
Menjadi
bagian dari komunitas umat kristiani berarti menjadi bagian dari kelompok umat
beriman yang menghindari egoisme dan menjadi saksi akan kasih Allah serta
mengasihi sesama, demikian kata Paus Fransiskus saat audensi umum mingguan pada
26 Juni. Sementara masyarakat modern lebih menekankan “kepentingan seseorang
tanpa mempedulikan kerugian yang dialami orang lain, umat kristen sejati
menghindari individualisme agar bisa berbagi dan bersolidaritas,” tekan Paus
Fransiskus. “Tidak ada tempat bagi egoisme dalam jiwa orang kristen. Jika hatimu
egois, kamu bukan orang kristen, kamu adalah orang di dunia yang hanya mencari
keuntungan diri sendiri.”
Sebelum
melakukan audensi terakhir menjelang liburan musim panas, Paus Fransiskus
bertemu para peziarah yang menderita sakit atau cacat di dalam ruangan agar
terhindar dari terik matahari di Roma. Sementara di luar, ketika melanjutkan
serangkaian pembicaraan tentang Kisah Para Rasul, Paus Fransiskus merenungkan
komunitas umat kristiani perdana di Yerusalem yang saat itu terdiri atas
orang-orang yang “merasa hatinya tertusuk oleh pengumuman menggembirakan”
tentang penyelamatan Kristus bagi seluruh umat manusia.
Kisah
St. Lukas tentang komunitas ini, papar Paus Fransiskus, memberi gambaran
sekilas tentang “persekutuan kasih” yang ada dan dibentengi oleh keinginan
untuk mendengarkan ajaran apostolik, berbagi kebaikan satu sama lain,
berperan-serta dalam perayaan ekaristi dan pertemuan doa. “Inilah sikap orang
kristen, empat tanda orang kristen yang baik,” jelas Paus Fransiskus.