Minggu, 11 Oktober 2020

JUJUR ITU KEREN


Secara sederhana kata ‘jujur’ dimaknai sebagai bicara apa adanya atau berbicara sesuai dengan fakta. Yesus Kristus pernah berkata, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak.apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Mat 5: 37). Kejujuran menjadi salah satu pilar penting dalam membangun relasi dengan orang lain. Dari sana akan terbangun sikap saling percaya.

Akan tetapi, kerap terjadi relasi antar manusia diwarnai dengan ketidak-jujuran. Ada banyak faktor kenapa ketidak-jujuran ini masuk dalam relasi manusia. Setidaknya ada 2 faktor utama, yaitu keinginan untuk mendapatkan keuntungan dari ketidak-jujuran itu, dan adanya ketakutan bahwa kejujuran itu menyakitkan.

Format Komunikasi Ideal

Kalau kita mengikuti kursus atau membaca buku komunikasi, biasanya kita akan didoktrin untuk belajar mengatakan TIDAK pada hal-hal yang memang tidak kita kehendaki. Slogan yang kerap dipakai adalah: "jangan mengatakan YA jika Anda ingin mengatakan TIDAK". Secara teori, ini memang format komunikasi yang ideal. Kenapa?

Kalau kita mengatakan YA, padahal hati kita sebetulnya ingin mengatakan TIDAK, maka YA yang kita ucapkan itu menyisakan ganjalan di hati. Bentuknya antara lain: menggerutu, merasa diri sebagai korban, atau akan menyimpan kenangan negatif terhadap orang yang memaksa kita itu. Perasaan seperti ini akan menjadi perampok kebahagiaan.

Bahkan jika itu sudah menjadi kebiasaan / sifat, maka ungkapan YA di situ akan menjadi titik lemah. Ini karena ucapan YA di situ, lebih-lebih jika kita seorang pemimpin, pembuat kebijakan atau orang yang diserahi tanggung jawab, akan membawa konsekuensi yang panjang dan luas, misalnya konsekuensi waktu, biaya, tenaga, dan lainnya. Ya-nya kita akan menjadi incaran pemanfaatan.