Selasa, 17 Juni 2014

(P U I S I) Korupsi dan Gereja

KORUPSI DAN GEREJA
Korupsi kian merajalela
Korupsi ada di mana-mana
Di Negara, juga dalam gereja

            Korupsi bikin umat sengsara
            Laksana sapi perah
            Menyenangkan elit gereja
            Para imam yang adalah gembala

                        Kenapa korupsi melanda gereja
                        Merasuk sukma jiwa para gembala
                        Yang saat tahbis ikrar janji hidup sederhana

            Apakah para gembala tak tahan kemilau dunia
Ataukah umat yang buta mata
Percaya saja pada sang gembalanya
Meski tampil bak Dracula haus darah

Yang pasti iblis berjaya, setan tertawa
Bunda Gereja berduka
Air mata tercurah buat para gembala
Agar terwujud metanoia
Dan murka tidak melanda
                                                Jakarta, 15 Juni 2014
by: adrian


Baca juga:
3.      Ternyata

Anggapan Keliru Soal Seks

Ketidaktahuan membuat orang percaya dengan banyaknya persepsi mengenai seks. Tidak sedikit orang yang menganggap persepsi itu sebagai kebenaran, dan karenanya orang pun hidup dalam kebenaran itu. Padahal berbagai persepsi tentang seks itu belum tentu benar. Percaya tanpa berusaha mencari tahu terlebih dahulu justru bisa membuat kehidupan seks jadi terganggu.

Ada banyak anggapan keliru mengenai seks. Berikut ini akan ditampilkan empat anggapan keliru yang paling umum, sebagaimana dikutip dari All Womens Talk. Keempat anggapan keliru soal seks tersebut tidak hanya sekedar salah kaprah, melainkan bisa menyesatkan.

Seks kegiatan alami, tak perlu eksplorasi
Kegiatan seksual memang sebuah kegiatan alami. Naluri bisa mendorong seseorang melakukan seks. Namun untuk mempertahankan kegiatan seksual dalam sebuah hubungan pernikahan ada caranya tersendiri. Di sinilah letak perbedaan kita dengan binatang. Kita dan pasangan harus melakukan eksplorasi menyeluruh, agar kehidupan seksual tetap panas atau bergairah.

Wanita suka disayang, pria suka seks liar
Kegiatan seksual seringkali dibeda-bedakan melalui gender atau jenis kelaminnya. Sering pula disebutkan, pria hanya menginginkan kepuasan fisik semata, sedangkan wanita lebih mementingkan kepuasan batin. Namun anggapan ini tidak benar. Pada dasarnya baik pria maupun wanita sama-sama membutuhkan kepuasan seksual. Untuk mencapainya dibutuhkan kompromi dan komunikasi dengan pasangan. Dengan adanya komunikasi dan kompromi, maka terciptakan semangat saling menghargai dan saling pengertian.

Seks bukan untuk dibicarakan, tapi dilakukan
Anggapan ini sepenuhnya tidak benar. Berbicara mengenai kehidupan seks bisa meningkatkan kepuasan kita dan pasangan. Saling tukar pikiran akan membuat kita saling mengenal apa yang membuat kita puas.

Seks dilihat dari kuantitas
Anggapan ini sering kita dengar dalam layanan iklan. Orang melihat bahwa kuantitas seks atau ukuran alat genital merupakan ukuran kepuasan seks. Karena itu, banyak layanan iklan yang siap membantu untuk mewujudkan kuantitas alat genital demi tercapainya kepuasan seks. Padahal ukuran alat kelamin bukan menjadi ukuran kepuasan seks. Ingat, seks bukanlah segala-galanya dalam soal kepuasan. Seks bukan satu-satunya kegiatan fisik penentu kepuasan; masih ada perasaan cinta, sayang, serta saling menghormati di dalamnya.

Renungan Hari Selasa Biasa XI - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XI, Thn A/II
Bac I    1Raj 21: 17 – 29; Injil           Mat 5: 43 – 48;

Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang dosa sebagai wujud perbudakan diri. Karena memperbudak diri, banyak orang akhirnya jatuh ke dalam dosa dan tindakan kejahatan. Dalam bacaan pertama hal ini tampak dalam diri Raja Ahab. Melalui mulut Nabi Elia, Allah menilai bahwa Raja Ahab telah “memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.” (ay. 20). Pernyataan ini kembali diulang pada ayat 25. Ini menunjukkan bahwa Raja Ahab tidak bisa mengontrol dirinya, khususnya keinginannya, untuk memiliki kebun Nabot. Dia justru dikendalikan oleh nafsu sehingga akhirnya ia jatuh ke dalam dosa.

Dalam Injil, topik memperbudak diri terlihat dalam pengajaran Yesus yang revolusioner berkaitan dengan kasih pada musuh. Dikatakan revolusioner karena ajaran Yesus ini sungguh membaharui ajaran lama, yaitu “Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu!” (ay. 43). Yesus justru membalik paradigma lama. “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (ay. 44). Demikian sabda Tuhan Yesus. Dalam pengajaran-Nya ini Tuhan Yesus mengajak pendengar-Nya untuk tidak mengikuti dorongan naluri membalas dendam. Dengan membalas dendam berarti kita sudah memperbudak diri sendiri. Tuhan Yesus meminta pendengar-nya untuk bisa mengontrol diri dari niat balas dendam. Dengan demikian maka kita menjadi tuan atas diri kita.

Adalah kecenderungan hampir setiap orang untuk membalas atau membenci orang yang telah menyusahkannya. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk berkaca bahwa jika demikian apa bedanya kita dengan mereka yang sudah memusuhi kita. Tuhan menghendaki yang lain. Kita mendapat rujukan pada diri Allah Bapa. Hendaklah kami sempurna seperti Bapa di sorga. Di sini Tuhan menghendaki supaya kita tidak memperbudak diri, melainkan dapat mengontrol diri untuk menjadi “tuan” atas diri sendiri. Dengan menjadi “tuan” atas diri sendiri, maka kita dapat mengendalikan dorongan-dorongan negatif yang justru akan memperbudak kita.

by: adrian