Jumat, 26 September 2014

Kenapa Gramedia Bakar Buku "5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia"?


Sekitar minggu pertama bulan Maret 2012, Gramedia menerbitkan sebuah buku karya terjemahan karangan Douglas Wilson dengan judul “5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia”. Minggu kedua Maret buku terjemahan itu mulai diedarkan. Dari data, Gramedia mencetak buku itu sebanyak 3.000 eksemplar; dan buku yang sudah laku terjual hingga awal Juni sebanyak 489 eksemplar.

Pada hari Senin, 11 Juni 2012, seorang warga bernama Irwan Arsidi melapor Gramedia Pustaka Utama ke Polda Metro Jaya, berkaitan dengan isi buku terjemahan itu. Pihak Gramedia (ada 3 orang) disangkakan telah melakukan kejahatan terhadap ketertiban umum atau dikenai pasal 156 ayat a, pasal 157 ayat 1 dan pasal 484 ayat 2 KUHP.

Pangkal masalah terdapat pada halaman 24 buku itu, di mana ada tulisan tentang nabi Muhammad SAW yang bertentangan dengan fakta, berkaitan dengan aktivitas beliau di kota Madinah. Bagi Irwan Arsidi uraian tersebut merupakan bentuk penghinaan dan bertentangan dengan agama islam. Irwan merasa dirugikan dengan beredarnya buku itu. Seperti tak mau kalah dengan umatnya, MUI juga mengharapkan adanya tindakan disiplin oleh kalangan internal Gramedia terhadap pihak yang dilaporkan.

Agar tidak berdampak lebih luas dan lebih buruk, maka Gramedia Pustaka Utama langsung beraksi. Mereka langsung menarik kembali buku tersebut dan meminta maaf kepada seluruh umat islam di Indonesia. Direktur Utama PT Gramedia Pustaka Utama mengakui keteledoran penerbit karena menerjemahkan buku sesuai dengan buku aslinya. Artinya, mereka menerjemahkan isi buku apa adanya. Setelah meminta maaf dan menarik buku dari peredaran, pihak Gramedia langsung memusnahkan buku yang aslinya berjudul “5 Cities That Ruled the World”. Maka pada 13 Juni lalu, disaksikan beberapa pengurus MUI, Gramedia membakar 216 eksemplar. Sebelumnya Gramedia sudah memusnahkan 1.000 buku. Yang lain masih dalam perjalanan.

Orang Kudus 26 September: St. Elzear

SANTO ELZEAR, PENGAKU IMAN
Elzear dari Sabran lahir pada tahun 1285 di Kastil Saint-Jean de Robians, Provence, Perancis. Ia adalah putera keluarga bangsawan Sabran, dan pangeran Ariano. Elzear memperoleh pendidikan dari pamannya, William dari Sabran, abbas biasa St. Victor di Marseilles, Perancis. Ketika berusia enam belas tahun, Elzear menikahi Beata Delfina Glandieves, yang juga dikisahkan atas permintaan Charles II dari Naples. Elzear mengikuti cara hidup Beata Delfina yang tetap mempertahankan keperawanan mereka. Ketika berusia duapuluh tiga tahun, Elzear mewarisi tugas-tugas ayahnya. Elzear banyak membantu orang-orang miskin dan sakit di sekitarnya. Bersama Beata Delfina, mereka bergabung dengan Ordo Ketiga St. Fransiskus. Elzear juga dikisahkan beberapa kali menyembuhkan orang-orang yang sakit lepra. Elzear kemudian bertugas di istana Raja Robert dari Naples, sebagai pengajar bagi Charles, putera Robert. Elzear kemudian mendapat tugas sebagai duta besar untuk menjodohkan Charles dengan Marie dari Valois. Dalam melaksanakan tugasnya, Elzear jatuh sakit. Elzear meninggal dunia pada 27 September 1323 di Paris, Perancis. Pada tahun 1369, ia dikanonisasi oleh putera baptisnya, Paus Urbanus V

Baca juga riwayat orang kudus 26 September:

Renungan Hari Jumat Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Pkh 3: 1 – 11; Injil                Luk 9: 18 – 22;

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Pengkhotbah, penulis memberikan nasehat yang sangat menarik buat para pembacanya. Segala sesuatu ada saatnya (ay. 1). Nasehat Pengkhotbah ini mengingatkan orang akan adagium roda berputar, di mana ada saat yang bagian atas berada di bawah, dan yang bagian bawah berada di atas. Dengan nasehat ini penulis mau mengajak pembacanya untuk tidak larut dalam situasi yang dialami saat tertentu. Misalnya, di saat sedih, orang jangan terlalu larut dalam kesedihan, karena ada saatnya orang mengalami kegembiraan. Dengan mengikuti nasehat ini orang akan dapat menikmati hidup apa adanya.

Senada dengan apa yang diajarkan Pengkhotbah, Tuhan Yesus mengajak para murid-Nya untuk menahan diri dalam menyampaikan ke orang lain siapa Diri-Nya. Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus membuka tabir diri-Nya, baik menurut pendapat orang banyak maupun murid-murid sendiri. Pendapat para murid diwakili oleh Petrus dengan menjawab bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah (ay. 20). Tuhan Yesus melarang para murid-Nya untuk tidak memberitahukan kepada siapapun siapa diri-Nya, karena saatnya belum tiba. Artinya, akan ada saatnya murid-murid diperbolehkan memberitakan status Yesus itu.

Dewasa ini banyak orang berlomba-lomba untuk selalu menjadi yang pertama dan utama. Dalam perjuangannya itu, mereka jarang memikirkan berbagai pertimbangan. Yang penting dirinya menjadi orang yang pertama dalam segala hal. Ini membuat manusia hidup dalam ketergesa-gesaan. Hidup tidak sabar. Akibatnya, mereka jarang sekali menikmati hidup. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menghendaki kita untuk bersabar. Nasehat segala sesuatu ada saatnya mengajari kita untuk bersabar. Nasehat ini menunjukkan pada kita bahwa hidup itu memiliki dua sisi. Ia mengajak kita untuk tidak larut pada satu sisi saja dan melupakan sisi yang lain. Harus disadari bahwa Tuhan memiliki rencana tersendiri buat kita. Oleh karena itu, kita diajak untuk menikmati saja hidup ini.

by: adrian