Sabtu, 07 Juni 2014
Yohanes Meragukan Yesus?
Kita tentu pernah mendengar atau membaca kisah Yesus dibaptis oleh
Yohanes Pembaptis (lih. Mat 3: 13 – 17). Awalnya Yohanes menolak itikad Yesus
untuk dibaptis. Ada kemungkinan bahwa Yohanes kenal siapa Yesus itu. Yohanes
justru merasa bahwa dirinya-lah yang harus dibaptis oleh Yesus. Artinya,
Yohanes sadar kalau posisi dia di bawah Yesus, sehingga ia tidak layak
melakukan pembaptisan. Namun Yesus tetap memintanya untuk membaptis, karena hal
itu dilihat sebagai penggenapan kehendak Allah (ay. 15).
Setelah pembaptisan, terjadilah sebuah peristiwa adikodrati.
Langit terbuka, Roh Kudus, seperti burung merpati, turun atas Yesus, dan
terdengar sebuah suara, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku
berkenan.” Peristiwa ini dilihat sebagai pemakluman kemesiasan Yesus. Ada
kemungkinan bahwa Yohanes melihat atau menyaksikan peristiwa tersebut. Karena
itu, kesimpulannya adalah bahwa Yohanes yakin akan kemesiasan Yesus.
Akan tetapi, bila kita membaca Matius 11: 2 – 3 kita akan
berkesimpulan kalau Yohanes Pembaptis meragukan Yesus. "Engkaukah yang
akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain? Demikian pertanyaan
Yohanes yang disuarakan para muridnya. Memang, kalau dibuat urutannya, baik
dari aspek historis maupun tata letak, peristiwa Matius 3 terjadi lebih dahulu
dari Matius 11. Karena itu, pantas bila orang berkesimpulan Yohanes Pembaptis
meragukan kemesiasan Yesus.
Muncul pertanyaan, kenapa Yohanes meragukan kemesiasan Yesus?
Bukankah sebelumnya dia kenal akan Yesus? Bukankah sebelumnya dia yakin akan
kemesiasan Yesus? Kenapa dia meminta para muridnya untuk mempertanyakan status
Yesus?
Jika kita membaca Matius 11 hanya sampai ayat 3 saja, maka dengan
mudah kita berkesimpulan bahwa Yohanes Pembaptis meragukan Yesus. Namun apabila
kita membaca Matius 11 itu secara menyeluruh (hingga ayat 11), maka kesimpulan
awal tadi adalah keliru. Sama sekali Yohanes tidak meragukan Yesus. Yohanes
tetap pada keyakinannya. Lalu, kenapa dia menyuruh murid-muridnya bertanya
kepada Yesus?
Yohanes Krisostomus mengajarkan bahwa Yohanes Pembaptis melakukan
hal ini untuk meyakinkan para muridnya. Mereka itu sangat mengasihi gurunya,
sampai-sampai meragukan atau mempertanyakan Kristus sebagai Mesias (lih. Mat
9:14). Ada kemungkinan, Yohanes ingin agar kelak para muridnya mau bergabung
dengan kelompoknya Yesus. Yohanes saat itu berada di tahanan dan peluangnya
untuk tetap hidup sangat kecil.
Eusebius Hieronimus Sophronius mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis
mengirim murid-muridnya kepada Yesus, agar mereka melihat sendiri
mukjizat-mukjizat yang diperbuat oleh Kristus, dan melalui pertanyaannya itu,
para muridnya itu menjadi percaya kepada Kristus. Yohanes tidak mau para
muridnya terus bergantung padanya. Dia ingin supaya mereka sungguh menemukan
kebenaran sejati yang ada pada Yesus.
Karena itulah, kalau kita membaca Matius 11 sampai ayat 11 maka
kita dapat memahami maksud Yohanes Pembaptis menyuruh para muridnya bertanya
kepada Yesus. Di sini terlihat sikap rendah hati Yohanes. Hal inilah yang
dilihat dan kemudian diajarkan Yesus kepada orang banyak setelah murid-murid
Yohanes itu pergi. Yesus mengajarkan bahwa Yohanes Pembaptis adalah seorang
nabi, bahkan lebih dari nabi. Sebab ia adalah seorang utusan Allah yang secara
khusus mendahului kedatangan Kristus, dengan mempersiapkan jalan bagi-Nya (Mat
11: 9 – 10). Selanjutnya, Yesus berkata, “Di antara mereka yang dilahirkan oleh
perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes
Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar daripadanya.”
(Mat 11: 11).
Jakarta,
25 Februari 2014
by: adrian
Renungan Hari Sabtu Paskah VII - A
Renungan Hari Sabtu
Paskah VII, Thn A/II
Bac I Kis 28: 16 – 20, 30 – 31; Injil Yoh 21: 20 – 25;
Injil hari ini merupakan bagian akhir dari tulisan Injil
Yohanes. Di dalamnya Yohanes mengungkapkan seorang murid “istimewa” yang
memberi kesaksian tentang segala sesuatu mengenai Yesus Kristus. Ditekankan
“bahwa kesaksiannya itu benar.” (ay. 24). Yohanes, secara implisit, menyatakan
bahwa pewartaan mengenai Tuhan Yesus cukuplah intisarinya saja. Bagi Yohanes,
tak perlu mengungkapkan segala sesuatu berkaitan dengan apa saja yang telah
dilakukan Yesus, karena jika semuanya itu ditulis, “maka agaknya dunia ini
tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (ay. 25).
Luasnya informasi tentang Yesus Kristus memang membatasi
penulisan dalam kitab, namun tidak dalam pewartaan. Pewartaan akan Tuhan Yesus
ini tidak boleh dibatasi oleh sekat-sekat waktu dan ruang. Hal ini terlihat
dalam bacaan pertama. Dalam bacaan pertama terlihat bagaimana Paulus tetap
aktif mewartakan Yesus Kristus, sekalipun gerakan dia dibatasi oleh ruang.
Dikatakan bahwa meski ia berada di dalam tahanan rumah, Paulus “dengan terus
terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar
tentang Tuhan Yesus Kristus.” (ay. 31).
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk becermin pada sosok
Paulus, yang senantiasa mewartakan Kerajaan Allah dan Yesus Kristus sekalipun
ia mendapat halangan. Tantangan dan halangan tidak menyurutkan niat Paulus
untuk melaksanakan tugas perutusannya. Sikap dan semangat seperti Paulus inilah
yang dikehendaki Tuhan pada kita dewasa ini. Melalui sabda-Nya, Tuhan
menghendaki supaya, kapan dan di mana saja, kita siap sedia untuk mewartakan
Yesus Kristus dan Kerajaan Allah.
by: adrian
Langganan:
Postingan (Atom)