Kamis, 31 Juli 2014

Menghadapi Atasan Lebih Muda

MENGHADAPI ATASAN LEBIH MUDA
Beberapa perusahaan biasanya lebih mengutamakan pimpinan yang berusia muda. Salah satu alasannya, usia muda identik dengan terobosan dan kebaruan. Nah, jika Anda memiliki atasan yang berusia jauh lebih muda, apa yang harus dilakukan?

Hal pertama yang sebaiknya dilakukan adalah tetap tenang. Rasa iri tentu muncul ketika melihat seorang anak muda tiba-tiba didapuk untuk menduduki posisi pimpinan. Hal tersebut sebenarnya wajar mengingat kini semakin banyak karyawan yang memulai karier di usia muda. Selain itu, kini semakin banyak juga perusahaan yang memberi kesempatan akselerasi karier kepada karyawan muda.

Hal kedua, yaitu patahkan stereotip yang mengatakan “orang tua tak semangat kerja”. Seorang karyawan yang bekerja terlalu lama di kantor biasanya identik dengan zona nyaman. Hal ini membuat mereka seperti “bekerja apa adanya”. Nah, untuk membuktikan bahwa hal tersebut kurang tepat, Anda bisa membuat gebrakan yang megejutkan. Misalnya, Anda bisa memuat inovasi yang mempermudah pekerjaan di kantor.

Hal ketiga, gunakan kemampuan parenting Anda. Mengingat faktor pengalaman yang masih sedikit, ada kalanya terobosan yang dibuat sang atasan terlalu klise. Misalnya, atasan memberikan usul untuk meningkatkan produksi dengan cara ekspansi. Padahal, hal ini sudah pernah dilakukan perusahaan dan ternyata kurang berhasil.

Sebagai karyawan yang baik, Anda bisa menggunakan kemampuan parenting. Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Wah, itu ide bagus, tetapi menurut saya….” Intinya, Anda bisa mengambil sikap yang mendukung, tak merendahkan dan memberikan saran secara baik.

Hal keempat, bekerja profesional. Ada kalanya atasan memberikan tugas yang cukup banyak. Dalam hal ini, Anda harus melihat dari sisi positif, bukan negatif. Sisi positifnya, atasan sangat percaya dengan kemampuan Anda. Namun, jika dirasa tugas yang diberikan terlalu banyak, Anda bisa mendiskusikan dengan atasan secara profesional.

Hal kelima yaitu posisikan diri Anda sebagai karyawan, bukan orang tua. Jika atasan berusia muda, bahkan seusia anak Anda, ada kalanya sifat orang tua muncul. Misalnya, ketika atasan berbuat salah, Anda ingin langsung menasehati. Sifat ini memang secara naluriah muncul. Namun, Anda sebaiknya ingat posisi di rumah dan kantor yang berbeda.

sumber: Kompas, 19 Juli 2014, hlm 36.

Baca juga

2.      Pemimpin dari Dalam

Orang Kudus 31 Juli: St. Yohanes Columbini

BEATO YOHANES COLUMBINI, PENGAKU IMAN
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia pada abad ke-14. Ia tergolong warga yang berkedudukan penting dalam masyarakat dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta kekayaannya semakin bertambah banyak.

Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi Allah dan sesama manusia dimulai dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku yang dibacanya dibuang jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan keadaan dirinya. Ia bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat di kota itu menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu mengikuti jejaknya.

Pada waktu itu di Propinsi Toskania merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.

Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.

Baca juga riwayat orang kudus 31 Juli:
1.      St. Ignasius Loyola

Renungan Hari Kamis Biasa XVII - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XVII, Thn A/II
Bac I   : Yer 18: 1 – 6; Injil            : Mat 13: 4753;

Hari ini Tuhan masih menyampaikan pesan-Nya melalui perumpamaan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Yeremia, ada cerita tentang tukang pembuat periuk dari tanah liat. Dikisahkan bahwa ketika periuk awal rusak atau tidak baik, maka si pembuat akan mengubahnya lagi, mengolahnya kembali sehingga menjadi periuk yang sesuai dengan keinginan si tukang periuk. Bagi Yeremia, kisah ini mau menggambarkan Allah yang senantiasa ingin agar umat-Nya menjadi baik. Seperti tukang periuk, Allah senantiasa memberi kesempatan kepada umat-Nya yang rusak kelakuannya untuk bertobat sehingga menjadi baik dan hidup selaras dengan kehendak Allah.

Injil hari juga menampilkan pengajaran Tuhan Yesus tentang Kerajaan Sorga yang disampaikan-Nya dalam bentuk perumpamaan. Gambaran Kerajaan Sorga dalam perumpamaan itu terlihat seperti pengadilan terakhir, dimana akan diadakan pemisahan antara orang jahat dan orang baik. Orang jahat akan masuk ke alam siksa, sementara orang baik masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Dari perumpamaan ini tampak jelas pesan yang mau disampaikan Yesus, yaitu agar umat senantiasa berusaha untuk menjadi ikan yang baik, bahasa lain untuk menjadi manusia baik, yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu, selalu terbuka pintu tobat bagi mereka yang jahat untuk berubah menjadi baik.

Periuk yang dibuat tukang periuk tak selamanya selalu baik dari awal; pasti ada satu dua yang gagal, dan tukang periuk akan mengolahnya kembali. Ikan yang dijaring nelayan pun tak selalu ikan yang bagus semuanya; pasti ada ikan yang jelek, yang tak sesuai dengan keinginan nelayan. Dalam kehidupan, baik dan buruk itu pastilah selalu ada. Tak semua hal itu baik atau buruk semuanya. Akan tetapi, sabda Tuhan hari ini menyatakan bahwa Tuhan selalu ingin agar kita menjadi baik selalu. Sekalipun kita pernah jadi manusia yang jahat, Tuhan akan berusaha mengolah kembali agar kita menjadi baik. Karena itu, Tuhan menyediakan kesempatan untuk bertobat. Melalui sabda-Nya Tuhan menghendaki agar kita, seperti tanah liat, membiarkan diri dibentuk oleh Tuhan menjadi periuk yang dikehendaki-Nya.

by: adrian

Rabu, 30 Juli 2014

Ciri Umum Geng Anak

CIRI-CIRI GENG ANAK-ANAK
      ·        Geng anak-anak merupakan kelompok bermain
      ·        Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak
      ·        Anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama
    ·        Pada mulanya geng terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olah raga
      ·        Geng anak laki-laki sering terlibat dalam perilaku sosial buruk daripada anak perempuan
    ·        Kegiatan geng yang popular meliputi permainan dan olah raga, pergi ke bioskop dan berkumpul untuk berbicara atau makan bersama
   ·        Geng mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa
    ·        Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama
    ·        Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 156.

Orang Kudus 30 Juli: St. Yustinus de Yakobis

SANTO YUSTINUS DE YAKOBIS, USKUP & PENGAKU IMAN
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya. Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditabhiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.

Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun, ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.

Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolose-kolose Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolose-kolose.

Pada tahun 1860, Kadaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan. Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju ke Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.

Baca juga riwayat orang kudus 30 Juli
St. Petrus Krisologus

Renungan Hari Rabu Biasa XVII - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XVII, Thn A/II
Bac I   : Yer 15: 10, 16 – 21; Injil           : Mat 13: 4446;

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara mengenai sikap kita terhadap hal-hal rohani. Dalam bacaan pertama hal-hal rohani itu dinyatakan dengan perkataan atau firman Allah. Dalam kitabnya, Yeremia mengatakan bahwa sikapnya ketika berhadapan dengan firman Allah adalah sukacita dan menikmatinya. Bagi Yeremia sabda Tuhan jauh lebih berharga dan lebih baik dari sekedar obrolan atau senda gurau dengan sesama. Di sini Yeremia meminta umat untuk mengikuti semangatnya dalam mencari dan menerima sabda Tuhan.

Dalam Injil, hal-hal rohani itu diungkapkan dengan istilah Kerajaan Sorga. Injil hari ini menampilkan pengajaran Tuhan Yesus tentang Kerajaan Sorga yang disampaikan-Nya dalam bentuk perumpamaan. Melalui perumpamaan itu terlihat bahwa Kerajaan Sorga merupakan sesuatu yang amat sangat berharga dan penting bagi hidup sehingga orang rela menjual seluruh miliknya demi mendapatkan sesuatu itu. Sekalipun seluruh miliknya dijual, orang itu tidak merasa sedih atau cemas akan hidupnya kelak. Sebaliknya ia merasa sukacita. Di sini Tuhan Yesus menyatakan bahwa berhadapan dengan Kerajaan Sorga orang mesti bersukacita dan berusaha untuk mendapatkannya.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa hal-hal rohani itu merupakan sesuatu yang berharga dan penting dalam kehidupan kita sehingga kita harus berjuang mengusahakannya. Dalam perjuangan itu kita dituntut untuk rela berkorban, mengorbankan sesuatu yang sudah sekian lama menjadi milik kita. Dan dalam berkorban itu, hendaknya kita melakukannya dengan sukacita, bukan dengan kekecewaan atau sedikit kesedihan karena ada yang hilang dari diri kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya.

by: adrian

Selasa, 29 Juli 2014

Orang Kudus 29 Juli: St. Simplisius, Faustinus & Beatriks

SANTO SIMPLISIUS, FAUSTINUS & SANTA BEATRIKS, MARTIR
Ketiga bersaudara ini adalah warga kota Roma yang telah menganut agama Kristen. Mereka dibunuh karena imannya sekitar tahun 303 – 304. Menurut cerita, Simplisius dan Faustinus dianiaya dan dipancung kepalanya karena tidak mau meninggalkan imannya kepada Kristus. Mayat keduanya dibuang ke dalam sungai Tiber.

Beatriks, saudari mereka, berusaha menemukan kembali jenazah Simplisius dan Faustinus di sungai Tiber dan menguburkannya di pekuburan Generosa di jalan ke Porto. Tujuh buan kemudian, Beatriks sendiri ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian ia dihukum mati di penjara pada tanggal 11 Mei. Jenazahnya dikuburkan oleh orang-orang Kristen lainnya.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun, hlm 368
baca juga riwayat orang hari ini
St. Martha

(Pencerahan) Dalam Genggaman Penguasa

DALAM GENGGAMAN PENGUASA

Di dunia ini penguasa itu identik dengan pemegang kuasa. Ada banyak kuasa di dalam genggaman tangannya, yang dapat menentukan nasib orang lain. Memang tetap harus diakui bahwa hidup mati ada dalam kuasa Tuhan, meski dalam arti tertentu dapat juga dipindahkan ke tangan manusia yang memiliki kuasa tadi.

Kalau penguasa alam semesta itu hanya ada satu, yaitu Tuhan Allah, maka penguasa di dunia ini ada banyak, tergantung bidangnya. Untuk sebuah negara, penguasanya adalah kepala pemerintah, meski teorinya mengatakan bahwa rakyatlah pemilik kuasa itu. Di bidang hukum, hakimlah penguasanya. Dialah pemegang keputusan bersalah atau tidaknya seseorang.

Untuk lingkup Gereja, misalnya di keuskupan, pemegang kuasa itu adalah uskup. Inipun masih ada catatannya, yaitu bahwa menurut teorinya kekuasaan dalam Gereja itu berarti pelayanan dan pengabdian. Tapi, itu lebih pada teori. Karena, sebagaimana lazim terjadi, tidak banyak teori sejalan dengan prakteknya.

Karena dengan kuasa yang dimiliki itu, sang penguasa dapat menentukan nasib orang lain, maka wajar bila banyak orang berusaha dan berjuang agar bisa dekat dengan penguasa. Kedekatan ini tentulah akan berdampak positip baginya. Dan supaya bisa dekat dengan sang penguasa itu, berbagai cara pun dilakukan. Salah satunya adalah menjilat. Dari sinilah muncul istilah ABS (Asal Bapak Senang).

Ada banyak manfaat yang diperoleh dari kedekatan relasi dengan penguasa ini. Salah satunya adalah perlindungan. Dengan adanya perlindungan, orang akan merasa aman dan nyaman. Apapun tindakannya, bahkan salah sekalipun, orang tetap dilindungi berkat perlindungan tadi. Karena itu, orang salah bisa jadi tidak disalahkan. Jika melakukan hal yang benar, maka pujian akan melambung tinggi melampaui langit, meski sebenarnya biasa-biasa saja. Ada banyak orang lain melakukan hal yang serupa, bahkan mungkin lebih lagi, namun tidak mendapat apresiasi karena tidak adanya kedekatan relasi dengan penguasa. Sekali lagi, ini semua karena kedekatan dengan penguasa.

Di negara, pelaku kejahatan (entah itu narkoba, korupsi atau lainnya) dapat melenggang bebas berkat adanya relasi yang dekat dengan penguasa. Di keuskupan, imam-imam bermasalah tidak akan dipermasalahkan karena kedekatannya dengan uskup. Malah mungkin ia akan dibela dan justru orang lain yang menjadi biang permasalahan. Akan tetapi, jika tidak punya relasi dekat dekat dengan uskup, imam bermasalah tetap menjadi masalah, dan ia akan dipermasalahkan.

Sungguh, enaknya punya relasi dekat dengan penguasa. Orang yang salah jadi tidak dipersalahkan dan orang bermasalah menjadi tidak dipermasalahkan. Semua itu berkat kedekatan relasi dengan sang penguasa. Namun, ini hanya terjadi di dunia. Jauh berbeda dengan di akhirat atau di hadapan Tuhan Allah, karena Sang Penguasa Agung adalah Hakim yang jujur dan adil. Tuhan tidak akan berkompromi dengan kesalahan atau kejahatan, meski bagi-Nya selalu terbuka pintu tobat.
Jakarta, 17 Juni 2014

Renungan Hari Selasa Biasa XVII - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XVII, Thn A/II
Bac I    Yer 14: 17 – 22; Injil             Yoh 11: 19 – 27;

Bacaan pertama hari ini menampilkan “curhatan” Allah dan umat-Nya. Dalam kitabnya, Yeremia menyampaikan bahwa Allah sangat kecewa pada umat pilihan-Nya, yaitu bangsa Israel. Kekecewaan Allah itu dilukiskan dengan ungkapan menangis siang dan malam tiada hentinya. Allah meratapi umat-Nya karena mereka telah menyimpang. Akan tetapi, umat Israel juga menyadari akan keberdosaannya. Mereka berharap agar Tuhan tidak menjatuhkan hukuman yang berat atas mereka karena perbuatan jahat mereka. Hanya kepada Tuhan Allah saja mereka dapat berharap, karena memang DIA-lah pengharapan mereka. Di balik pengharapan ini terlihat bahwa mereka percaya kepada Allah.

Gambaran Nabi Yeremia ini terlihat juga dalam Injil hari ini, secara khusus dalam komunikasi antara Tuhan Yesus dan Martha. Diceritakan bahwa saat itu Martha sedang bersedih karena kematian Lazarus, saudaranya. Ketika ia mendengar bahwa Tuhan Yesus datang, ia segera menemui-Nya dan menyampaikan harapannya. Martha berharap sekiranya Tuhan Yesus ada saat itu, tentulah saudaranya itu tidak mati. Akan tetapi, Yesus memenuhi harapannya itu, karena ia adalah pengharapan itu. “Akulah kebangkitan dan hidup.” (ay. 25), kata Yesus. Dan di balik harapan Martha, terbersit kepercayaannya.

Sabda Tuhan hari ini mau menyatakan kepada kita bahwa ada hubungan antara harapan dan sikap percaya. Harapan membuahkan sikap percaya. Dan sikap percaya melahirkan sikap berserah. Sikap-sikap inilah yang hendaknya dihidupi oleh kita. Melalui sabda-Nya Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa menaruh harapan dan percaya kepada Tuhan. Pada Tuhan-lah harapan kita serahkan dan kita bercaya Dia akan menjawabnya.

by: adrian

Senin, 28 Juli 2014

(Refleksi) Relasi Demi Kenyamanan

RELASI DEMI KENYAMANAN
No man is an island. Manusia adalah makhluk sosial. Kesosialan membuat manusia hidup bersama dan berdampingan dengan orang lain. Agak susah menemukan manusia yang hidup seorang diri dalam lingkungan manusia, karena ketika lahir pun ia sudah berada dalam lingkungan sosial. Agar dapat terhubung dengan orang lain, setiap manusia membangun sebuah relasi personal. Di mana pun manusia berada, ia akan membangun relasi.

Waktu masih kuliah, beberapa rekan dari Flores sangat giat menjalin relasi dengan beberapa keluarga di mana dia berada. Sekalipun ada perbedaan latar belakang budaya, karena sifat sosial tadi, membuat relasi yang dijalin terbangun. Dari jalinan itu banyak yang akhirnya menjadi erat sehingga rekan itu dianggap sebagai anggota keluarga. Karena itu, sangat terkenal istilah papi dan mami bagi rekan-rekan dari Flores. Dan umumnya, dari rekan-rekan Flores saja yang memiliki mami dan papi ini.

Dengan adanya jalinan relasi ini, tentulah rekan-rekan ini mendapatkan sesuatu yang agak sulit diperoleh dari keluarganya yang nun jauh di seberang. Ia mendapat perhatian, dan tak jarang kebutuhannya pun terpenuhi.

Selesai kuliah dan akhirnya menjadi imam, beberapa rekan juga masih meneruskan “tradisi” membangun relasi. Di mana ia berkarya, ia berusaha menjalin relasi dengan umat. Dan kebanyakan relasi yang dibangun ditujukan kepada orang-orang berada atau berpunya. Tentulah pengalaman kuliah memberi pelajaran: relasi memberi perhatian dan terpenuhinya kebutuhan.

Karena itu, tak heran jika menemukan imam yang baru satu dua tahun imamat sudah hidup bergelimang harta kekayaan. Kalau ditanya, selalu jawabannya klasik, “Diberi umat.” Tentulah bukan umat sembarangan yang mau memberi. Umat yang dimaksud adalah umat kalangan tertentu yang sudah sedari awal dibina relasinya.

Akan tetapi, seakan ada sedikit pergeseran bangunan relasi tersebut. Awalan relasi itu bersifat jalinan, sekarang berubah menjadi ikatan. Ada orang tidak lagi sekedar menjalin relasi dengan umat, melainkan juga mengikat relasi tersebut. Kalau masih bersifat jalinan, untuk memenuhi kebutuhannya, ia hanya mengeluh di hadapan relasinya itu. Sabda menjadi daging. Keluhannya segera berwujud. Namun bila sudah menjadi ikatan, ia tidak lagi mengeluh, tetapi langsung meminta atau bahkan menuntut terpenuhinya keinginan.

Ada nuansa berbeda antara membangun, menjalin dan mengikat sebuah relasi. Membangun merupakan kebutuhan setiap manusia sebagai makhluk sosial untuk membuat relasi. Pada menjalin dan mengikat ada intensitas pada relasi. Mengikat memiliki intensitas yang lebih tinggi daripada menjalin. Di balik jalinan dan ikatan relasi itu ada interes pribadi. Karena itu, relasinya hanya ditujukan kepada orang atau keluarga-keluarga kaya saja.

Satu pertanyaan, kenapa orang selalu berusaha menjalin atau bahkan mengikat relasi? Satu jawabannya adalah DEMI KENYAMANAN. Orang ingin nyaman, baik secara fisik maupun psikis. Dia butuh diperhatikan. Dia butuh harta benda yang tidak mungkin dapat diperoleh dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Artinya, jika hanya mengandalkan gaji sebulan, tak mungkinlah ia dapat mempunyai harta benda yang berlimpah itu. Karena itu, setelah menjalin, ia berusaha mengikat relasi.

Terlihat jelas bahwa dalam menjalin dan/atau mengikat relasi, pusat relasi adalah AKU. Relasi yang telah tercipta harus terarah pada kepentinganku. Aku diperhatikan. Keinginanku terpenuhi.

Hal ini bertentangan dengan orang yang hanya berusaha membangun relasi. Karena sadar akan kesosialannya, maka ia akan membuat relasi dengan siapa saja. Malahan orang kecil tersisih mendapat prioritas. Yesus adalah contohnya. Selama hidupnya Tuhan Yesus selalu membangun relasi dengan siapa saja: dengan orang bodoh dan pintar, orang berdosa dan tidak berdosa, pria dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak, orang sehat dan sakit, dll. Dalam berelasi itu, Yesus tidak berusaha menjalin relasi, apalagi mengikat relasi dengan mereka. Tak pernah Yesus meminta sesuatu dari mereka, justru Dia selalu memberi dan memberi.
Pangkalpinang, 23 Juli 2014
by: adrian
Baca juga:

Renungan Hari Senin Biasa XVII - Thn II

Renungan Hari Senin Biasa XVII, Thn A/II
Bac I    Yer 13: 1 – 11; Injil             Mat 13: 31 – 35;

Kesamaan sabda Tuhan hari ini ada pada perumpamaan. Kedua bacaan liturgi menampilkan perumpamaan sebagai media pengajaran Allah. Dalam bacaan pertama Allah menyampaikan pesan buat bangsa Israel, melalui nabi-Nya, yaitu Yeremia, lewat perbandingan ikat pinggang. Yeremia mengikuti semua permintaan Allah berkaitan dengan ikat pinggang. Akhir dari perjalanan ikat pinggang itu adalah kehancuran. Ini untuk menggambarkan bangsa Israel yang akan hancur karena kesombongannya.

Injil hari ini menampilkan perumpamaan Tuhan Yesus tentang Kerajaan Allah. Yesus mengibaratkan Kerajaan Allah itu seperti biji sesawi atau ragi yang awalnya kecil namun akhirnya menjadi besar dan bermanfaat bagi burung atau hal lainnya. Di sini Yesus seakan mau menyatakan bahwa Kerajaan Allah itu bukan berawal dari sesuatu yang luar biasa, melainkan dari sesuatu yang kecil dan sederhana. Dapat juga dikatakan bahwa melalui perumpamaan ini Tuhan Yesus mau menghargai proses daripada hasil. Karena hasil itu diperoleh dari sebuah proses yang tidak selalu singkat dan instan, melainkan lama.

Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan hendak memberitahu kita bahwa terkadang Tuhan menyampaikan sesuatu pesan kepada kita tidak secara langsung. Tuhan bisa saja menggunakan media lain atau perbandingan. Namun intinya adalah diri kita; dan pesannya adalah perubahan dalam hidup kita. Karena itu sangat dibutuhkan keterbukaan hati dan budi dalam menangkap pesan-pesan Tuhan dalam kehidupan kita. Inilah yang dikehendaki Tuhan lewat sabda-Nya. Tuhan tidak menghendaki agar kita mengabaikan setiap pesan-Nya hanya karena pesan itu tidak berbicara langsung tentang diri kita.

by: adrian

Minggu, 27 Juli 2014

Orang Kudus 27 Juli: St. Aurelius & Natalia

SANTO AURELIUS & SANTA NATALIA, MARTIR
 
Orang tua suami isteri ini beragama islam. Karena Natalia dan temannya Liliosa, isteri Felikx, seorang yang pernah murtad menjadi islam tetapi kemudian berbalik lagi, tidak memakai cadar, maka mereka dituduh murtad dari islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat berkhotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba, Spanyol, pada masa pemerintahan Emir Abd Ar – Rahman II pada tahun 852.

Baca juga riwayat orang kudus 27 Juli
St. Pantaleon

Suara Vatikan Menyambut Idul Fitri

DEWAN KEPAUSAN UNTUK DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA
Menuju Persaudaraan Sejati antara umat Kristiani dan Muslim
PESAN UNTUK AKHIR RAMADAN
‘Id al-Fitr 1435 H. / 2014 M.
 Kota Vatikan

Muslimin dan Muslimahyang terkasih,
Pada akhir Bulan Suci Ramadan, yakni bulan yang dikhususkan untuk berpuasa, berdoa dan membantu orang miskin, dengan penuh sukacita kami mengucapkan kepada saudara sekalian Selamat Hari Raya ‘Id al-Fitr.

 Tahun lalu, yakni tahun pertama masa pelayanannya, Paus Fransiskus sendiri menandatangani Pesan yang ditujukan kepada saudara-saudari pada kesempatan ‘Id al-Fitr. Pada kesempatan lain, Beliau menyapa Anda sekalian sebagai “saudara-saudari kami” (Pesan doa Angelus, 11 Agustus 2013). Kita semua dapat menyadari makna yang sebenarnya dari kata-kata ini. Sesungguhnya, kaum Kristiani dan Muslim adalah saudara satu sama lain, anggota dari keluarga umat manusia yang diciptakan oleh Allah yang satu.

Mari kita ingat kembali apa yang dikatakan Paus Yohanes Paulus II kepada para pemimpin agama Islam pada tahun 1982:
Kita semua, kaum Kristiani dan Muslim, hidup di bawah matahari dari satu Allah yang penuh belas kasih. Kita semua percaya akan Allah  Pencipta manusia. Kita mengakui keagungan Allah dan membela martabat manusia sebagai hamba Allah. Kita menyembah Allah dan ingin berpasrah sepenuhnya kepada-Nya. Dengan demikian, sesungguhnya kita bisa memandang satu sama lain sebagai saudara dalam iman akan satu Allah yang Esa. (Kaduna, Nigeria, 14 Februari, 1982).

Mari kita bersyukur kepada Yang Mahatinggi akan segala hal yang kita miliki bersama, sambil tetap menyadari perbedaan-perbedaan kita. Kita menyadari perlunya mempromosikan dialog yang berbuah melimpah dan dibangun atas dasar sikap saling menghormati dan persahabatan. Terinspirasi oleh nilai-nilai yang kita miliki bersama dan diperkuat oleh rasa persaudaraan kita yang sejati, kita dipanggil untuk bekerja-sama demi terwujudnya keadilan, perdamaian serta perlindungan hak-hak dan martabat setiap manusia. Kita merasa bertanggung-jawab terhadap mereka yang membutuhkan: yakni orang miskin, sakit, anak yatim, imigran, korban perdagangan manusia, dan pecandu segala jenis ketergantungan.

Seperti kita ketahui, dunia zaman sekarang sedang menghadapi tantangan berat yang menuntut solidaritas dari semua orang yang berkehendak baik. Tantangan ini mencakup ancaman terhadap lingkungan hidup, krisis ekonomi global, dan tingkat pengangguran yang tinggi, khususnya di kalangan kaum muda. Situasi seperti ini menimbulkan rasa terancam dan kehilangan harapan untuk masa depan. Kita juga tidak boleh melupakan masalah yang sedang dihadapi oleh sedemikian banyak keluarga yang terpisahkan, hidup terpisah dari orang tercinta, termasuk seringkali anak-anak kecil.

Mari kita kerja-sama untuk membangun jembatan perdamaian dan mempromosikan rekonsiliasi, terutama di daerah-daerah di mana orang Muslim dan Kristiani bersama-sama menjadi korban kekejaman perang.

Semoga persahabatan kita senantiasa menginspirasi kita untuk bekerja-sama dalam menghadapi tantangan yang begitu banyak dengan sikap bijak dan penuh perhatian. Dengan demikian kita akan memberi kontribusi untuk mengurangi ketegangan dan konflik, demi perkembangan kesejahteraan umum. Kita akan juga membuktikan bahwa agama-agama dapat menjadi sumber keharmonisan demi kebaikan seluruh masyarakat.

Mari kita berdoa agar rekonsiliasi, keadilan, perdamaian, dan kemajuan tetap menjadi prioritas utama kita, demi kesejahteraan dan kebaikan segenap keluarga umat manusia.

Dengan tulus hati, bersama dengan Paus Fransiskus, kami mengucapkan  kepada Mulsimin dan Muslimah sekalian damai sejahtera dan selamat merayakan Hari Raya yang penuh sukacita.

Dari Vatikan, 24 Juni 2014
                              ttd                                                                              ttd
Kardinal Jean-Louis Tauran
Presiden
 Pastor Miguel Ángel Ayuso Guixot, MCCJ
Sekretaris

DEWAN KEPAUSAN UNTUK DIALOG ANTAR UMAT  BERAGAMA
00120 Vatican City
 Tel: +39.06.6988 4321
Fax: +39.06.6988 4494
E-mail: dialogo@interrel.va
http://www.pcinterreligious.org/