Kamis, 17 September 2015

Orang Kudus 17 September: St. Albertus Avogrado

SANTO ALBERTUS AVOGRADO, PENGAKU IMAN
Albertus Avogrado, atau biasa dikenal sebagai Albertus dari Yerusalem, lahir sekitar tahun 1149 di Castel Gualteri, Parma, Italia. Ia belajar teologi dan hukum. Sekitar tahun 1180, setelah ditahbiskan sebagai imam, ia menjadi kanonik di biara Salib Suci di Mortana, Milan. Pada tahun 1184 ia ditunjuk menjadi Uskup Bobbio, dan tahun 1185 ia menjadi Uskup Vercelli.
Albertus kemudian menjadi penengah pada saat terjadi pertengkaran antara Paus Klemens III dengan Kaisar Frederick Barborossa. Setelah itu oleh Paus, Albertus menjadi delegasi kepausan untuk wilayah Italia Utara, dan juga mendapat gelar pangeran dari Kaisar. Albertus menyelesaikan masalah antara Parma dan Piacenza pada tahun 1199.
Pada tahun 1205 Albertus diangkat menjadi Patriarkh Yerusalem oleh Paus Innosensius III. Albertus banyak berurusan dengan rakyat, baik Kristen maupun muslim, dan juga dengan kerajaan-kerajaan, seperti Frank. Atas permintaan Brocard, prior Karmelit, yang hidup di Gunung Karmel, Albertus menyusun regula atau pedoman hidup bagi para karmelit.
Pada tahun 1213, Paus mengundang dia untuk mengikuti Konsili Lateran IV. Akan tetapi, Albertus terlebih dahulu dibunuh. Albertus dari Yerusalem meninggal dunia pada 14 September 1214, pada saat merayakan Pesta Salib Suci di Gereja St. Yohanes dari Acre.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Kamis Biasa XXIV - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXIV, Thn B/I
Bac I  1Tim 4: 12 – 16; Injil                Luk 7: 36 – 50;

Injil hari ini menampilkan kisah yang sangat menarik. Diceritakan bahwa suatu ketika Tuhan Yesus diundang untuk makan di rumah orang Farisi. Ketika sedang datang, muncullah seorang perempuan pendosa. Ia bersujud di dekat kaki Tuhan Yesus, membasahi kaki-Nya dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Kemudian ia mencium kaki Tuhan Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi. Di mata orang Farisi, perempuan itu adalah manusia hina, yang harus disingkirkan. Tapi, Tuhan Yesus justru membiarkan diri-Nya “dilayani” oleh perempuan hina itu. Di sini Tuhan Yesus mau membedakan antara pendosa dengan dosa. Dosa itu memang hina, sedangkan manusianya tidak. Tuhan Yesus hendak mengangkat harkat perempuan itu dengan meninggalkan dosanya. “Dosamu telah diampuni.” (ay. 48).
Sikap seperti Tuhan Yesus inilah yang kembali disuarakan Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Timotius. Dalam bacaan pertama hari ini, Paulus mengajak umat untuk tidak menyepelekan orang hanya karena usia muda. Bagi Paulus, siapapun dapat terpanggil untuk menampilkan karunia yang ada pada setiap pribadi orang. Tanpa membedakan usia, setiap orang diajak untuk memberikan karunianya itu kepada sesamanya.
Dalam kehidupan sering kali kita membeda-bedanya orang. Kita lebih suka menerima orang yang berpenampilan menarik, punya jabatan dan lainnya. Umat lebih suka dengan imam yang penampilan keren, gaul, punya aksesoris mewah, jabatan mentereng, sementara imam rendahan selalu disingkirkan atau dipandang sebelah mata. Di kalangan imam pun demikian. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengubah pola pikir seperti itu. Tuhan mengajak kita untuk mengikuti teladan Tuhan Yesus, yang mau menerima pendosa bukan karena dosanya, melainkan karena kemanusiaannya.***
by: adrian