Senin, 06 Agustus 2012

(Inspirasi Hidup) Penghormatan untuk Ibu


BUNGA  UNTUK  IBU
Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kado di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari Ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya di kampung. Seorang ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan di kota besar ini. Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantik. Ternyata, gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air matanya hendak meleleh, seperti akan menangis.

Setelah ngobrol-ngobrol, pria itu lalu bertanya, ”Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?”

“Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu saya.” Gadis cantik itu melanjutkan, “Seumur hidup, saya belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu.”

“Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus, kok.” Ungkap pria tersebut sambil turut mengamati salah satu karangan bunga.

”Uang saya tidak cukup.”

”Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya.” Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.

Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.

Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan oleh si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.

Setelah memarkir mobil, pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya. Ibu itu dulu meninggal saat melahirkan gadis itu.

Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.

Siang itu juga, pemuda sukses itu langsung memacu mobilnya, pulang ke kampungnya… untuk melihat wajah ibu yang dia rindukan selama ini… untuk bersujud di bawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya.
Baca juga refleksi lainnya:

Renungan Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya B

Pesta Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya
Bac I : Dan 7: 9 – 10, 13 – 14 atau 2 Ptr 1: 16 – 19 ;
Injil      : Mrk 9: 2 – 10

Hari ini adalah pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Injil hari ini mengisahkan peristiwa tersebut. Yang beruntung dapat melihat langsung kejadian itu adalah Petrus, Yohanes dan Yakobus. Ketiganya termasuk kelompok inti para rasul.

Dikatakan mereka "beruntung" karena apa yang mereka saksikan merupakan peristiwa langka. kelangkaan itu menimbulkan berbagai perasaan: kagusm terpesona, senang dan juga takut. Perasaan takut ini bukan dalam pengertian takut seperti ketakutan akan hantu atau semacam fobia. Perasaan takut di sini lebih dalam arti sikap gentar. Istilahnya tremendum. Sikap ini merupakan sikap religius yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli teologi agama, Rudolf Otto, dengan konsepnya "Numinosum tremendum et fascinosum".

Semua perasaan tersebut membuat Petrus, mewakili rekannya yang lain, mengungkapkan niatnya untuk mendirikan tenda. Dalam Injil diungkapkan bahwa mereka sangat bahagia.

Mendirikan tenda berarti niat untuk tetap tinggal di gunung itu atau di tempat di mana terjadi kejadian itu. Tujuannya agar bisa menikmati terus kebahagiaan itu lebih lama lagi dan hanya mereka saja yang menikmatinya. Dengan kata lain, ada niat Petrus dan kawan-kawan untuk memonopoli kebahagiaan itu. Jadi, ada semacam semangat egoisme.

Jelas sekali niat tersebut bertentangan dengan misi Yesus, karena niat tersebut menolak jalan yang harus ditempuh Yesus, yaitu jalan salib. Karena itulah, Yesus mengajak mereka untuk turun gunung sambil mengatakan rencana Allah, yakni "Anak Manusia bangkit dari antara orang mati." (ay 9). Tentulah rencana Allah ini tidak sesuai dengan keinginan ketiga rasul itu.

Lewat Injil hari ini, Yesus mau mengajak kita untuk mau siap menerima rencana Tuhan dalam kehidupan kita, sekalipun rencana Tuhan itu bertentangan dengan keinginan dan harapan kita. Yang perlu diingat dan disadari adalah bahwa Tuhan selalu punya rencana yang baik buat umatnya. Rencana Tuhan indah. Tuhan tidak ingin umatnya menderita. Oleh karena itulah, Sabda Tuhan mau menyadarkan kita akan rencana Tuhan itu pada hidup kita. Tuhan meminta agar kita mau mendahulukan rencana-Nya dalam hidup kita daripada rencana kita sendiri. Pertanyaannya, beranikah kita??

by: adrian

Gunung Tabor & Kemuliaan Yesus




YESUS MENAMPAKKAN KEMULIAAN-NYA


Peristiwa penampakan kemuliaan Yesus terjadi di puncak Gunung Tabor. Karena itu Gunung Tabor sering disebut Gunung Kemuliaan. Gunung Tabor terletak di sebelah utara Israel, tepatnya di ujung timur Lembah Yizreel, 17 km (11 mil) sebelah barat Danau Galilea. Secara geografis, gunung yang terletak di tengah dataran rendah ini memiliki ketinggian 575 meter di atas permukaan laut. Jika kini puncaknya dapat dicapai dengan kendaraan, maka pada masa lalu para pengunjung harus mencapainya dengan mendaki 4.340 anak tangga.

Letaknya yang unik menjadikan gunung ini mudah dikenali dan menjanjikan pemandangan menarik bagi yang mengunjunginya. Secara tradisional, Gunung Tabor diyakini sebagai tempat terjadinya transfigurasi Yesus. Kisah mencengangkan ini dicatat dalam Mat. 17:1-8, Mrk. 9:2-8 dan Luk. 9:28-36. Saat itu para murid yang menyertai-Nya melihat Yesus berubah rupa. Wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya putih bersinar laksana terang. Setelah itu Dia nampak bercakap-cakap dengan Musa dan Elia. Peristiwa tersebut jelas bukan sesuatu yang biasa karena secara tegas membuktikan keilahian Yesus.

Tiga Bagian

Di puncak gunung itu, terdapat Gereja Transfigurasi yang dibangun dengan tiga bagian. Sebuah basilika yang diapit oleh dua kapel di kedua sisinya. Ketiga bagian ini mengingatkan kita akan pernyataan Petrus untuk membangun tiga kemah, satu untuk Yesus, satu untuk Elia dan satu lagi untuk Musa.

Pada bagian kanan adalah Kapel Elia. Di dindingnya terdapat lukisan Elia yang sedang berdoa dan nyala api turun dari langit melahap kurban yang telah disediakan di atas mezbah (1 Raj. 18:20-46). Di bagian kiri terdapat Kapel Musa. Musa dilukiskan dengan kedua tangan memegang dua loh batu (Kel. 20 :1-17).

Sejak abad ke-3 di gunung ini sudah ada tiga kapel yang dipersembahkan untuk Yesus, Musa dan Elia. Pada zaman Perang Salib, ketiga kapel ini disatukan menjadi sebuah basilika yang indah. Tembok-tembok maupun bangunan kokoh yang berdiri sampai sekarang di puncak gunung ini, berasal dari abad ke-12.

Basilika yang ada sekarang ini adalah hasil renovasi yang diadakan antara tahun 1919-1924 menurut rancangan seorang arsitek Italia, Antonio Barlucci. Di belakang altar utamanya terdapat kaca dengan gambar burung merak, yang merupakan lambang keabadian. Pada tembok kapel ini, dari kiri ke kanan, digambarkan empat perubahan Yesus yang lainnya, yaitu: kelahiran, perjamuan terakhir, kematian dan kebangkitan-Nya. Di sebelah utara basilika ada Kapel Bunda Maria Tak Bernoda, sedangkan di sebelah selatannya terdapat Kapel St. Fransiskus Assisi.

Di sebelah utara gereja terdapat reruntuhan biara OSB (St. Benedictus), sedangkan di sebelah tenggara basilika terdapat sisa mosaik dari zaman Bizantium serta menara indah yang dulu dipakai oleh tentara Islam.

Puncak Gunung Tabor terbagi dua dan dipisahkan dengan tembok. Bagian selatan adalah milik para Biarawan OFM (Fransiscan), sedangkan bagian utaranya milik gereja Ortodoks Yunani.

Makna Penampakan Kemuliaan Yesus

Transfigurasi atau perubahan rupa Yesus dimaksudkan untuk meneguhkan hati ketiga rasul inti itu agar mereka tdak goyah imannya apabila menyaksikan kesengsaraan Yesus nanti. Transfigurasi ini pun menjadi tonggak penghiburan bagi para rasul di saat-saat mereka mengalami kesengsaraan dan kesulitan dan menjadi jaminan kemuliaan dan kebahagiaan yang akan mereka alami di surga, sebagaimana telah dijanjikan Yesus, “Pada waktu itu orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam kerajaan Bapa mereka...” (Mat 13: 43).

Kebahagiaan besar yang dialami para rasul di atas gunung itu menjdi tanda kepada kita tentang kebahagiaan surgawi yang akan dianugerahkan Allah kepada semua orang beriman. Santo Paulus melukiskan kebahagiaan itu dengan berkata, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1Kor 2: 9).

Pesta ini sudah jauh lebih dahulu dirayakan di kalangan Gereja Timur. Sedangkan untuk seluruh Gereja di seantero dunia, pesta ini baru ditetapkan perayaannya secara resmi pada tahun 1457, untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kemenangan Pasukan kristen terhadap serangan tentara Turki di Belgrado.

editor: adrian