Senin, 10 Februari 2014

(Inspirasi Hidup) Daud vs Saul


DAUD TIDAK BANTAH, TAPI BERI BUKTI
Tentu kita ingat akan kisah “pertikaian” Daud dan Saul (1Sam 18 – 24). Pasca kemenangan Daud atas Goaliat, pahlawan perang bangsa Filistin, Saul merasa cemburu akan popularitas Daud. Saul merasa dirinya disaingi; dan dalam pemikiran Saul hal ini dapat mengancam kedudukannya. Karena itu, ia berencana untuk melenyapkan Daud. Untuk mewujudkan niatnya ini Saul menyebarkan isu bahwa Daud berikhtiar membunuh dirinya.

Isu bahwa Daud berencana membunuh raja dilakukan Saul untuk dua hal. Pertama,  ia ingin menarik simpati rakyat. Tentu rakyat akan membelanya dan mulai membenci Daud. Secara tidak langsung isu ini membuat Daud tersingkir dari rakyat. Hal ini tentunya akan memuluskan hal yang kedua, yaitu rencana membunuh Daud. Rencana ini seakan sudah mendapat legalitasnya. Seandainya ia membunuh Daud, rakyat tidak akan marah kepadanya.

Maka dimulailah usaha pengejaran Daud untuk membunuhnya. Dalam pengejaran ini, orang-orang yang membela Daud dihabisi oleh pedang raja (bab 22).

Ada yang menarik dari kisah ini. Daud tidak sibuk membela diri dan menuduh Saul telah berbohong. Yang dilakukan Daud hanyalah menghindari dari pertikaian. Pada akhir cerita, ditampilkan bagaimana sikap bijak Daud dalam menghadapi tuduhan Saul itu (bab 24).

Ketika Saul sedang buang hajat, diam-diam Daul memotong punca jubah Saul. Sebenarnya Daud punya kesempatan untuk melenyapkan Saul. Itulah yang dikatakan orang-orangnya (ay. 4). Akan tetapi Daud tidak melakukan hal itu. Jika Daud melakukannya, pastilah tuduhan Saul menjadi benar. Daud hanya ingin membuktikan bahwa tuduhan itu tidak benar; bahwa dia tidak bermaksud jahat terhadap raja.

Karena itu, setelah Saul selesai buang hajat, Daud muncul di belakangnya. Dia berkata bahwa dia tidak ada niat untuk membunuh raja. Seandainya memang ada, maka sudah dari tadi dia melakukannya, di saat raja sedang membuang hajat. Lantas Daud menunjukkan bukti potongan punca jubah Saul. Tentu hal ini merupakan pukulan telak bagi Saul dan para prajuritnya.
***
Kisah di atas memberikan banyak pelajaran berharga bagi kehidupan kita saat ini. Sekalipun kisah tersebut sudah berlangsung ribuan tahun, namun pesannya masih relevan hingga kini. Salah satu pesan yang dapat dipetik adalah bagaimana Daud membuktikan bahwa tuduhan terhadap dirinya tidak benar. Daud tidak sibuk memberikan bantahan, melainkan sebuah bukti nyata.

Setiap kita tentulah pernah mengalami nasib seperti Daud, yaitu dituduh atau difitnah. Banyak politikus dituding korupsi bahkan sudah dikenakan status tersangka. Seorang bawahan dituduh iri hati dengan bossnya. Suami dituduh selingkuh; dan istri dituding punya pria idaman lain. Seorang siswa dituduh menyontek atau ada main dengan guru sehingga mendapat nilai ujian bagus. Dan masih banyak contoh lainnya.

Memang banyak di antara kita mengalami nasib yang sama dengan Daud. Namun sedikit dari kita yang bersikap seperti Daud, tidak membantah namun memberi bukti nyata. Lihatlah para politikus. Sekalipun sudah berstatus tersangka, masih saja membantah bahkan sibuk membuat pengalihan isu. Suami yang dituduh selingkuh justru malah sering menyalahkan istri yang tak bisa melayani. Intinya, kita hanya bisa membantah dan membantah. Bantahan demi bantahan itu hanyalah kedok untuk menutupi kesalahan kita.

Karena itu, kiranya kisah pertikaian Daud dan Saul ini menginspirasikan kita untuk bersikap ksatria seperti Daud. Jangan hanya bicara, buktikanlah!
Jakarta, 24 Januari 2014
by: adrian

Orang Kudus 10 Februari: St. Skolastika

SANTA SKOLASTIKA, PERAWAN
Skolastika adalah adik kandung Santo Benediktus, pendiri Ordo Benediktin dan Abbas termasyur biara Monte Kasino. Semenjak mudanya Skolastika bercita-cita menjadi seorang biarawati agar lebih total menyerahkan hidupnya kepada Allah dalam doa dan tapa. Setelah menjadi seorang biarawati mengikuti jejak kakaknya, ia pun mendirikan sebuah biara tersendiri yang berdekatan dengan biara Monte Kasino. Banyak wanita lain mengikuti Skolastika dan tinggal di biara itu. Kedua kakak beradik itu tetap saling mengunjungi dan meneguhkan. Skolastika mengunjungi Benediktus kakaknya untuk mendapatkan bimbingan rohani baik demi kemajuan hidup rohaninya sendiri maupun kemajuan hidup rohani suster-susternya. Benediktus pun mengunjungi Skolastika dan suster-susternya untuk memberi bimbingan rohani.

Menjelang ajalnya, Skolastika membujuk Benediktus kakaknya yang kebetulan datang pada saat itu agar menemani dia sambil menceritakan kehidupan orang-orang kudus yang sudah meninggal dunia. Tak lama kemudian, Skolastika meninggal dunia di hadapan kakaknya sendiri. Jenazahnya dikuburkan di Monte Kasino dalam kubur yang telah disiapkan oleh Benediktus.

Menyaksikan kesedihan para biarawan dan biarawati, Benediktus berkata: Janganlah menangis dan sedih! Yesus telah memanggil Skolastika dari tengah-tengah kita supaya ia menjadi pembantu dan pelindung bagi kita yang masih mengembara di dunia ini. Skolastika meninggal dunia pada tahun 543.

Renungan Hari Senin Biasa V - Thn II

Renungan Hari Senin Biasa V, Thn A/II
Bac I   : 1Raj 8: 1 – 7, 9 – 13; Injil          : Mrk 6: 53 – 56

Sabda Tuhan dalam bacaan liturgi hari ini sedikit memiliki kemiripan. Dalam bacaan pertama dikisahkan soal rencana Raja Salomo untuk mendirikan Bait Allah, rumah kediaman Allah, di mana Allah akan menetap selama-lamanya. (ay. 13). Yang menarik adalah kisah sebelum munculnya gagasan itu, yaitu saat para imam dan orang Lewi “mengangkat tabut Tuhan dan Kemah Pertemuan” (ay. 4). Tabut Tuhan, bagi orang Israe adalah simbol kehadiran Allah. Ketika tabut itu diangkat, semua umat Israel menghadap padanya. Dikatakan bahwa raja dan segenap orang Israel “mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya.” (ay. 5).

Injil hari ini mengisahkan kedatangan Yesus bersama para murid-Nya di Genesaret. Ketika penduduk daerah itu tahu bahwa yang datang adalah Yesus, segera mereka menghadap Yesus. Mereka membawa kepada Yesus  orang-orang sakit. Mereka memohon untuk “diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja.” (ay. 56). Kesamaan dengan bacaan pertama adalah sosok Yesus dan Tabut Tuhan yang menjadi magnet. Umat datang kepada-Nya. Di sini bisa dikatakan adanya kesejajaran Yesus dengan Tabut Tuhan. Kalau tabut itu menjadi simbol kehadiran Tuhan, Yesus juga menjadi tanda kehadiran Allah.

Sabda Tuhan hari ini menunjukkan dua gerakan manusia kepada Tuhan, yaitu permohonan dan persembahan. Dengan ini, lewat sabda-Nya, Tuhan mau mengatakan kepada kita bahwa kepada-Nya kita dapat memohon bantuan. Akan tetapi, hendaklah kita jangan hanya memohon dan memohon. Hendaknya juga kita mau mempersembahkan sesuatu dari diri kita kepada Tuhan. Inilah yang dikehendaki Tuhan pada kita.

by: adrian