Jumat, 09 Agustus 2019

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XIX-C

Renungan Hari Minggu Biasa XIX, Thn C
Bac I  Keb 18: 6 – 9; Bac II       Ibr 11: 1- 2, 8 – 19;
Injil    Luk 12: 32 – 48;
Bacaan-bacaan liturgi hari Minggu ini hendak berbicara tentang iman. Bacaan kedua, yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani, memberikan pendasaran tentang iman. Dikatakan bahwa iman merupakan  “dasar dari segala sesuatu yang kita harapan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (ay. 1). Untuk menguatkan pendasaran tersebut, penulis memberikan contoh dari sejarah bangsa Israel, yaitu Abraham, yang dikenal sebagai Bapa Orang Beriman.
Ungkapan iman terlihat juga dalam bacaan pertama. Dalam Kitab Kebijaksanaan diungkapkan bagaimana orang-orang beriman menyatakan dirinya. Secara implisit, penulis Kitab Kebijaksanaan mau mengidentifikasi iman dengan sikap berserah diri (seperti Abraham) kepada “kewajiban ilahi” sehingga mereka “akan mengambil bagian baik dalam hal-hal baik maupun dalam bahaya.” (ay. 9).
Salah satu tantangan iman adalah godaan duniawi yang membuat orang jadi gelisah, takut dan diliputi kekhawatiran. Godaan-godaan duniawi itu dapat berupa kekayaan, jabatan (kekuasaan) dan prestise (bandingkan dengan 3 godaan Yesus di padang gurun). Karena itulah, dalam Injil Tuhan Yesus mengajak para murid untuk tidak takut (ay. 32). Di balik ajakan itu, Tuhan Yesus menghendaki supaya para murid berserah diri kepada penyelenggaraan ilahi (dengan kata lain: beriman). Dengan beriman, para murid tidak melulu memusatkan hati, budi dan hidupnya hanya kepada hal-hal duniawi, melainkan juga mengarahkannya kepada “suatu harta di sorga.” (ay. 33).
Manusia memang hidup di dunia, namun hidupnya tidak melulu terarah pada hal-hal duniawi. Sekalipun hidup di dunia, hidup manusia terarah ke sorga. Sebagai makhluk dunia adalah wajar bila manusia tak dapat lepas dari barang-barang duniawi. Selagi tinggal di dunia, manusia boleh bersentuhan dengannya. Akan tetapi, janganlah benda-benda duniawi itu mengingat manusia untuk tetap di dunia dan melupakan arah tujuannya ke sorga. Hal inilah yang hendak disampaikan Tuhan melalui bacaan-bacaan liturginya. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki supaya manusia terus menyadari akan arah hidupnya yang tertuju ke sorga sehingga tidak perlu merasa takut akan hal-hal duniawi.
by: adrian