Renungan
Hari Senin Biasa XVIII, Thn B/I
Sabda Tuhan hari ini mau
berbicara soal kepemimpinan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab
Bilangan, kepemimpinan itu tampak dalam diri Nabi Musa. Ketika orang Israel
menghadapi sebuah masalah (soal makanan), Musa tidak mencari kesalahan di luar
dirinya. Sekalipun punya kekuasaan, Musa tidak mau menyalahkan warganya. Dengan
rendah hati Musa menyalahkan dirinya sendiri. Musa
melihat bahwa masalah bangsanya merupakan tanggung jawabnya. Dia tak mau lari
dari tanggung jawab itu (ay. 11 – 14). Ini merupakan salah satu keutamaan seorang
pemimpin.
Hal yang sama juga
ditekankan Tuhan Yesus kepada para rasul-Nya. Dalam Injil terlihat bahwa Tuhan Yesus
mau menanamkan sikap kepemimpinan yang bertanggung jawab kepada para rasul. Dia
tak mau para rasul itu cari enak sendiri dengan meminta orang banyak itu
menyelesaikan masalahnya sendiri (ay. 15). Kebetulan, sama seperti bacaan
pertama, di sini juga ditampilkan permasalahan dengan makanan. Tuhan Yesus mau
agar mereka bertanggung jawab. “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi
mereka makan.” (ay. 16). Tuhan Yesus minta para rasul mengurus orang banyak
yang datang kepada-Nya.
Tanpa disadari setiap orang
dipanggil sebagai pemimpin. Minimal memimpin diri sendiri. Di rumah, suami
isteri menjadi pemimpin rumah tanggal. Di kantor menjadi pemimpin bagi
karyawan. Di paroki seorang imam menjadi pemimpin umat. Di tempat kita memimpin
itu, tentulah sering terjadi masalah. Hari ini Tuhan mengajak kita untuk
menanamkan sikap kepemimpinan yang bertanggung jawab. Jangan hanya sibuk
mencari kambing hitam agar luput dari tuntutan tanggung jawab. Wujud tanggung
jawab itu adalah dengan tanggap atas masalah yang ada. Masalah, sejauh itu
masih bagian dari kita, yang ada harus segera ditangani, dan jangan membiarkan
orang lain atau waktu yang mengurusnya.***
by:
adrian