Sabtu, 18 Januari 2014

(Sharing Hidup) Liburan ke Pantai Parangtritis

JALAN-JALAN KE PARANGTRITIS
Tanggal 29 Desember, sesuai janji saya kepada Yovan, saya meninggalkan kontrakan Poldo menuju daerah Terban, belakang Mirota Kampus. Di sana ada Yohanes Fortunatus Jawa, adik kelas di Hokeng dan STSP Pematangsiantar. Saat itu, Yovan, demikian dia sering disapa, sedang kuliah di UGM. Dia utusan pemda Nagekeo. Sekitar jam 09.00 saya tiba di tempat kosannya.

Kami ngobrol santai soal masa lalu dan juga soal pekerjaannya. Tak lupa juga dia bertanya tentang keuskupan, sebagai pengobat rindu. Saya sangat terkesan dengannya. Selama kami ngobrol, alat-alat komunikasi jauh dari kami, seakan pembicaraan kami tak mau diganggu oleh media komunikasi tersebut.

Jam 12.30 kami keluar mencari makan. Setelah makan siang, kami meluncur ke Pantai Parangtritis dengan mengendarai motor. Ternyata jaraknya lumayan jauh dan sedikit melelahkan. Sebelum masuk Pantai Parangtritis, Yovan mengajak saya menuju Pantai Depok. Sebenarnya pantai ini masih satu pesisir. Malahan dengan Pantai Kukup dan Pantai Indrayanti juga masih “sekeluarga”, sebagai rumpun pantai Selatan.

Di pantai sudah ada banyak pengunjung. Satu hal yang unik dari pantai ini adalah pasirnya. Warna pasirnya hitam, tidak seperti saudara mereka, Pantai Indrayanti yang berpasir putih. Ombak laut cukup kencang. Banyak anak-anak dan orang tua mandi di bibir pantai, sesuai perintah yang tertulis di pantai. Di tepi pantai ada beberapa perahu nelayan ditambatkan. Mereka tidak melaut mungkin lantaran ombak.


Di pantai ada wahana rekreasi dengan menggunakan motor empat roda. Dengan motor ini orang bisa sedikit bermain-main ketangkasan. Namun waktu bermainnya dibatasi. Ruang bermainnya pun tidak luas.

Saya dan Yovan menghampiri sebuah warung. Kami memesan kelapa muda. Kami duduk menikmati kelapa muda sambil melihat-lihat pantai dengan segala macam aktivitasnya. Setelah merasa puas, kami pun beranjak menuju Parangtritis. Kami memilih jalan menyusuri pantai, mengingat Pantai Parangtritis masih satu jalur dengan Pantai Depok.


Suasana Pantai Parangtritis tidak jauh beda dengan tetangganya. Ombaknya besar, pasirnya hitam dan banyak orang bermain dan berenang di tepian pantai. Di sini pun ada wahana bermain motor empat roda. Yang membuat pantai ini memiliki nilai plus adalah di pantai ini biasa dijadikan tempat pendaratan atlet paralayang dan ada juga kereta kencana yang siap membawa pengunjung menyusuri pantai. Waktu kami tiba, ada sekitar 5 paralayang sedang melayang-layang di atas pantai.

Setelah lama menikmati panorama pantai, saya dan Yovan sependapat bahwa sebenarnya pantai Parangtritis dan Depok tak jauh beda dengan pantai-pantai yang ada di Flores. Di Flores pun banyak memiliki pantai yang eksotis. Akan tetapi, Flores kalah dalam promosi.

Dari Depok hingga Parangtritis, satu pertanyaan kami adalah sebenarnya apa yang bisa dinikmati dari kedua pantai ini. Mau berenang tak bisa puas, karena hanya sebatas bibir pantai saja. Paling datang hanya untuk menikmati deburan ombak dan teriknya matahari. Namun, biar bagaimanapun, saya akhirnya sudah menapakkan kakiku di pantai yang sering disebut-sebut orang.

Sekedar saran, kalau hendak mengunjungi Pantai Parangtritis atau Depok, ada baiknya datang mulai dari pukul 16.30, di saat matahari mulai redup teriknya. Alasannya, di sekitar pantai tidak ada pepohonan yang dapat menjadi tempat untuk berteduh. Dan kalau kita datang di atas pukul 16.30, maka tak lama kemudian kita akan menikmati sun set.

Ketika sang surya nyaris tenggelam, kami pun berangkat pulang. Malam itu saya menginap di kosan Yovan.
Bandung, 13 Januari 2014
by: adrian

Orang Kudus 18 Januari: St. Margaretha Hungaria

SANTA MARGARETHA HUNGGARIA, PENGAKU IMAN
Lahir pada tahun 1242 dan meninggal pada 18 Januari 1270. Sebagai Puteri raja Bela IV dari Hunggaria dan keponakan Santa Elisabeth dari Hunggaria. Semenjak dalam kandungan orang tuanya, Margaretha memang sudah dipersembahkan secara khusus kepada Tuhan dalam kehidupan bakti sebagai biarawati. Saat hari kelahirannya menjadi suatu persitiwa membahagiakan bagi seluruh anggota keluarganya.

Semenjak umur 3 tahun Margaretha sudah masuk ke dalam biara Dominikan, dekat Veszprem. Setalah berumur 12 tahun Margaretha dipindahkan ke biara di pulau Danube, yang dihuni oleh biarawati-biarawati dari keluarga bangsawan. Semenjak berkembang menjadi dewasa, Margaretha semakin matang dalam kepribadian dan imannya. Ia semakin kuat dalam pilihan hidupnya menjadi seorang biarawati. Walaupun sempat dipinang oleh raja Ottokar II dari Bohemia, Margaretha tetap berpendirian kuat hanya sebagai mempelai Kristus, dan menolak dengan tegas pinangan raja Ottokar II. Setelah wafat proses beatifikasi atas dirinya segera dilakukan. Dan digelari Kudus pada tahun 1943.

Renungan Hari Sabtu Biasa I - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa I, Thn A/II
Bac I   : 1Sam 9: 1 – 4, 17 – 19, 10: 1a; Injil   : Mrk 2: 13 – 17

Ada kesamaan yang berbeda dalam bacaan liturgi hari ini. Dalam bacaan pertama dikisahkan panggilan Saul menjadi raja orang Israel. Ia diurapi oleh Samuel. Pengurapan itu sebagai lambang bahwa Saul disertai Tuhan dalam memimpin umat Allah. Ketika dipanggil, Saul digambarkan sebagai sosok yang baik. “Tidak ada seorang pun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya.” (ay. 2).

Dalam Injil dikisahkan panggilan Lewi anak Alfeus menjadi murid Yesus. Berbeda dengan Saul, ketika dipanggil, Lewi digambarkan sebagai sosok orang berdosa. Dia adalah pemungut cukai. Keberdosaannya ini terlihat dari reaksi para ahli Taurat dan kaum Farisi. Akan tetapi, Yesus tidak mempedulikan tanggapan mereka. Yesus tetap merangkul Lewi. Dan kepada orang Farisi dan ahli Taurat Yesus memberikan pelajaran, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” (ay. 17).

Sabda Tuhan hari ini berbicara soal panggilan. Tuhan selalu memanggil kita untuk melaksanakan rencana indah-Nya. Ketika memanggil, Tuhan tidak melihat siapa diri kita, apakah orang baik atau jahat; apakah orang benar atau berdosa. Semua orang dipanggil Tuhan untuk mewujudkan rencana keselamatan-Nya bagi umat manusia. Karena itu, sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa siapapun diri kita, apapun keadaan diri kita dan bagaimanapun diri kita, Tuhan tetap membutuhkan dan memanggil kita.

by: adrian