Selasa, 25 Maret 2014

(Refleksi) Dunia Sudah Gila

YANG SETIA DISINGKIRKAN
Pengantar

Pesan Bunda Maria ini diambil dari wawancara batin antara Don Stefano Gobbi dan Bunda Maria. Wawancara batin adalah suatu gejala mistik yang ada dalam kehidupan Gereja. Ia bukanlah komunikasi inderawi. Dalam wawancara batin ini orang tidak mendengar dengan telinga atau melihat dengan mata dan tidak ada sesuatu yang bisa disentuh. Jadi, wawancara batin merupakan karunia dalam wujud pesan yang disampaikan Allah supaya kita laksanakan dengan bantuan-Nya.

Dalam wawancara batin di sini, Don Stefano menjadi alat komunikasi; dengan tetap menjaga kebebasannya, ia mengungkapkan persetujuan terhadap kegiatan Roh Kudus. Artinya, ia tidak mencari-cari gagasan atau cara pengungkapannya. Ia murni sebagai penyalur pesan.

Wawancara batin antara Bunda Maria dan Don Stefano Gobbi ini memuat pesan Bunda Maria untuk para imam. Pesan yang disampaikan dalam wawancara batin ini, meski terjadi pada tahun 1977, tapi nilai dan maknanya masih relevan hingga saat kini. Pesan Bunda Maria ini, secara khusus ditujukan kepada para imam, namun peruntukkannya bisa juga untuk umat katolik dan umat manusia pada umumnya. Jadi, dalam pesan Bunda Maria yang disampaikan masa lalu, terdapat butir-butir pencerahan untuk masa sekarang.

Semuanya tergantung sejauh mana mata hati kita melihatnya.



Bunda Maria Berpesan
“Kekacauan berkembang semakin parah, juga di dalam Gereja, dan kini menyebar ke segala penjuru dunia. Yang pertama akan digempur adalah para imam. Mereka membiarkan diri dijerumuskan oleh ketidaksetiaan. Setiap hari jumlah mereka yang membiarkan diri dijerumuskan oleh kesesatan ini semakin besar.

Atas nama kemajuan, sejumlah imam telah menjadi hamba dunia dan hidup menurut dunia. Mereka telah menggantikan doa dengan kegiatan yang menyibukkan; mereka telah menggantikan mati raga dengan terus memburu penghiburan dan kenikmatan; mereka telah mengganti kekudusan dengan semakin patuh kepada dosa. Mereka telah menjadi jasad berjalan, kubur yang dicat putih, yang masih menyebut diri imam, tetapi oleh Puteraku Yesus, tidak lagi diakui sebagai imam.

Dan sayang sekali, tidak jarang orang-orang seperti itulah yang paling dihargai, yang berhasil mencapai sukses dan yang ditempatkan pada kedudukan dengan tanggung jawab besar.

Mereka yang tetap setia biasanya adalah mereka yang dianiaya, yang paling tidak diacuhkan dan kadang-kadang sengaja disingkirkan.

Dengan demikian kegelapan merajalela dan awan setan berusaha menutupi segala sesuatu: setiap hari kemurtadan semakin besar.”
10 Maret 1977
diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 284 – 285)

Dialog ttg "Perceraian" Katolik

PERLU DIALOG YANG SEGAR TERKAIT UMAT KATOLIK BERCERAI DAN MENIKAH LAGI
Dalam pendekatan terhadap umat Katolik bercerai dan menikah kembali secara sipil, Gereja Katolik perlu menemukan jalan tengah yang tidak merusak atau meninggalkan doktrin, namun menawarkan interpretasi “baru” ajaran Gereja untuk membantu mereka yang telah gagal dalam pernikahan, kata Walter Kardinal Kasper.

“Saya mengusulkan cara yang sedikit longgar dan keringanan hukuman,” kata kardinal Jerman dan teolog itu kepada Radio Vatikan, 10 Maret.

Pendekatan yang menghindari dua ekstrem — “tidak bertentangan dengan moralitas, dan tidak bertentangan dengan doktrin, namun aplikasi doktrin (dimaksudkan) mendukung  situasi saat ini bagi sebagian besar umat dan memberikan kontribusi kepada mereka untuk menciptakan perkawinan bahagia,” katanya,  dalam bahasa Italia.

Kardinal itu merujuk pada ceramahnya  yang panjang saat ia menjelaskan pada sebuah diskusi tentang kehidupan keluarga pada 20-21 Februari, yang digelar Kolese Kardinal. Ceramah berjudul “Injili Keluarga,” akan diterbitkan pada Maret di  Jerman dan Italia oleh penerbitan swasta.

Pada kata pengantar buku itu, yang diterbitkan pada 12 Maret di surat kabar Vatikan, L’Osservatore Romano, Kardinal Kasper mengatakan sinode mendatang harus memutuskan apa langkah yang harus diambil untuk membantu keluarga, tapi awam Katolik harus juga dikonsultasikan.

“Kita semua selibat sementara sebagian besar umat beriman hidup berkeluarga, dalam situasi konkret mereka kadang menghadapi kesulitan,” katanya.

Dalam diskusi publik tentang respon Gereja bagi umat Katolik bercerai dan menikah kembali secara sipil, para uskup dan paus harus mengatakan sesuatu, katanya. “Kita jelas tidak bisa menanggapi semua harapan, tetapi jika kita mengulang tanggapan yang sama, hal itu akan menimbulkan kekecewaan yang besar.”

Kardinal Kasper mengatakan kepada Radio Vatikan bahwa tanggapan terhadap kuesioner Vatikan tentang kehidupan keluarga Katolik, yang dibuat dalam persiapan Sinode Para Uskup tentang Keluarga pada Oktober – menunjukkan, ada kesulitan dan kejurangan di antara ajaran Gereja dan situasi aktual dari banyak umat.

“Gereja harus menjembatani jurang ini,” katanya, dalam bahasa Inggris, “tetapi Gereja harus menjelaskan dengan cara baru tentang keluarga dan perkawinan guna membantu umat dan tetap setia pada Injil.”

Renungan Hari Raya Kabar Sukacita, Thn A

Renungan Hari Raya Kabar Sukacita, Thn A/II
Bac I   : Yes 7: 10 – 14, 8: 10; Bac II      : Ibr 10: 4 – 10;
Injil     : Luk 1: 26 – 38

Hari ini Gereja Universal merayakan Hari Raya Kabar Sukacita. Yang dimaksud dengan hari raya ini adalah peristiwa Bunda Maria menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel. Injil hari ini mengisahkan peristiwa tersebut. Dasar penetapan perayaan ini mungkin berdasarkan hitungan kehamilan yang umumnya sembilan bulan. Gereja sudah menetapkan bahwa kelahiran Yesus terjadi pada tanggal 25 Desember, maka jika dihitung mundur, hari ini genap 9 bulan. Karena itulah, di saat Maria menjawab “ya” atas rencana Allah, Yesus bersemayam dalam rahimnya. Jadi, Yesus, sebagaimana manusia lainnya, berada dalam rahim ibunya selama 9 bulan.

Karena tema umum perayaan hari ini adalah sukacita, maka bacaan-bacaan liturgi pun mewartakan sukacita. Dalam bacaan pertama, Yesaya mengungkapkan nubuat sukacita akan kehadiran Immanuel melalui seorang perempuan. Nubuat sukacita Yesaya ini terpenuhi dalam diri Bunda Maria yang terbaca dalam Injil hari ini.

Penulis Kitab Kepada Orang Ibrani, dalam bacaan kedua, tidak hanya berhenti pada penerimaan Bunda Maria atas warta sukacita. Memang hal itu mendatangkan sukacita. Akan tetapi, penulis melihat peran dari Yesus yang dikandung Bunda Maria, yaitu menebus dosa umat manusia. Inilah sukacita terbesar, karena betapa Allah mengasihi umat-Nya sehingga rela mengorbankan Putera-Nya untuk keselamatan manusia. Jadi, penulis tidak berhenti pada sukacita penerimaan kabar gembira, melainkan berlanjut pada sukacita penyelamatan.

Hari Raya Kabar Sukacita hendaknya menjadi sukacita bagi kita. Sabda Tuhan menyadarkan kita bahwa Allah begitu peduli dan mengasihi kita, sekalipun kita berdosa. Inilah hendaknya mendatangkan sukacita dalam hidup kita. Dan kita diajak untuk membagikan sukacita itu kepada sesama kita. Hari ini Tuhan menghendaki agar kita bersukacita atas kasih-Nya dan supaya kita saling berbagi sukacita.

by: adrian