang tengah umur 
         maupun yang sudah lanjut usia,
Bagi para imam-Mu, yang sehat maupun yang sedang sakit, 
         bahkan yang menghadapi ajalnya,
Bagi para imam-Mu, dalam keadaan apapun juga.

Roh Kudus, Roh Penghibur, Roh Kebijaksanaan dan Roh Pengudus,
         Curahkanlah damai Paskah dan kasih Pentakosta 
         dalam para imam kami,
Terutama imam yang menghantar kami kepada sakramen baptis 
         untuk bersatu dalam Gereja-Mu,
Para imam yang mengajak kami senantiasa berbalik kepada-Mu 
         dan merayakan sakramen tobat,
Juga imam yang mengumpulkan kami di sekeliling altar 
         untuk merayakan ekaristi, santapan kami,
Imam yang dalam krisma dan pendampingnya menolong kami 
         menjadi dewasa dalam iman,
Imam yang menyiapkan dan memberkati perkawinan 
         keluarga-keluarga kami,
Imam yang membantu kami merasakan kasih-Mu,
Juga waktu sakit dan menyiapkan kami 
menghadapi saat-saat terakhir kami 
dengan sakramen pengurapan orang sakit.
Semua imam yang bersama kami berusaha menjadi tanda 
         dan sarana hadirnya Kerajaan Surga 
         di tengah masyarakat kami.

Bunda Maria, Ratu para imam,
Dampingi dan doakan kami bersama para imam kami, 
kini dan sepanjang segala masa. Amin.

diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm A7 – A9)

Orang Kudus 4 Mei: St. Gemma Galgani

SANTA GEMMA GALGANI, PERAWAN
Gemma Galgani lahir di Camigliano, Tuscany, Italia pada tanggal 12 Maret 1878. Ketika berumur dua tahun, Gemma kecil tinggal di rumah seorang sanaknya karena beberapa anggota keluarganya, terutama ayah dan ibunya penderita penyakit TBC Sinkron. Hal ini ditempuh dengan maksud agar Gemma tidak terjangkiti penyakit ganas itu. Di sana ia bertumbuh besar dengan baik. Pada umur sembilan tahun, ia menerima komuni pertama. Semenjak itu ia bertekad menempa dirinya menjadi orang yang rajin berdoa. Ia tampak sederhana dalam berpakaian namun menyimpan dalam hatinya suatu kesucian hidup yang luar biasa. Pada suatu ketika tatkala sedang berdoa di gereja untuk ayah dan ibunya yang sedang sakit, tiba-tiba ia mendengar suata suara ajaib: “Gemma, bolehkah ibumu Kuambil?” Tanpa banyak berpikir, Gemma menyahut suara itu: “Ya, boleh Tuhan! Tetapi saya juga turut”. “Tidak! Kali ini hanya ibumu. Kelak, Gemma boleh juga turut ke surga!” balas suara itu.

Ketika Gemma berumur 20 tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia ditinggalkan ayahnya dalam keadaan miskin dan melarat. Dalam keadaan itu, sebagai anak perempuan tertua, ia harus mengurus adik-adiknya. Betapa berat beban yang ditinggalkan orang-tuanya. Sementara itu penyakit TBC yang ganas itu mulai perlahan-lahan menyerangnya juga. Penyakit inilah yang menjadi penghalang terbesar baginya dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terutama dalam mewujudkan cita-citanya menjadi seorang suster Passionis. Permohonannya untuk menjadi suster Passionis ditolak karena penyakit yang dideritanya itu. Tetapi ia tidak putus asa.

Ia percaya bahwa penyakit itu bisa disembuhkan. Untuk itu ia berdoa untuk memohon kesembuhan. Ia melakukan novena kepada Santo Gabriel Porssenti (1838-1862), seorang imam Passionis, yang menjadi tokoh pujaannya. Tuhan ternyata mengabulkan permohonan Gemma dengan memberikan penyembuhan ajaib kepadanya. Meskipun demikian, kesehatannya tidak pulih seluruhnya, sehingga cita-citanya untuk menjadi suster passionis tetap tidak terwujudkan. Oleh karena itu, ia bertekad untuk menghayati hidup baktinya kepada Tuhan di rumah seorang wanita Katolik, tempat ia bekerja sebegai pembantu rumah tangga. Dalam cara hidup demikian, Gemma ternyata bisa mengalami suatu kedekatan yang mendalam dengan Tuhan. Ia mengalami banyak peristiwa ilahi dalam hidupnya, dan dikaruniai kelima luka Yesus (stigmata) pada kaki, tangan, dan lambungnya, serta luka-luka pada kepala Yesus karena tusukan mahkota duri. Selain mengalami penderitaan badani, Gemma juga mengalami penderitaan batin yang hebat karena celaan orang-orang sekitar terhadap cara hidupnya.

Gemma sadar bahwa ia mendapat tempat istimewa dalam hati Tuhan. Namun ia tetap rendah hati dan menganggap dirinya lebih rendah daripada orang-orang lain di hadapan Tuhan. Akhirnya, sebagaimana pernah didengarnya sendiri dari suara ajaib itu, Gemma dipanggil menghadap Tuhan pada tanggal 11 April 1903 di Lucca, Tuscany, Italia. Di kemudian hari oleh Paus Pius XII (1939-1963) Gemma dinyatakan ‘Kudus’ pada tanggal 2 Mei 1940, gelar Kudus ini diberikan kepada Gemma bukan karena pengalaman rohaninya yang luar biasa, melainkan karena kesucian hidup dan kerendahan hatinya baik di hadapan sesamanya maupun di hadapan Tuhan.

Renungan Hari Minggu Paskah III - A

Renungan Hari Minggu Paskah III, Thn A/I
Bac I : Kis 2: 14, 22 – 33; Bac II :           1Ptr1: 17 – 21;
Injil       : Luk 24: 13 – 35

Injil hari ini sama dengan bacaan Injil hari Rabu dalam oktaf paskah, yaitu kisah perjumpaan Yesus dengan dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Dalam perjumpaan itu Yesus “menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci.” (ay. 27), yaitu bahwa Yesus harus mengalami semua penderitaan sebelum masuk ke dalam kemuliaan-Nya (ay. 26). Para murid awalnya tidak bisa menerima fakta penderitaan itu. Mereka menginginkan agar Yesus dapat masuk ke dalam kemuliaan tanpa penderitaan. Mereka tidak tahu kalau ternyata hal itu bertentangan dengan kehendak Allah. Yesus memaparkan apa yang dikehendaki Allah. Dan itulah yang harus diterima oleh para murid.

Topik itulah yang diwartakan Petrus dalam bacaan pertama. Di hadapan orang Yahudi, Petrus menjelaskan sosok Yesus “yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya.” (ay. 23). Yesus inilah yang sengsara dan akhirnya mati di kayu salib. Akan tetapi Allah membangkitkan Yesus dan melepaskan Dia dari kuasa maut. Petrus memberi jaminan akan semua peristiwa itu. Mereka adalah saksinya (ay. 32). Petrus, mewakili para murid lainnya, sudah bisa menerima kehendak Allah atas apa yang dialami Yesus. Sikap iman inilah yang hendak juga diwartakannya.

Dalam bacaan kedua, Petrus menjelaskan makna kematian Yesus di kayu salib. Dalam suratnya yang pertama, Petrus menegaskan bahwa pengorbanan Yesus di salib ibarat pengorbanan “anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (ay. 19). Pengorbanan ini memiliki makna penebusan atas dosa. Sama seperti anak domba dikorbankan oleh imam di Bait Allah untuk menebus dosa umat, demikian pula Yesus yang mengorbankan Diri-Nya sendiri untuk keselamatan umat manusia. Karena itulah Petrus mengatakan kepada jemaat bahwa “kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia.” (ay. 18).

Dua hal hendak disampaikan Tuhan melalui sabda-Nya hari ini. Pertama, sengsara dan pengorbanan Yesus di salib merupakan rencana Allah untuk menyelamatkan manusia. Lewat kematian-Nya di kayu salib, Yesus bukan saja mendatangkan kemuliaan-Nya, melainkan juga penebusan bagi umat manusia. Kedua, kita telah ditebus oleh darah Kristus di salib. Karena itu, hendaklah kita hidup sebagai manusia tebusan. Salah satunya adalah dengan hidup menurut kehendak Allah. Atau seperti kata Petrus dalam suratnya hendaklah “imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.” (ay. 21).

by: adrian