Kamis, 13 Agustus 2015

Rangkap Jabatan Hambat Perkembangan

Di negeri ini, banyak orang punya kecenderungan untuk merangkap jabatan. Mungkin orang-orang ini merasa cukup sakti untuk mampu menangani urusan yang berbeda-beda dengan 24 jam per hari yang ia punyai. Bisa pula, mereka keliru dalam menimbang bobot pekerjaan, sehingga berani merangkap posisi. Namun bisa pula karena alasan lain, misalnya ketidakpercayaan kepada orang lain sehingga enggan untuk berbagi wewenang, kekuasaan, atau pun berbagi peran sebagai pemimpin.
Isu berbagi peran sebagai pemimpin (leadership sharing) kini semakin memperoleh perhatian para ahli manajemen dan manajer terkemuka. Dunia bertambah kompleks, kepentingan-kepentingan ekonomi, politik, sosial, militer saling bertautan. Mengurus sebuah negara membutuhkan konsentrasi dan fokus yang luar biasa. Mengelola sebuah departemen untuk mengurus jutaan penduduk merupakan tanggung jawab yang kompleks, toh masih juga ada yang merangkap jabatan sebagai petinggi organisasi lain.
Begitu pula di tingkat perusahaan. Para manajer hebat mengekang diri untuk tidak merangkap jabatan, mengingat isu-isu kapital, kepemilikan, pemasaran, produksi, teknologi semakin rumit. Mereka merasa tidak mungkin menambah satu jabatan saja di luar yang sudah mereka pegang. Seorang direktur utama akan menahan diri untuk memegang pula posisi direktur keuangan atau produksi, atau menjadi ketua pengurus cabang olahraga.
Para manajer hebat ini menyadari bahwa rangkap jabatan bukan memperkuat organisasi, melainkan malah sebaliknya, sebab peran kepemimpinan tidak dibagi kepada sebanyak mungkin orang yang memiliki potensi kepemimpinan. Sumber daya yang memiliki bakat tidak memperoleh kesempatan sedini mungkin untuk mengasah kemampuan kepemimpinannya. Gerak mereka menjadi serba terbatas karena otoritas terpusat pada orang tertentu.
Berbagi kepemimpinan, dalam pandangan para ahli manajemen, sangat bermanfaat untuk memaksimumkan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Menurut Bergman (2012), berbagi kepemimpinan dapat terwujud manakala dua atau lebih anggota terlibat dalam kepemimpinan tim dalam mengarahkan dan memengaruhi anggota organisasi. Berbagi kepemimpinan juga dapat dilakukan dengan menahan diri untuk tidak merangkap jabatan.
Pemimpin yang hebat justru akan menyemaikan iklim yang memungkinkan anggota organisasi/karyawan perusahaan mengambil inisiatif, memutuskan suatu masalah, dan menggunakan sumber daya secara bertanggung jawab dalam lingkup jabatannya. Ia akan berbagi peran, wewenang, dan sekaligus tanggung jawab dengan orang lain. Ia akan bangga bila orang-orang di sekelilingnya tumbuh menjadi pemimpin yang tak kalah hebat dibanding dirinya. Bahkan, seorang pemimpin yang hebat akan tetap kuat pengaruhnya sekalipun ia tidak menempati suatu jabatan.
Dengan berbagi peran, seorang pemimpin telah menunjukkan bahwa ia memercayai orang-orang di sekelilingnya. Dengan berbagi peran kepemimpinan, orang-orang dalam organisasi justru merasa terlibat dan interaksi di antara mereka akan berjalan lebih dinamis. Hasil studi mengenai perusahaan yang kinerjanya sangat bagus (Pierce, 2009) menunjukkan bahwa para CEO perusahaan ini telah mempraktekkan prinsip-prinsio berbagi kepemimpinan di dalam organisasinya. Dengan cara ini, organisasi menjadi semakin matang karena peran-peran kepemimpinan tumbuh di berbagai jenjang organisasi, bukan terpusat pada segelintir orang yang duduk di puncak piramida organisasi.
sumber: tempo dot co
Baca juga tulisan terkait lainnya:

Orang Kudus 13 Agustus: St. Pontianus

SANTO PONTIANUS, PAUS DAN MARTIR
Paus berkebangsaan Roma dan putra Calpurnius ini memimpin Gereja Kristus dari tahun 230 hingga 235. Hari kelahirannya dan kisah hidup masa mudanya tidak diketahui. Masa awal pontifikatnya ditandai dengan perlawanan keras terhadap skisma yang ditimbulkan oleh Hippolitus, seorang penulis terkenal pada masa Gereja Purba. Kecuali itu, ia mengadakan sebuah sinode untuk memperkuat hukuman terhadap Origenes yang menyebarkan ajaran sesat.
Pontianus kemudian dijatuhi hukuman pembuangan oleh Kaisar Maksimianus Thracianus (235 – 238) yang melancarkan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Bersama Hippolitus dan jemaat Kristen lainnya, Pontianus dibuang ke Sardinia. Agar supaya Gereja tidak mengalami kekosongan kepemimpinan, Pontianus melepaskan jabatannya sebagai Paus dan digantikan oleh Anterus pada 21 November 235. Di Sardinia, Pontianus mengalami banyak penderitaan dan akhirnya menghembuskan nafas karena penganiayaan atas dirinya. Hippolitus juga meninggal di Sardinia. Sebelumnya, ia mengakui kesalahannya dan berdamai dengan Gereja.
Pada masa kepemimpinan Paus Fabianus (236 – 250), jasad Pontianus dipindahkan ke Roma dan dikebumikan di pekuburan Santo Kalistus. Dari batu nisannya yang ditemukan pada tahun 1909, Pontianus dikenal sebagai seorang martir.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Kamis Biasa XIX - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XIX, Thn B/I

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan bahwa Tuhan bisa marah. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Yosua, kemarahan Tuhan terjadi karena orang Israel “melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN...” (ay. 7). Artinya, perilaku umat Israel tidak sesuai dengan kehendak Allah yang sudah disampaikan-Nya lewat Nabi Musa. Wujud kemarahan Allah adalah dengan menyerahkan umat Israel ke dalam penderitaan melalui bangsa lain. Sekalipun umat sudah bertobat, namun jika masih kembali ke dalam dosa, Allah tetap marah. Di sini tampak jelas bahwa Allah ingin supaya umat hidup baik.
Hal senada terlihat juga dalam Injil hari ini. Dalam kisah perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus, raja digambarkan sangat marah kepada orang yang berlaku tidak sesuai dengan kehendaknya. Raja dalam perumpamaan itu adalah gambaran Allah. Memang Allah berbelas kasih. Namun belas kasih Allah menuntut juga adanya pertobatan atau perubahan. Jika tidak, maka Allah akan murka, sebagaimana yang ditunjukkan pada hamba yang memiliki utang sepuluh ribu talenta. Karena tidak menunjukkan pertobatan, sekalipun sudah menikmati belas kasih Raja, maka Raja marah dan “menyerahkannya kepada algojo-algojo.” (ay. 34).
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan ingin supaya kita hidup benar dan baik. Sekalipun kita sering jatuh ke dalam dosa, Tuhan mempunyai belas kasih. Namun perlu disadari bahwa belas kasih Allah menuntut adanya pertobatan dalam hidup. Tobat dapat dilihat sebagai tanggapan atas belas kasih Allah. Tuhan menghendaki agar kita, yang telah menikmati belas kasihan-Nya, selain menunjukkan juga belas kasih kepada sesama, kita juga diminta untuk bertobat. Tuhan marah karena kita tidak mau bertobat. ***
by: adrian