Renungan
Hari Jumat Biasa XIX, Thn II
Bac I Yeh16: 1 – 15, 60, 63; Injil Mat 19: 3 – 20
Memperhatikan kedua bacaan
hari ini, kita menemukan pola yang sama. Ketika terjadi penyimpangan, Allah
mengajak umat-Nya untuk Kembali kepada prinsip kebenaran. Dalam bacaan pertama,
bentuk penyimpangan umat Israel itu adalah meninggalkan Allah. Dari situ Allah,
melalui mulut nabi Yehezkiel, mengingatkan bangsa itu akan kebaikan Allah
selama ini dan akan perjanjian mereka dengan Allah. Dalam bacaan Injil, bentuk
penyimpangan itu adalah perceraian. Dari sini Yesus mengingatkan mereka akan kisah
penciptaan manusia pertama, yaitu akan prinsip tak terpisahkannya suami istri.
Jadi, dapatlah dikatakan bahwa
sabda Tuhan hari ini hendak menyadarkan kita di saat hidup kita telah
menyimpang. Penyadaran itu bisa saja terjadi dengan sendirinya, bisa juga atas
bantuan pihak luar diri kita. Apabila kita menyadari hidup kita telah
menyimpang, hendaklah kita kembali kepada prinsip kebenaran. Misalnya, sebagai
suami saya tahu bahwa saya harus setia pada istri dalam suka dan duka. Karena itu,
ketika di luar saya tertarik dengan gadis cantik dan tergoda untuk selingkuh,
saya harus kembali ke prinsip kebenaran: seorang suami harus setia pada
istri dalam suka dan duka. Contoh lain, sebagai seorang istri, untuk
membatasi kelahiran saya menggunakan alat kontrasepsi. Tiba-tiba, dalam suatu
seminar di paroki, romo menjelaskan bahwa Gereja melarang penggunaan alat
kontrasepsi. Dengan kata lain, kontrasepsi merupakan bentuk pelanggaran atas
ajaran Gereja. Di sini saya disadarkan untuk kembali kepada prinsip kebenaran.
Masih banyak contoh lain lagi.
Pada intinya, sabda Tuhan tidak mau kita terus hidup dalam penyimpangan. Melalui
sabda-Nya, Tuhan menghendaki supaya kita kembali kepada prinsip kebenaran saat
kita menyadari diri kita atau hidup kita sudah menyimpang.
by: adrian