Selasa, 21 Oktober 2014

Tinjauan Buku THE MYSTERY OF HISTORICAL JESUS #1

MEMBONGKAR KESALAHAN BERPIKIR FATOOHI DLM BUKU “THE HISTORICAL OF JESUS”
Tanggal 2 Desember 2013 lalu, saya membeli beberapa buku di Bandung Book Center, di kawasan Palasari. Salah satu buku berjudul “The Historical of Jesus” karya L Fatoohi. Buku ini pertama sekali saya lihat di toko buku Kharisma, Tanjung Pinang, sekitar Mei 2011. Waktu itu bukunya tidak setebal saat ini.

Dari segi judul, buku tersebut memiliki daya tarik. Memang, ketika pertama kali membaca judul buku itu, saya langsung berkesimpulan bahwa pastilah buku itu menampilkan kisah yang bertentangan dengan ajaran Gereja selama ini. Jika memakai cara pandang orang islam, buku tersebut melecehkan bahkan menghina agama kristen. Namun judulnya yang menarik membuat saya penasaran.

Saya bertanya, jangan-jangan apa yang dikatakan oleh Fatoohi adalah benar. Waktu itu saya ragu-ragu untuk membelinya. Saya takut kebenaran sebenarnya akan terungkap. Dan tentu hal ini dapat menggoncang iman saya. Karena itu, saya tak jadi membeli.

Akan tetapi, pada tanggal 2 Desember 2013, saya membulatkan tekad untuk membelinya. Saya ingin menghilangkan rasa penasaran atas isi buku itu. Sebelum membaca buku itu saya membuat beberapa kesepakatan dengan diri sendiri:
a)      Saya akan membaca buku itu dengan sikap kritis. Artinya, saya tidak serta merta menerima begitu saja apa yang dikatakan Fatoohi dalam buku itu, melainkan akan saya kritisi. Pertama-tama saya tidak mengkritisi pemikiran Fatoohi dengan pemikiran Kristen, tetapi saya coba mengupas pemikiran Fatoohi itu sendiri. Saya akan melihat kelemahan cara berpikir Fatoohi.
b)     Konsekuensi dari sikap kritis itu, saya akan menerima kebenaran yang ada dalam buku ini sekalipun kebenaran itu bertentangan dengan apa yang selama ini saya yakini.
c)      Sekalipun dari judul bukunya sudah terlihat jelas bahwa isi buku itu akan menghina agama kristen, namun saya akan tetap membacanya dengan sikap terbuka dan kritis, bukan dengan sikap antipati dan kebencian.

Tulisan ini akan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Mengkritisi Fatoohi dan Cara Pandangnya dan Mengkritisi Tulisan Fatoohi. Bagian pertama saya tulis ketika saya masih di Jakarta (27 Mei), sedangkan bagian kedua ditulis di Pangkalpinang. Untuk membantu pembaca supaya tidak bosan, maka tulisan ini akan ditampilkan secara terbagi-bagi. Dengan kata lain, rangkaian tulisan yang mengungkap kekonyolan cara berpikir Fatoohi akan dibuat bersambung. Bagian pertama akan dimuat dalam satu rangkaian, sedangkan bagian kedua, mengingat panjangnya uraian tersebut, akan dibagi ke dalam dua tampilan.

(Refleksi) Tobat dan Kendali Hawa Nafsu

MATIKANLAH HAWA NAFSUMU
Pengantar

Pesan Bunda Maria ini diambil dari wawancara batin antara Don Stefano Gobbi dan Bunda Maria. Dalam kehidupan Gereja, wawancara batin adalah suatu gejala mistik. Ia bukanlah komunikasi inderawi. Dalam wawancara batin ini orang tidak mendengar dengan telinga atau melihat dengan mata dan tidak ada sesuatu yang bisa disentuh. Jadi, wawancara batin merupakan karunia dalam wujud pesan yang disampaikan Allah kepada kita supaya dilaksanakan dengan bantuan-Nya.

Dalam wawancara batin di sini, Don Stefano menjadi alat komunikasi; dengan tetap menjaga kebebasannya, ia mengungkapkan persetujuan terhadap kegiatan Roh Kudus. Artinya, ia tidak mencari-cari gagasan atau cara pengungkapannya. Ia murni sebagai penyalur pesan.

Wawancara batin antara Bunda Maria dan Don Stefano Gobbi ini memuat pesan Bunda Maria untuk para imam. Pesan yang disampaikan dalam wawancara batin ini, meski terjadi pada tahun 1981, namun nilai dan maknanya masih relevan hingga saat kini. Pesan Bunda Maria ini, secara khusus ditujukan kepada para imam, akan tetapi peruntukkannya bisa juga untuk umat katolik dan umat manusia pada umumnya. Jadi, dalam pesan Bunda Maria yang disampaikan masa lalu, terdapat butir-butir pencerahan untuk masa sekarang.

Semuanya tergantung sejauh mana kita mencerap dan menerimanya.

Renungan Hari Selasa Biasa XXIX - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XXIX, Thn A/II
Bac I    Ef 2: 12 – 22; Injil                 Luk 12: 35 – 38;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus. Dalam suratnya itu Paulus mau mengatakan kepada umat Efesus bahwa mereka juga, sekalipun bukan warga Israel, merupakan umat Allah. Berkat darah Kristus yang tercurah di kayu salib, mereka menjadi “kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (ay. 19). Menurut Paulus, Kristus Yesus telah merobohkan sekat pemisah di antara manusia. Di sini Paulus mau menyampaikan agar semangat hidup sewarga ini terus terpelihara. Artinya, umat diminta untuk tetap menjaga semangat persaudaraan di dalam Kristus Yesus.

Menjaga semangat dalam Allah juga ditekankan Tuhan Yesus dalam Injil. Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajarkan orang banyak sikap berjaga-jaga atau waspada. Sikap berjaga-jaga di sini bukanlah merupakan sikap yang pasif, melainkan sikap yang aktif. Hal ini ditampakkan dalam kata “pelitamu tetap menyala” (ay. 35). Di sini Tuhan Yesus mau mengajak orang banyak agar dalam masa penantian ini mereka senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan; menjaga semangat kasih persaudaraan. Sikap siaga dalam penantian ini akan mendatangkan kebahagiaan.

Tentu kita pernah mendengar pepatah ini: “Menunggu itu adalah pekerjaan yang membosankan.” Dan karena membosankan banyak orang pada akhirnya terlena dan lupa pada maksud dari menunggu itu. Demikian pula halnya dalam kaitan dengan iman. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk senantiasa berjaga-jaga dalam penantian. Dalam proses berjaga-jaga itu, kita diminta untuk menjaga supaya pelita iman, kasih dan harapan tetap menyala. Tuhan menghendaki kita untuk selalu berbuat kebajikan dalam hidup dan tidak membiarkan roh kebajikan itu kendor. Ini merupakan sikap siaga yang diharapkan Tuhan.

by: adrian