SEJARAH KITAB SUCI
Setiap agama pasti mempunyai
Kitab Suci. Kitab suci diyakin sebagai pedoman hidup bagi umatnya. Akan tetapi,
soal asal mula Kitab Suci itu, tiap agama punya pandangan sendiri. Ada yang
mengatakan bahwa Kitab Sucinya langsung turun lari langit/sorga, ada pula yang
mengatakan Kitab Sucinya ditulis oleh manusia.
Bagaimana Kitab Suci orang
Katolik tercipta?
Sejarah
Terbentuknya Kitab Suci Perjanjian Lama
Kitab Suci Gereja Katolik
terdiri dari dua bagian, yaitu Perjanjian Lama (PL: 46 kitab) dan Perjanjian
Baru (PB: 27 kitab). Jadi, keseluruhannya ada 73 kitab. Kitab PL dapat dibagi dalam 3 bagian: Kitab Taurat, Kitab Para Nabi dan Naskah-naskah.
Lima buku pertama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan) adalah
intisari dan cikal bakal seluruh kitab PL. Kelima kitab ini dikenal dengan
sebutan Kitab Taurat atau Pentateuch.
Selama lebih dari 2000
tahun, Nabi Musa dianggap sebagai penulis Kitab Taurat ini. Karena itu, kitab
ini disebut juga Kitab Nabi Musa. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat
memastikan siapa yang menulis Kitab Taurat ini.
Lama kemudian Kitab Para
Nabi dan Naskah-naskah ditambahkan kepada Kitab Taurat dan membentuk Kitab PL. Kapan
tepatnya isi dari kitab-kitab PL ditentukan dan dianggap sudah lengkap, tidaklah
diketahui dengan pasti. Yang jelas, setidaknya sejak lebih dari 100 tahun
sebelum kelahiran Kristus, Kitab PL sudah ada seperti yang sekarang ini.
Bahasa awal Kitab PL adalah
Bahasa Ibrani. Namun ketika orang Yahudi terusir dari Palestina dan akhirnya
menetap di berbagai tempat, mereka kehilangan bahasa aslinya dan mulai
berbicara dalam bahasa Yunani. Waktu itu, Bahasa Yunani merupakan bahasa
internasional. Dari sinilah mulai dirasakan perlunya Kitab Suci berbahasa
Yunani.
Maka pada masa pemerintahan Ptolemius
II Philadelphus (285 – 246 SM) dimulailah proyek penerjemahan Kitab Suci ke
dalam Bahasa Yunani. Proyek ini dikerjakan oleh 70 ahli kitab Yahudi.
Terjemahan ini diselesaikan sekitar tahun 250 – 125 SM, dan disebut Septuaginta
(bahasa Latin yang berarti 70; merujuk ke 70 ahli tadi). Kitab ini diakui
sebagai Kitab Suci resmi (kanon Aleksandria) bagi kaum Yahudi yang berada di
perantauan.
Setelah Yesus wafat, para
murid-Nya tidak menjadi punah. Pada sekitar tahun 100 Masehi, para rabbi
berkumpul di Jamnia, Palestina (mungkin sebagai reaksi terhadap jemaat
perdana). Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan empat kriteria untuk
menentukan kanon Kitab Suci mereka. Atas kriteria itu mereka mengeluarkan 7
kitab dari kanon Aleksandria (Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh,
Baruks, 1 dan 2 Makabe). Hal ini dilakukan semata-mata atas alasan bahwa mereka
tidak menemukan versi Ibrani.