Sabtu, 09 Juni 2012

(Pencerahan) Terima Apa Adanya


JANGAN BERUBAH

Aku sudah lama mudah naik darah. Aku serba kuatir, mudah tersinggung dan egois sekali. Setiap orang mengatakan bahwa aku harus berubah. Dan setiap orang terus menerus menekankan betapa mudah aku menjadi marah.

Aku sakit hati terhadap mereka, biarpun sebetulnya aku menyetujui nasehat mereka. Aku memang ingin berubah, tetapi aku tidak berdaya untuk berubah, betapapun aku telah berusaha.

Aku merasa paling tersinggung ketika sahabat karibku juga mengatakan bahwa aku mudah naik pitam. Ia juga terus menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui bahwa ia benar, meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku merasa sama sekali tidak berdaya dan terpasung.

Namun pada suatu hari ia berkata kepadaku, “Jangan berubah! Tetaplah seperti itu saja. Sungguh, tidak jadi soal, apakah engkau berubah atau tidak. Aku mencintaimu sebagaimana kau ada. Aku tidak bisa tidak mencintaimu.”

Kata-kata itu berbunyi merdu dalam telingaku: “Jangan berubah. Jangan berubah. Jangan berubah ... aku mencintaimu.” Dan aku menjadi tenang. Aku mulai bergairah. Dan, oh, sungguh mengherankan, aku berubah!

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

(Inspirasi Hidup) Jangan Berubah


JANGAN BERUBAH

Aku sudah lama mudah naik darah. Aku serba kuatir, mudah tersinggung dan egois sekali. Setiap orang mengatakan bahwa aku harus berubah. Dan setiap orang terus menerus menekankan betapa mudah aku menjadi marah.

Aku sakit hati terhadap mereka, biarpun sebetulnya aku menyetujui nasehat mereka. Aku memang ingin berubah, tetapi aku tidak berdaya untuk berubah, betapapun aku telah berusaha.

Aku merasa paling tersinggung ketika sahabat karibku juga mengatakan bahwa aku mudah naik pitam. Ia juga terus menerus mendesak supaya aku berubah. Aku mengakui bahwa ia benar, meskipun aku tidak bisa membencinya. Aku merasa sama sekali tidak berdaya dan terpasung.

Namun pada suatu hari ia berkata kepadaku, “Jangan berubah! Tetaplah seperti itu saja. Sungguh, tidak jadi soal, apakah engkau berubah atau tidak. Aku mencintaimu sebagaimana kau ada. Aku tidak bisa tidak mencintaimu.”

Kata-kata itu berbunyi merdu dalam telingaku: “Jangan berubah. Jangan berubah. Jangan berubah ... aku mencintaimu.” Dan aku menjadi tenang. Aku mulai bergairah. Dan, oh, sungguh mengherankan, aku berubah!

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Renungan Hari Sabtu Biasa IX - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa IX B/II
Bac I        2Tim 4: 1 – 8 ; Injil             Mrk 12: 38 – 44


Bacaan hari ini mau berbicara soal pemberian. Bacaan pertama, yang diambil dari surat Paulus yang kedua kepada Timotius, berkisah tentang pemberian diri Paulus bagi pelayanan Injil Tuhan. Bisa dikatakan bahwa pemberian diri itu bersifat total. Ini terlihat pada kalimat "darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat." (ay 6).
Bacaan Injil juga berkisah tentang pemberian atau sedekah dari seorang janda miskin. Apa yang dilakukan oleh si janda miskin itu merupakan sebuah pemberian dirinya yang total, karena dia memberi "semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (ay 44b). Berbeda dengan pemberian orang kaya. Mereka memberi yang sisa, sehingga masih ada banyak buat mereka. Si janda miskin memberikan apa yang ada padanya sehingga dia sendiri tidak punya apa-apa lagi. Perhatianlah tekanan pada kata "semua" dan "seluruh". Kata itu mengisyaratkan tidak ada sisa. Kata itu juga mengisyaratkan totalitas.
Sabda Tuhan hari ini bukan mau membicarakan soal banyak atau sedikitnya jumlah pemberian, melainkan sikap kita yang memberi. Orang kaya memberi dengan perhitungan: masih ada sesuatu untuk kehidupan saya. Di sini tampak sikap ketergantungan pada materi. Berbeda dengan janda miskin. Dia memberi tanpa ada perhitungan terhadap dirinya sendiri. Karena itulah semua yang ada padanya diserahkannya. Kalau dia memakai perhitungan, tentulah dia tak mau memberi. Di sini terlihat sikap lepas bebas terhadap materi dan sikap bergantung pada belas kasih Allah.
Rasul Paulus juga telah melakukan hal itu. Paulus telah melakukan pemberian diri secara total demi pelayanan Injil. Paulus mengibaratkannya sebagai suatu perlombaan atau pertandingan. Paulus hanya berjuang dan tetap terus berjuang dalam tugas pelayanan dan pemeliharaan iman.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mau dan berani memberikan apa yang kita miliki, bukan cuma untuk Tuhan melainkan juga untuk sesama. Memberi di sini tidak hanya sebatas urusan materi saja, tetapi juga yang non materi, seperti pemikiran, penghiburan, bantuan jasa, dll. Memberikan apa yang kita punyai kepada sesama merupakan wujud cinta kasih kepada sesama dan ibadat kita yang sejati. Dan pemberian diri kita ini hendaknya jangan disertakan dengan perhitungan. Kita harus memiliki sikap lepas-bebas.

by: adrian