Selasa, 08 Juni 2021

APAKAH YOHANES MERAGUKAN KEMESIASAN YESUS


 

Kita tentu pernah mendengar atau membaca kisah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (lih. Mat 3: 13 – 17). Awalnya Yohanes menolak itikad Yesus untuk dibaptis. Ada kemungkinan bahwa Yohanes kenal siapa Yesus itu. Yohanes justru merasa bahwa dirinya-lah yang harus dibaptis oleh Yesus. Artinya, Yohanes sadar kalau posisi dia di bawah Yesus, sehingga ia tidak layak melakukan pembaptisan. Namun Yesus tetap memintanya untuk membaptis, karena hal itu dilihat sebagai penggenapan kehendak Allah (ay. 15).

Setelah pembaptisan, terjadilah sebuah peristiwa adikodrati. Langit terbuka, Roh Kudus, seperti burung merpati, turun atas Yesus, dan terdengar sebuah suara, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Peristiwa ini dilihat sebagai pemakluman kemesiasan Yesus. Ada kemungkinan bahwa Yohanes melihat atau menyaksikan peristiwa tersebut. Karena itu, kesimpulannya adalah bahwa Yohanes yakin akan kemesiasan Yesus.

Akan tetapi, bila kita membaca Matius 11: 2 – 3 kita akan berkesimpulan kalau Yohanes Pembaptis meragukan Yesus. "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain? Demikian pertanyaan Yohanes yang disuarakan para muridnya. Memang, kalau dibuat urutannya, baik dari aspek historis maupun tata letak, peristiwa Matius 3 terjadi lebih dahulu dari Matius 11. Karena itu, pantas bila orang berkesimpulan Yohanes Pembaptis meragukan kemesiasan Yesus.

Muncul pertanyaan, kenapa Yohanes meragukan kemesiasan Yesus? Bukankah sebelumnya dia kenal akan Yesus? Bukankah sebelumnya dia yakin akan kemesiasan Yesus? Kenapa dia meminta para muridnya untuk mempertanyakan status Yesus?